Sunday, 7 July 2013

Bagaimana Mengelola Hutang Supaya Kondisi Keuangan Sehat?


Berutang, bagi sebagian orang, masih dinilai sebagai hal yang tabu. Utang di mata  beberapa kalangan identik dengan ketidakmampuan keuangan dan stigma miskin alias kekurangan.

Tentu, tidak ada yang salah dari anggapan itu. Anda pasti tahu, arti harfiah dari utang alias Liabilitymemang berarti kekurangan. Namun, perkembangan dunia keuangan telah menempatkan utang sebagai salah satu bagian strategi meningkatkan kepemilikan aset, yakni apa yang disebut leverage atau daya pengungkit.

Jamak kita menemui, perusahaan membiayai modal usaha dari utang. Dari hasil ekspansi usaha itu,perusahaan bisa mencetak margin sekaligus membayar utangnya. Cara itu lazim ditempuh oleh korporasi.

Bagi individu, strategi yang sama juga ditempuh. Fasilitas kredit alias utang dalam beragam kemasan atawa produk makin akrab di kehidupan kita sehari-hari.
 
Berani bertaruh, sekarang ini jarang sekali kita menemui kenalan atau kolega yang tidak memiliki tanggungan utang. Kartu kredit, kredit pemilikan rumah, kredit pemilikan kendaraan, kredit modal kerja, kredit tanpa agunan, hingga utang di koperasi tempat kerja adalah jenis-jenis utang yang  kerap dimiliki oleh perorangan.

Singkat kata, berutang tidak lagi terhitung sebagai tabu yang ditulis dalam huruf besar. Berutang  bukan pantangan dalam perencanaan keuangan. Dengan berutang secara sehat atau sesuai kemampuan,  kita bisa menaikkan kemampuan keuangan. Namun, di sisi berseberangan, berutang tanpa perencanaan yang baik malah bisa menjerumuskan kita ke titik kebangkrutan. “Utang bagai senjata yang bisa kita gunakan membela diri, namun bisa pula melukai si pemakai,” ujar Diana Sandjaja, perencana keuangan MRE Financial & Business Advisory, beranalogi.

Maka itu, sebelum memanfaatkan utang, pengenalan karakteristik diri dan kondisi keuangan mutlak kita lakukan. Jangan sampai terjadi, utang yang semula ingin Anda manfaatkan untuk menciptakan performa keuangan yang lebih baik justru berbalik menjadi sumber kesengsaraan Anda.
 
A. Utang tetaplah utang

Kendati bisa membantu kita mendongkrak kemampuan keuangan, utang tetaplah utang. Utang sejatinya sama saja dengan barang atau komoditas biasa di pasar. Para penjualnya, yakni kreditur,  membanderol produk utang yang harus dibayar si pembeli (debitur) dalam bentuk bunga kredit. Para kreditur juga berlomba menawarkan fasilitas utang dengan harga alias bunga kompetitif.  Berpikir, mempelajari, dan menimbang cermat beberapa prinsip penting harus dilakukan sebelum memutuskan untuk berutang.

Pertama, sama halnya dengan keputusan membeli sebuah barang, hal prinsip yang harus Anda jawab sebelum berutang adalah apakah Anda sungguh-sungguh membutuhkan utang tersebut? “Berutanglah hanya dalam kondisi mendesak dan butuh,” saran Eko Endarto, perencana keuangan Finansia Consulting.

Kedua, periksa kondisi keuangan Anda. Jika memang memutuskan berutang, pastikan Anda memiliki kemampuan untuk membayarnya berikut risiko-risikonya.
Kesalahan yang sering terjadi pada orang yang agresif berutang adalah mereka kurang menimbang risiko-risikonya. Baik dari risiko bunga maupun risiko kesinambungan sumber penghasilan yang digunakan untuk membayar utang. Mereka mengira, kondisi penghasilannya akan tetap stabil selamanya. Padahal, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) atau kebangkrutan bisnis tidak bisa 100% hilang. “Jangan pernah mempertaruhkan pendapatan yang tidak pasti dengan beban pembayaran

Ketiga, cermati tawaran fasilitas utang yang hendak Anda ambil. Lakukan riset dan perbandingan dengan tawaran bunga kredit sejenis di pasar. Jangan sampai Anda tergiur berutang hanya karena  terbujuk rayuan klaim bunga murah. Untuk itu, penting sekali mempelajari skema cicilan hingga Anda bisa berhitung cermat efek utang tersebut pada kondisi kocek Anda di masa mendatang.

