Saturday 7 December 2013

DUA HAL UNTUK MENYIASATI INFLASI





Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada pertengahan tahun ini mau tidak mau menyeret kenaikan harga-harga secara umum. Bukan hal mudah untuk dihadapi, apalagi jika pendapatan saat ini tidak ikut meningkat.

Lalu apa yang harus dilakukan?

Dalam keuangan, hanya ada dua hal yang bisa dilakukan ketika inflasi menghampiri:

1) Tambah pendapatan
Menambah pendapatan dapat dilakukan dengan tambahan pekerjaan sampingan, berbisnis atau dengan mengaktifkan aset yang dimiliki. Misalnya, memiliki rumah yang kosong bisa disewakan untuk menambah pemasukan. Atau bila memiliki keterampilan  tertentu juga bisa menambah pendapatan Anda.

2) Kurangi satu atau dua pos pengeluaran yang ada saat ini
Kenapa harus dikurangi pengeluaran-pengeluaran yang ada? Karena dengan asumsi pendapatan Anda jumlahnya tetap sedangkan pengeluaran bertambah, maka harus ada pos  yang dikorbankan.

Tabel berikut ini adalah tabel pemasukan dan pengeluaran yang biasanya terjadi dalam keuangan keluarga. Jika diteliti lebih lanjut, maka pos seperti rumah tangga, transportasi, anak dan cicilan adalah pos yang pastinya akan meningkat seiring inflasi. Jika pos ini direm atau dikurangi, misalnya dengan menghemat penggunaan listrik, berhemat dalam pengeluaran untuk makan sehari-hari, naik transportasi umum dan lainnya, tentu akan lebih baik. Namun, jika memang pos pengeluaran tersebut terpaksa ikut naik karena inflasi, maka harus disiasati.

Pos pengeluaran yang bisa disiasati adalah tabungan/ investasi dan pribadi. Untuk tabungan sangat disarankan untuk tetap dilakukan, idealnya sebanyak 10 persen dari pemasukan total. Karena bagaimana pun, kebutuhan masa depan (dana pendidikan anak, dana pensiun, dana darurat dan tujuan lain) juga banyak dan tidak bisa ditunda kecuali ada hal-hal lain. Sedangkan isi dari pos pribadi adalah hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan diri pribadi kita, seperti makan di luar, entertainment, beli tas, sepatu, kosmetik, anggota pusat kebugaran, pulsa telepon selular dan lainnya. Pos pribadi adalah pos yang kalo dikurangi tidak akan mengganggu ketentraman hidup, hanya hidup jadi tidak terlalu seru .

Dengan mengurangi  satu atau dua pos pengeluaran, maka Anda tetap bisa menabung dan hidup. Jika memang ingin gaya hidup tetap seperti sediakala meski inflasi terjadi, maka tingkatkan pemasukan Anda!  Karena hanya dengan dua hal itu inflasi  bisa disiasati.

Selamat bersiasat!

Sumber dari :
 http://id.she.yahoo.com/dua-cara-menyiasati-inflasi

MERENCANAKAN PEMBELIAN KENDARAAN PRIBADI YANG PERTAMA KALI


Sudah berapa lama Anda bekerja? Sudah memiliki aset apa saja saat ini? Atau jangan-jangan yang dimiliki hanya berupa utang dalam waktu dekat alias kartu kredit?

Bayangkan jika sepuluh tahun bekerja belum memiliki apa-apa. Oleh sebab itu, manfaatkan yang ada di depan mata. Coba alokasikan dana sisa dari THR dan bonus yang tersedia untuk membeli  aset impian Anda, salah satu nya kendaraan pribadi.

Sebelum memutuskan untuk membeli kendaraan, pengeluaran bulanan juga harus diperhitungkan,. Jangan karena ingin gaya, Anda jadi terjerat beban cicilan bulanan.

Coba simulasikan seperti ini. Misalnya, Anda tertarik dengan mobil keluarga dengan kisaran harga Rp150 juta dan DP-nya sekitar Rp50 juta. Dengan bunga 4,18 persen flat per tahun dan cicilan selama 2 tahun, jumlah cicilan yang harus dibayar setiap bulan adalah sebesar Rp4.556.700.

Jika cicilannya diperpanjang menjadi 4 tahun, maka besaran bunga per tahun menjadi sebesar 5,18 persen dan jumlah cicilan per bulan yang harus Anda bayar menjadi Rp2.515.000.

Manakah yang cocok dengan kondisi keuangan Anda? Itulah yang layak Anda pilih!

Jika merujuk ke rasio awal dalam ilmu financial planning yakni Debt Service Ratio, rasio cicilan uutang terhadap penghasilan bulanan ada baiknya tidak lebih dari 30 persen dari penghasilan (maksimal 35 persen).