Di sisi lain, jika saat ini posisi kolom utang Anda sudah terisi berbagai macam jenis utang,  memeriksa dan mengecek kesehatan utang hukumnya wajib. Apa saja yang perlu kita lakukan untuk  memastikan kondisi keuangan berikut utang kita, terjaga dalam kondisi aman? Mari kita simak bersama kiat dari para perencana keuangan, sebagai berikut.
 
1. Cek jenis utang

Utang menilik penggunaannya bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif adalah utang yang kita gunakan untuk membeli aset produktif. Aset produktif, yakni aset yang nilainya terus meningkat atau menghasilkan nilai yang lebih besar dari cicilan utang. Termasuk di sini adalah kredit pemilikan rumah (KPR), kredit investasi, atau kredit modal kerja.

Sebaliknya, segala jenis utang yang kita manfaatkan untuk membeli aset konsumtif dinamakan utang konsumtif. Misal, kartu kredit untuk belanja barang di mal atau makan di restoran.

Para perencana keuangan menyarankan, jika memang terdesak berutang, ada baiknya Anda berutanguntuk pembelian aset produktif. Jika memang perlu memakai kartu kredit, pastikan penggunaannyauntuk mendukung kemudahan transaksi saja, bukan sebagai kartu utang apalagi “tambahan”diagnosis keuangan.

Ada beberapa rumus yang bisa Anda gunakan untuk mengecek masalah utang piutang ini. Pertama, rasio utang terhadap aset, yaitu perbandingan antara total utang dibagi total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan kita membayar utang. Angkanya harus lebih kecil dari 50%.

Kedua, rasio kemampuan pelunasan utang (debt service ratio). Rumus ini menghitung perbandingan antara total pembayaran utang per bulan dibagi penghasilan bulanan pencari nafkah utama. “Rasionya maksimal 30%. Jika angkanya mencapai 45%, sudah dikategorikan berbahaya,” jelas Pandji Harsanto, perencana keuangan dari Fin-Ally Financial Planning and Consulting.
 
Batas maksimal cicilan utang disepakati sebesar 30% jika itu berupa utang konsumtif. “Angkanya boleh hingga 40% jika digabungkan dengan utang produktif,” imbuh Eko.

Angka itu untuk menunjukkan seberapa banyak dana dari penghasilan si pencari nafkah utama untuk membayar cicilan utang. Jadi, rasio yang dihitung bukanlah dari total penghasilan bersama suami dan istri alias joint income.

Ketiga, rasio pelunasan utang non-hipotek. Angka ini untuk mengukur kemampuan pelunasan utang  konsumtif. Bisa dihitung dengan membagi total pembayaran cicilan non-hipotek per bulan dengan
penghasilan utama per bulan. Rasio maksimal adalah 15%. Jika ternyata angkanya melampaui 20%, itu peringatan bahwa kondisi keuangan Anda tidak sehat akibat beban utang konsumtif.
 
2. Bandingkan manfaat
Anda sudah mengukur rasio utang dalam buku keuangan. Agar kesehatan keuangan terjaga, perlu juga bagi kita mengukur manfaat utang yang hendak kita ambil atau utang lama yang sudah berjalan.

Apakah manfaat dari berutang itu lebih besar dibandingkan dengan biaya yang timbul akibat utang itu? “Jika lebih besar biaya dibanding manfaat, maka Anda perlu merestrukturisasi utang,” saran Diana.

Caranya, bisa dengan melunasi lebih cepat utang-utang yang tidak ekonomis. Bisa juga melakukan utang baru berbiaya murah. Langkah ini jamak dilakukan oleh korporasi untuk meringankan beban utangnya.
Utang-utang konsumtif ada baiknya terlebih dahulu dibereskan. Sedangkan, utang produktif bisa Anda periksa lagi biayanya. Jika memang memungkinkan, melunasi utang lebih cepat bisa menjadi langkah positif bagi keuangan Anda.

Anda harus waspada jika sudah menunjukkan tanda-tanda terkena penyakit utang. Perilaku gali lubang dan tutup lubang alias menggunakan utang baru untuk menutup utang lama bisa jadi indikasi bahwa utang mulai menjerat Anda.

Selain itu, ketika Anda cuma membayar cicilan minimum sebagai syarat pelunasan agar tidak default (gagal bayar), itu juga menandakan perilaku utang Anda tak sehat.

Begitu juga ketika Anda menutup pengeluaran sehari-hari dengan kartu kredit karena tidak punya sumber dana lain. “Ciri lain, jika Anda tidak mengetahui total utang sendiri dan kepada siapa saja berutang,” imbuh Diana.
 
3. Bereskan segera!

Lantas, bagaimana jadinya jika kondisi keuangan kita sudah telanjur karut-marut akibat masalah utang? Rasio-rasio utang telah menunjukkan warna merah, apa yang harus kita lakukan?

Diana memberikan beberapa tip agar masalah utang tak semakin runyam membelit Anda. Pertama, coba inventaris lagi semua utang yang Anda miliki, termasuk utang kepada keluarga dan rekan. Adapun untuk utang kepada lembaga keuangan, pastikan lagi berapa besar bunga kredit dan sudah berapa lama Anda menunggak cicilan.

Kedua, buatlah prioritas pelunasan utang, mulai dari utang yang berbiaya paling besar. Ingat, biaya utang tak cuma berupa bunga, lo. Perhatikan dan hitung pula denda keterlambatan, biaya administrasi kredit, juga skema hitungan bunganya. Dari sana Anda bisa membandingkan mana utang yang paling murah dan mana yang paling mahal.

Ketiga, bayarlah utang Anda di atas cicilan minimum. Tujuannya, supaya pelunasan bisa lebih cepat.Keempat, jika memang mendesak, jual saja sebagian aset Anda untuk melunasi utang-utang.

Kelima, jika ternyata Anda sudah tidak mampu membayar utang, cobalah melobi kreditur. Anda bisa meminta pembuatan perjanjian agar utang Anda dijadikan cicilan tetap, tidak lagi diperhitungkan sebagai bunga berjalan. “Negosiasikan lagi bunga yang dikenakan dan jadwal pembayaran, sesuai kemampuan Anda agar tidak menunggak. Ingat, ini kesempatan terakhir Anda, jangan disia-siakan,” andas Diana.

Keenam, ketika semua utang sudah lunas, gunakan jatah cicilan utang itu untuk memulai berinvestasi. Terakhir, yang tak kalah penting, ingat-ingat saja pengalaman utang nan pelik itu agar Anda selalu berpikir matang sebelum memutuskan berutang lagi.
 
Para perencana keuangan sepakat, meski bukan strategi tabu untuk mengerek kapitalisasi aset, erutang tetap saja bukan pilihan terbaik untuk itu. Menjalankan gaya hidup sesuai kemampuan finansial yang kita miliki adalah prinsip utama. Jika Anda sudah cukup nyaman tanpa utang, mengapa juga tergiur godaan berutang?
Bagaimanapun, wajah keuangan dengan nilai utang minim adalah lebih sehat ketimbang kantong yang bolong akibat penuh utang. Jadi, sudah siap menjaga kocek sehat dari utang-utang tak sehat? Semua kembali pada pilihan Anda.

Sosiolog Daniel Bell menyebut sistem pembelian dengan cara utang yang terepresentasikan oleh kartu kredit sebagai satu dari dua penemuan manusia paling menakutkan setelah mesiu.

Kartu kredit bersanding dengan iklan, dalam kacamata Bell, telah mendekonstruksi paradigma berpikir masyarakat tentang prinsip pengendalian diri. Teriakan Bell tahun 1960-an itu sepertinya masih relevan diungkit di hari-hari ini.

Di ranah pribadi, kita bisa merasakan sendiri gempuran varian produk kartu kredit lewat iklan. Iming-iming “kemudahan” transaksi dengan kartu kredit, mulai dari belanja baju, tiket pesawat, dan sebagainya, silih berganti menggoda.
 
Jika Anda menilai hidup Anda bisa lebih mudah dengan kartu kredit, tak soal memutuskan memiliki kartu kredit. Kuncinya tetap pada pengendalian diri. Menggunakan dengan bijak sembari melihat celah pemanfaatan secara optimal bisa menghindarkan Anda dari jebakan pahit kartu kredit.

Produk kartu kredit menawarkan keunggulan diskon harga bekerjasama dengan vendor tertentu. Alih-alih memanfaatkan diskon itu untuk keperluan konsumsi semata, mengapa tidak mencoba mengubahnya menjadi instrumen produktif?

Misal, memakai kartu kredit untuk kulakan barang diskon lantas dijual kembali dengan margin di atas bunga utang. “Sistem pembelian seperti ini bisa saja dilakukan bila kita sudah tahu arus barang dagangan yang dibelijualkan, juga kepastian jumlah yang dapat dijual kembali,” kata Pandji Harsanto, perencana keuangan dari Fin-Ally Financial Planning and Consulting

Anda bisa mengejar pembayaran tagihan sebelum jatuh tempo sehingga Anda terbebas dari bunga. Alhasil, kartu kredit yang identik sebagai utang konsumtif bisa Anda ubah menjadi modal usaha. Tentu saja, itu bisa ditempuh setelah Anda cermat dan matang menghitung untung ruginya!
 