Sebagai contoh, jika Anda seorang pegawai swasta berpenghasilan Rp10 juta per bulan, maka jumlah seluruh cicilan bulanan yang dianggap wajar adalah maksimal Rp3 juta per bulan. Jika rasio ini dilewati, yang paling berpengaruh langsung adalah pengeluaran rutin dan pengeluaran pribadi.

Nggak mau, kan, capek kerja pagi sampai sore hanya untuk bayar utang?

Lakukan perhitungan yang matang terhadap bonus yang ingin dipakai saat ini, jangan gegabah mengambil keputusan jika tujuan utamanya adalah kendaran pribadi. Ada baiknya menunggu setahun ke depan hingga mendapat bonus kedua, karena kenaikan penghasilan bulanan akan  meningkatkan jumlah cicilan maksimal (Debt Service Ratio).

Memiliki kendaraan pribadi artinya juga harus siap dengan kewajiban seperti menggunakan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, membarui surat-surat setiap tahun, service kendaraan, serta mendandani dan merawat kendaraan agar lebih nyaman.

Sudah siap dengan konsekuensi seperti yang disebutkan di atas? Selamat memiliki kendaraan pribadi pertama ya!

Sumber dari :
http://id.she.yahoo.com/perhitungan-membeli-kendaraan-pribadi-pertama

Friday 6 December 2013

ILMU PERENCANAAN KEUANGAN ALA NABI YUSUF


PERENCANAAN keuangan bisa dibilang ilmu baru di Indonesia yang mulai dipraktekkan pada akhir 1990-an atau awal 2000-an. Di negara-negara maju, justru telah populer sejak puluhan tahun sebelumnya.
Sejatinya, ilmu perencanaan keuangan sudah dipraktekkan puluhan ribu tahun silam. Di antara bukti sejarahnya, kisah Nabi Yusuf AS yang membuat dan mempraktekkan strategi menghadapi masa paceklik.
Al-Quran mencatat kisah Yusuf menerjemahkan mimpi Raja Mesir. Dalam tidurnya, sang raja melihat 7 ekor sapi gemuk yang digantikan 7 ekor sapi kurus serta gandum berisi digantikan gandum kering.

Banyak orang yang telah diminta pendapat mengenai arti mimpi tersebut. Tapi hanya Yusuf yang bisa memberi tahu maknanya. Katanya seperti tersirat dalam sejarah, akan datang 7 tahun masa panen, yang kemudian diikuti 7 tahun masa paceklik. Setelah itu, masa subur Mesir akan kembali.

Seperti kita tahu, sejak zaman dahulu kala, pertanian Mesir sangat bergantung pada Sungai Nil. Jika sungai mengalirkan airnya dengan baik, wilayah Mesir subur dan hasil panennya melimpah. Tapi, bukan tidak mungkin Sungai Nil mengering atau bahkan meluap.

Usai memaknai mimpi, Yusuf melanjutkan nasihatnya pada sang raja. “Hendaklah engkau bertanam 7 tahun lamanya sebagaimana biasa. Maka apa yang engkau tuai hendaknya kau biarkan di bulirnya, kecuali sedikit untuk engkau makan.” [Surah Yusuf ayat 47]

Selain membuat prakiraan kondisi di masa depan, Yusuf juga memberikan solusinya. Mengingat 7 tahun masa panen diikuti 7 tahun masa paceklik, hendaknya kita menyimpan hasil panen tetap dalam bulirnya sebagai cadangan saat paceklik tiba.

Sejarah membuktikan, walaupun menghadapi masa paceklik, rakyat Mesir tetap Makmur lantaran ada yang disimpan dari hasil panen sebelumnya. Sampai rakyat dari negeri tetangga yang kelaparan pun meminta bantuan mereka.

Bagi kita yang hidup di zaman sekarang, masa panen adalah masa produktif bekerja atau berbisnis. Masa pacekliknya, yaitu pensiun kelak. Hendaknya kita juga menyimpan hasil panen saat ini untuk menghadapi masa paceklik nanti.

Menariknya dari perkataan Yusuf adalah agar tetap menyimpan hasil panen dalam bulirnya, kecuali sedikit untuk dimakan. Saya mendapatkan kesan dari ayat ini bahwa hasil produksi kita sekarang seharusnya disimpan terlebih dahulu kecuali sedikit yang dikonsumsi. Bukannya dibelanjakan dulu, jika ada sisa lalu disimpan.

Terinspirasi dari kisah ini, saya menggunakan istilah “saving dulu, baru shopping”, seperti termaktub dalam buku saya yang berjudul: “Habiskan Saja Gajimu”. Model belanja dulu kemudian menyimpan, ternyata tidak efektif.

Hal kedua yang menarik dalam pernyataan Yusuf, yaitu panen 7 tahun dan paceklik 7 tahun. Secara logika matematika, mestinya separuh disimpan dan separuh dimakan bisa mencukupi. Tapi ayat tadi memerintahkan untuk makan sedikit saja, atau kurang dari setengah. Kenapa?