B. Temuan Menakutkan Abad Modern

Saya sering sedih melihat permasalahan buruh di Indonesia. Ini adalah kelompok yang sering berdemonstrasi memperjuangkan apa yang menurut mereka adalah hak sebagai pekerja. Salah satu yang sering menjadi tuntutan adalah upah minimum. Kesedihan saya bukan soal demonstrasinya, tapi soal kesejahteraan mereka.

Penghasilan buruh yang meningkat tidak dibarengi dengan perbaikan kesejahteraan. Sebab, para buruh memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan keuangan.

Lalu, seperti berjodoh, bulan lalu saya mendapat kesempatan hadir menjadi pembicara seminar di hadapan buruh sebuah pabrik plastik. Kegiatan ini kami lakukan sebagai sebuah rangkaian kegiatan sehingga bisa betul-betul mengajak para buruh melakukan praktik perbaikan kondisi keuangan. Ada beberapa hal yang menjadi diskusi penting tersebut.
 
C. Pengaturan arus kas

Saat menerima penghasilan, para buruh perlu mengerti bahwa pengeluaran terbagi menjadi 4 kategoriesar: tabungan atau investasi, cicilan utang, pengeluaran rutin, dan lifestyle.

Mungkin ada yang tidak percaya para buruh memiliki pengeluaran lifestyle. Ternyata, bahkan di level buruh sekalipun, dengan penghasilan yang serba terbatas, lifestyle tetap menjadi masalah besar. Hasil diskusi dengan para buruh menunjukkan bahwa banyak buruh memilih untuk mementingkan biaya pulsa dan rokok daripada menabung untuk biaya sekolah anak.

Salah satu cara yang sederhana untuk belajar mengatur arus kas adalah dengan sistem amplop. Sistem amplop ini bisa membantu kita memilah-milah uang berdasarkan pos pengeluaran yang ada. Dengan cara ini kita jadi bisa melihat ke mana saja uang kita pergi dan sadar akan pengeluaran setiap bulan.
 
D. Tujuan finansial: rumah

Saya senang sekali ketika banyak buruh ini sudah memiliki cita-cita. Orang yang memiliki cita-cita akan memiliki semangat lebih banyak untuk maju. Salah satu cita-cita yang banyak menjadi bahasan dalam kunjungan pabrik itu adalah rumah.

Ya, memiliki rumah sendiri adalah sebuah kebanggaan. Kebanyakan orang akan membeli rumah dengan cara kredit bank. Maka penting kita memiliki kemampuan menabung agar bisa mengumpulkan down payment rumah yang kita inginkan.

Selanjutnya soal cicilan KPR. Kita perlu membatasi total cicilan kita hingga maksimal 30% dari penghasilan bulanan. Maka, saya mengingatkan para buruh ini agar berhati-hati saat tergiur mencicil barang-barang konsumtif. Jangan sampai punya telepon seluler baru dengan mencicil, tapi tidak sanggup lagi membayarkan cicilan KPR.
 
E. Bereskan segera

Semua orang, termasuk para buruh, perlu untuk berinvestasi. Namun jenis investasi yang cocok bagi setiap orang akan berbeda-beda. Soal investasi ini, harus hati-hati. Jangan sampai masuk ke dalam produk yang mereka tidak mengerti.

Jadi, rekomendasi untuk buruh di pabrik plastik ini saya batasi pada produk tabungan, deposito, emas Logam Mulia, rumah petak, atau kepemilikan ternak dan sawah. Diskusi dengan para buruh pun menjadi seru. Mereka bersemangat karena membayangkan uang yang bekerja untuk mereka.

Tapi ternyata, tak bisa menganggap remeh wawasan finansial buruh. Ada beberapa yang pengetahuannya bahkan sudah lebih banyak. Saya sempat kaget karena ada di antara para buruh ini yang sudah mulai berinvestasi di reksadana!

Ketiga hal penting itu tentu bisa dipraktikkan oleh semua orang dengan latar belakang yang beragam. Tapi, lalu saya pun jadi gemas. Para buruh saja bersedia melakukan perbaikan pada kondisi keuangan mereka, tapi masih banyak mereka yang karyawan, yang pendidikannya lebih tinggi, penghasilannya jauh lebih besar, masih tidak peduli pada proses perbaikan keuangan ini.

Kesimpulan saya setelah beberapa kali kunjungan ke pabrik tersebut, ternyata para buruh di sana adalah orang-orang yang sangat optimistis dan ingin belajar. Tentu saja saya sangat senang karena artinya banyak harapan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan buruh. Mudah-mudahan bukan saja upahnya yang meningkat, tapi juga dibarengi dengan kemampuan meningkatkan jumlah tabungan dan investasi mereka.

Tentu ada proses. Kesejahteraan tidak bisa terjadi dalam sekejap. Saya berharap, para buruh segera merasakan proses bisa menabung, berinvestasi, memiliki rumah, menyekolahkan anak, dan pensiun.

Perbaikan kesejahteraan buruh adalah bagian penting dalam upaya memperkuat golongan menengah. Buruh yang sejahtera akan berkontribusi pada kekuatan ekonomi Indonesia. Kalau para buruh saja bisa mengupayakan menabung, apalagi mereka yang bekerja sebagai karyawan. Jadi, bagaimana dengan Anda? Apa yang sudah Anda lakukan untuk bisa memperkuat keuangan Anda sendiri?

Sumber dari :
investasi.kontan.co.id/news/tips-mengelola-utang-agar-keuangan-terjaga



Cara Menghitung Biaya Pendidikan Anak


Sebagai orangtua memiliki tuntutan sebagai perencana keuangan. Terlebih jika tujuan kita untuk masa depan buah hati. Orangtua selalu ingin memberikan yang terbaik.

"Kita sebaiknya mencatat antara pemasukan dan pengeluaran. Tujuan keuangan harus dipisah, jangan satukan biaya untuk sekolah anak, investasi, kesehatan dalam satu rekening," ujar perencana keuangan dari QM Financial, Fitriavi Noeriman, saat ditemui Tribunnews.com, dalam temu media.
 
Menurut Fitri, menyiapkan dana pendidikan anak harus melihat sekolah dan waktu yang dihabiskan. Pasalnya inflasi pendidikan di Indonesia mencapai 20 persen. Lebih tinggi dari Malaysia, Thailand, Filipina, bahkan Korea.

Untuk itu,orangtua perlu menyiapkan dana pendidikan anak sejak dini. Mereka memiliki waktu 18 tahun untuk menyiapkannya. Baik dilakukan sebelum anak lahir atau awal anak lahir.

Fitri mencontohkan, pada 2011 uang masuk perguruan tinggi negeri S1 jalur khusus memerlukan dana Rp 60 juta. Anggap saja tahun 2011 merupakan tahun lahir anak. Setelah 17 tahun kemudian, di mana anak sudah duduk di bangku akhir SMA, biaya uang tersebut bisa mencapai Rp 645,7 juta, mengingat inflasi pendidikan yang tinggi.

Ilustrasi di atas menggambarkan investasi ke biaya pendidikan anak. Setiap orangtua dapat menghitung dana pendidikan melalui bank maupun manajer investasi. Hitung dana mulai masuk kuliah ini, lalu tambahkan 10 persen per tahun. Dari situlah diketahui angkanya, lalu kemudian dapat menyicil biaya setiap bulan sekali.

Orangtua setidaknya menyisihkan uang tabungan Rp 2,6 juta per bulan atau investasi Rp 203 ribu per bulan. Dengan catatan, tabungan memiliki bungan dua persen, sedangkan return investasi terutama reksadana saham bisa mencapai 25 persen.

"Kalau ingin high return tapi high risk ya reksadana saham, kalau konservati reksadana pasar uang, atau deposito," lanjutnya.

Sementara itu, dana kesehatan juga dirasa perlu. Tetapi jika kesehatan orangtua dan keluarga ditanggung oleh kantor, asuransi kesehatan tidak begitu penting.

"Asuransi kesehatan membuat kita merasa secure, tapi cek lagi prosedurnya, dan kalau kesehatan di-cover kantor, ya mending kantor aja."

Begitu pula dengan unitlink, sebuah instrumen investasi sekaligus proteksi yang lebih baik dipisahkan, antara investasi dan proteksi.

Sumber dari :
http://www.tribunnews.com/ini-cara-menghitung-biaya-pendidikan-anak

Saturday, 6 July 2013

Tips Mempersiapkan Dana Pensiun Dengan Berinvestasi


Pernahkah Anda tertegun ketika melihat seorang tokoh yang ketika berada di puncak masa karirnya terlihat sangat perlente, namun saat ditemui di usia pensiun sulit dikenali, karena terlihat begitu sederhana. Mungkin saja sosoknya memang bersahaja setelah tidak lagi berkarir.

Tetapi banyak orang-orang penting yang lupa mempersiapkan dana pensiun agar  masa tua mereka tetap memiliki lifestyle yang sama dengan ketika masih berkarir. Ketika fasilitas yang didapatkan selama memangku jabatan penting tidak lagi diperoleh, mereka tidak bisa memiliki gaya hidup yang sama seperti saat masih bekerja.

Sementara ada contoh di sejumlah negara maju, di Kanada misalnya, banyak orang-orang tua  bersama pasangannya melakukan perjalanan liburan empat sampai lima kali dalam setahun. Mereka menikmati hidup dengan mobil mewah, di hotel mahal dan merawat kesehatan di rumah sakit ternama.