Nilai gandum memang tidak akan berkurang jika disimpan dalam bulirnya. Tapi, jumlah penduduk Mesir tentu bertambah banyak selama 7 tahun tersebut. Maka diperlukan jumlah gandum yang lebih besar untuk memberi makan rakyat di masa depan.

Dalam konteks kehidupan sekarang, ini yang kita sebut sebagai inflasi.  Nominal uang yang kita simpan mungkin tetap atau bertambah, tapi harga-harga bertambah mahal. Maka strategi yang bisa kita tiru adalah memperkecil konsumsi, perbesar investasi.

Tanpa harus punya keahlian membaca mimpi seperti Nabi Yusuf, kita sudah tahu bahwa harga-harga naik di masa depan. Kita sudah faham kebutuhan bertambah besar seiring perkembangan keluarga. Kita pun mafhum akan menghadapi masa tidak produktif saat pensiun.

Akankah kita diam saja? Atau lakukan sesuatu seperti Nabi Yusuf lakukan?
Salam Berkah,

Sumber dari :
http://id.berita.yahoo.com/perencanaan-keuangan-ala-nabi-yusuf-

EVALUASI KEUANGAN ANDA



“Until you can show that you can handle what you’ve got, you won’t get any more. The habit of managing your money is more important than the amount.”

 Saya sangat menyukai quote yang saya peroleh ketika belajar mengenai “money personality” beberapa tahun silam. Saya percaya, yang kita dapatkan di dunia ini akan disesuaikan dengan kapasitas diri kita. Saat ingin dapat lebih besar, sudahkah menjadi wadah yang juga lebih besar dibandingkan sebelumnya?

Sebagai ilustrasi, anak kita yang berusia lima tahun merengek minta es krim cone (bukan gelas) yang terdiri atas tiga scoops dengan rasa berbeda. Karena sayang, kita mengabulkan. Belum tuntas disantap, es krim terjatuh. Anak menangis minta gantinya.

Sadar akan kurangnya kemampuan dan kapasitas anak dalam memegang dan memakan es krim cone 3 tumpuk, apakah Anda akan membelikan yang sama atau menggantinya dengan ukuran lebih kecil sesuai kapasitasnya?

Sama halnya dengan uang. Saya percaya Tuhan mencukupkan atau melebihkan rezeki seseorang berdasarkan kapasitas yang dimilikinya. Sang Pemberi rezeki tidak akan menambah rezeki hingga yakin kita mampu menangani, mengelola, dan bertanggung jawab terhadap yang sudah ada.

Karena itulah, saat ingin mengubah kondisi finansial, Anda harus bisa mengevaluasi perilaku terhadap uang. Ingat, dalam mengelola uang, 80 persennya terkait dengan tingkah laku kita terhadap uang selama ini. Coba tengok, apa yang mesti diperbaiki dari kebiasaan terhadap uang.

Untuk mengevaluasi kondisi keuangan, mulailah dengan arus kas. Cek, pengeluaran selama ini, lebih banyak untuk kebutuhan atau keinginan. Kondisi rasio pengeluaran bulanan terhadap pendapatan juga perlu dievaluasi. Jika di bawah 70 persen, itu pertanda kondisi keuangan yang sehat.

Kemudian, perlu juga mengecek porsi tabungan dan investasi serta kondisi harta dibandingkan utang yang Anda miliki. Rasio berinvestasi terhadap total pendapatan sebaiknya di atas 15 persen. Di saat bersamaan, Anda pun harus bisa menjaga rasio utang terhadap total pendapatan yang harus di bawah 35 persen setiap bulan.

Pemeriksaan aset. Perlu diperiksa, apakah jumlah tabungan dana cadangan sudah mencapai 3-6 bulan pengeluaran?

Anda juga perlu mengevaluasi kinerja portofolio investasi guna mengetahui nilai aset bersih (real asset) saat ini dibanding awal tahun. Sebaiknya konsisten dengan jangka waktu tujuan finansial Anda. Simpan baik-baik hasrat ingin mencairkan.

Tak kalah pentingnya, periksa ulang tujuan finansial Anda. Dalam berbagai aspek, tujuan dalam kehidupan mengalami perubahan seiring perjalanan waktu.

Miliki jejak buku pencapaian tujuan Anda, seberapa banyak waktu tersisa. Hal ini terkait dengan perlu atau tidak melakukan penyesuaian porsi instrumen investasi berdasarkan risikonya.

Evaluasi merupakan langkah awal saat kita hendak membuat resolusi baru. Apakah kebiasaan terhadap sekarang patut dipertahankan atau perlu kebiasaan baru guna memperbaiki kondisi Anda.

Ingat, melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda hanya ilusi! Lakukan hal yang sama terus-menerus maka hasil yang Anda dapatkan akan selalu sama.

Sumber dari :
id.berita.yahoo.com/mulailah-evaluasi-keuangan-anda