Apa yang membedakan dua contoh di atas? Mengapa banyak orang-orang tua di negara maju menikmati hidup di usia tua. Jawabannya, adalah investasi. Berinvestasi dalam jangka waktu  panjang untuk masa pensiun adalah investasi yang paling ideal.

Asalkan dilakukan sejak dini dalam waktu  yang sepanjang mungkin. Kebanyakan penduduk di negara maju terbiasa berinvestasi. Mereka tidak lagi mengandalkan perbankan sebagai tempat menyimpan uang untuk jangka panjang..

 Di Singapura, 30 persen penduduknya sudah menjadi investor di pasar modal. Bandingkan dengan Indonesia yang baru mencatat jumlah investor 0,2 persen dibanding jumlah penduduk. Angka perbandingan jumlah investor dengan jumlah penduduk mencatat angka yang lebih tinggi  di negara maju.

Teori investasi menyebutkan bahwa semakin panjang jangka waktu berinvestasi, semakin besar potensi return yang bisa diraih. Dana pensiun ini sebaiknya disiapkan paling tidak dalam jangka waktu 10-15 tahun.

Cara yang paling sederhana menyiapkan dana pensiun dengan berinvestasi secara berkala. Mengapa bukan menabung? Jawabannya, karena imbal hasil dari menabung tidak cukup untuk mengalahkan tingkat inflasi yang terjadi setiap tahun.

Berapa return atau imbal hasil produk investasi yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan pensiun? Kalau merujuk pada inflasi rata-rata setiap tahun yang besarnya antara lima sampai enam persen maka produk investasi yang dibeli harus lebih tinggi dari inflasi. Akumulasi dana yang dikumpulkan dalam jangka waktu panjang juga akan mempengaruhi besarnya nilai investasi selain return.

Ada beragam produk investasi untuk jangka panjang di pasar modal. Saham adalah instrumen yang ideal untuk investasi di atas 10 tahun, sebab, meskipun pasar saham berfluktuasi setiap waktu, dalam jangka panjang tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki rekam jejak penguatan.  Dalam 10 tahun terakhir, antara periode 2002-2012 rata-rata kenaikan IHSG mencapai 32 persen per tahun.

Alternatif lain dengan membeli reksa dana saham yang dalam setahun terakhir pada akhir 2012. Contohnya, menghasilkan return rata-rata 10,06 persen. Kembali harus diingat, prinsip investasi high risk, high return. Risiko investasi dapat diminimalisasi dengan jangka waktu investasi yang makin panjang.

Instrumen investasi lain yang  lebih aman, dan memberi return di atas deposito bank misalnya, Obligasi Ritel Indonesia (ORI), atau obligasi korporasi yang  diterbitkan perusahaan swasta terbuka atau BUMN.

Langkah paling sederhana yang dapat dilakukan untuk menyiapkan masa pensiun adalah dengan menyisihkan sebesar 20 persen dari penghasilan rutin bulanan untuk investasi dan asuransi. Asuransi tetap penting untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan agar keluarga yang ditinggalkan tetap bisa hidup sesuai dengan kondisi ketika kepala keluarga yang menjadi penopang biaya hidup meninggal dunia atau cacat. 

Sumber dari :
http://economy.okezone.com/mempersiapkan-biaya-pensiun

Tips Bagaimana Menyiapkan Dana Buat Kelahiran Bayi


Tidak lama lagi Anda akan punya bayi? Selamat. Jangankan Anda, saya sendiri pasti akan ikut senang bila mendengar ada orang lain yang akan segera memiliki anggota baru dalam keluarganya.

Bagaimana tidak? Lahirnya seorang bayi seringkali memberikan semangat baru dalam sebuah keluarga. Malah semangat tersebut seringkali malah sudah muncul sekitar 8 – 9 bulan sebelumnya ketika si orang tua mendapatkan berita kehamilan dari dokter. Dan ­ bisa ditebak — puncak kebahagiaannya adalah ketika si anak betul-betul sudah lahir.

Apa yang selanjutnya terjadi? Si bayi makin lama makin besar. Pelan-pelan dia sudah mulai berjalan. Mungkin awalnya masih tertatih-tatih, tapi lama kelamaan dia sudah mulai berlari walaupun masih agak kaku. Kemudian, hanya dalam beberapa bulan atau tahun, Anda akan melihatnya berlari kesana kemari menubruk apa saja yang ada di depannya sambil berteriak-teriak berisik, dan Anda akan segera mengingat kembali ketika dia masih berada di dalam perut Anda. Seperti sekarang.

Sebagai seorang Perencana Keuangan, bila Anda memiliki seorang bayi yang mungkin belum lahir, tidak ada lain yang bisa saya lakukan kecuali menyarankan Anda untuk mempersiapkan keuangan keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi tersebut.

Kenapa Anda harus mempersiapkan keuangan dalam menyongsong kelahirannya? Jelas dong, ketika si anak masih berada dalam perut Anda, setiap satu atau dua kali sebulan Anda harus pergi memeriksakan kandungan Anda ke seorang dokter spesialis kandungan. Itu butuh biaya. Kemudian ketika Anda melahirkan, itu juga butuh biaya. Belum lagi kalau kelahirannya menggunakan alat, induksi maupun operasi caesar, maka biayanya bisa lebih besar lagi.

Kemudian Anda juga harus keluar uang untuk membeli segala macam perlengkapan bayi. Mulai dari kereta dorong, baju (yang dengan cepat akan menyusut karena anak Anda tumbuh makin besar dari hari ke hari), botol susu, pampers, dan lain sebagainya.

Bahkan bukan hanya itu. Dengan adanya berita kehamilan dari dokter, mungkin sudah saatnya juga bagi Anda berdua untuk mengevaluasi lagi kebiasaan belanja keluarga selama ini, karena ini adalah saatnya untuk menambah tabungan dalam keluarga.

Di bawah ini, saya akan memberikan sejumlah langkah keuangan yang perlu Anda lakukan apabila pada saat ini Anda sedang menyongsong kelahiran seorang bayi.

1. Segera tentukan di mana Anda akan melahirkan, dan cek biayanya
Hal ini penting agar Anda bisa mengetahui berapa perkiraan biaya persalinan yang mungkin akan Anda keluarkan. Pilihan tempat melahirkan biasanya ada dua: di RS/Klinik Umum atau RS/Klinik Bersalin.

Tidak hanya itu, Anda juga perlu memilih lokasinya. Apakah di RS Itu atau RS Ini. Kebanyakan keluarga sering memilih lokasi bersalin yang dekat dengan tempat tinggalnya. Tidak masalah. Yang penting, setelah Anda memilih lokasi, coba hubungi mereka untuk mengecek berapa perkiraan biaya yang diperlukan bila Anda ingin melakukan persalinan di situ.

Kalau perlu, lakukan tur kecil-kecilan ke tempat itu untuk melihat suasananya. Penting sekali bagi Anda untuk merasa nyaman bila melakukan persalinan di tempat itu. Bila tak punya kendaraan pribadi, pastikan Anda sudah menganggarkan untuk transportasi pada saat persalinan (sewa mobil, taksi, atau ambulans).

2. Cek apakah Biaya Persalinan Anda ditanggung oleh kantor/tempat kerja Anda atau suami Anda
Bila memang, ya, apakah diganti sepenuhnya? Ataukah hanya sebagian? Dengan begitu Anda bisa memperkirakan berapa biaya yang mesti Anda siapkan untuk perawatan persalinan. Kalau perlu periksa juga apakah penggantian tersebut juga mengganti biaya-biaya yang Anda keluarkan untuk kunjungan ke dokter kandungan.

3. Mulailah menabung untuk menyongsong kelahiran itu
Bila kantor tidak memberikan penggantian tersebut, maka Anda dan suami Anda harus menyiapkan sendiri dana persalinan itu. Ada dua cara menabung yang bisa digunakan. Yang pertama adalah dengan menabung secara rutin setiap bulan. Yang kedua adalah dengan menabung sekali saja. Cara kedua bisa digunakan kalau pada saat ini Anda sudah memiliki sejumlah dana yang bisa dimanfaatkan.

Ke mana Anda bisa menabungkan uang Anda? Hanya ada dua produk investasi yang saya sarankan: yang pertama adalah tabungan. Ini karena tabungan tidak akan berkurang nilai nominalnya dan bisa diambil sewaktu-waktu.

Bila Anda melakukan investasi sekali saja, maka Anda mungkin bisa memasukkan uang Anda ke alternatif investasi yang kedua, yaitu deposito. Anda bisa memilih deposito dengan jangka waktu yang pendek-pendek saja, seperti deposito berjangka waktu satu bulan. Dengan demikian, setiap satu bulan sekali Anda bisa mengevaluasi apakah Anda akan tetap menaruh uang Anda di deposito itu, atau mengambilnya apabila diperlukan.

4. Mulai menabung untuk keperluan bayi
Tidak hanya biaya persalinan yang perlu Anda siapkan. Penting juga agar Anda mempersiapkan dana untuk segala macam keperluan bayi selama beberapa bulan pertama seperti sabun, bedak, baby oil, sampo, pakaian dan lain-lainnya. Sedangkan untuk biaya kebutuhan biaya sehari-hari seperti susu dan makanan bayi, sebaiknya dimasukkan dalam anggaran belanja bulanan Anda sehari-hari.

5. Ambil asuransi jiwa
Bila suami Anda adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga, sarankan ia untuk segera memiliki asuransi jiwa. Santunan asuransi jiwa bisa digunakan untuk membayar pengeluaran keluarga akibat meninggalnya si pencari nafkah. Dan yang terpenting, santunan asuransi jiwa juga bisa mengganti pembayaran biaya persalinan dan segala macam pengeluaran untuk keperluan bayi Anda nanti.
Sumber dari : www.ruangkeluarga.com

Friday, 5 July 2013

Beberapa Cara Untuk Mengukur Kondisi Finansial Anda


Kita bisa membawa bekal makanan ke kantor setiap hari dan memaksimalkan tabungan pensiun Anda, tapi bagaimana kita tahu apakah kita ada di jalur yang benar dalam kebijakan pengeluaran uang?

Kami berbicara dengan beberapa perencana keuangan terpercaya untuk mengetahui pendapat mereka tentang tolok ukur apa yang dapat digunakan untuk mengukur kesehatan keuangan. Ingat, sangat penting untuk dicatat bahwa situasi yang dialami setiap orang berbeda, dan penerapan rencana keuangan tentunya berbeda juga, bergantung pada usia. Perlu juga dicatat bahwa daftar rencana di bawah ini tidak berarti sudah lengkap. Pasti ada cara lain untuk mengukur kesehatan keuangan. Jangan ragu untuk menambahkan pemikiran Anda sendiri di kolom komentar.

Berikut adalah beberapa cara untuk mengukur kondisi finansial Anda.

1. Pada usia 40 tahun, Anda telah memiliki harta yang besarnya 1 hingga 3 kali lipat pendapatan tahunan Anda.
Banyak penasihat keuangan menggunakan target berbasis usia untuk menentukan berapa banyak uang yang harus disiapkan karyawan sebelum pensiun. Fidelity Investment merilis pedoman yang menyebutkan bahwa pada usia 35 tahun, karyawan harus memiliki simpanan di tabungan setara dengan gaji tahunan mereka.

Erin Baehr, seorang Perencana Keuangan Bersertifikat di Strusburg, Pa., memaparkan pedoman yang sama. Menurut strategi yang direkomendasikan oleh Alliance of Cambridge Advisors, seseorang dengan usia antara 30 dan 40 berada dalam ‘fase akumulasi awal’ dan kekayaan bersih mereka akan 1 sampai 3 kali lipat pendapatan tahunan mereka.

Pada saat itu, “Anda kemungkinan besar sudah membeli rumah pertama Anda, memiliki kebiasaan menabung yang baik, meminimalkan utang pengeluaran. Anda berada di titik dalam karier Anda untuk mengumpulkan tabungan Anda,” kata Baehr. Ketika jumlah tabungan Anda sudah mencapai tiga kali lipat penghasilan tahunan Anda, Anda berada dalam fase akumulasi cepat. (Perhatikan bahwa kekayaan bersih di sini mencakup harga jual rumah Anda.)

2. Jika suami/istri Anda juga bekerja, Anda tetap dapat menutupi biaya pengeluaran tetap meski salah satunya berhenti bekerja.
Jika Anda dapat membayar semua biaya tetap Anda - seperti cicilan rumah, tagihan ponsel, pembayaran asuransi, perawatan anak, dll - hanya dengan menggunakan pendapatan Anda atau pasangan Anda, itu artinya kondisi keuangan Anda sangat baik. Pendapatan kedua bisa Anda gunakan untuk biaya sekunder, seperti liburan, makan malam di luar, dan tabungan.

Memang, ketika Anda mulai menata keuangan di usia 20-an dan 30-an, seringkali kedua pasangan bekerja untuk membayar tagihan, sehingga akan lebih sulit untuk menyisihkan pendapatan seseorang untuk tabungan atau biaya yang mungkin dianggap ‘ekstra’, kata Baehr.
 
3. Gaya hidup Anda dari dulu hingga sekarang tak banyak berubah.
Aturan standar untuk menabung 10 persen dari penghasilan Anda itu bagus tetapi juga memiliki kekurangan, kata Michael Kitces, seorang perencana keungan bersertifikat dan direktur penelitian di Pinnacle Advisory Group di Columbia, Md. Ketika pendapatan Anda terus meningkat, menabung hanya 10 persen dari tabungan Anda “tidak begitu efektif memenuhi tujuan Anda karena standar hidup meningkat dengan cepat dan tabungan Anda tidak bisa mengimbanginya,” katanya.

Misalnya, saat Anda berusia 20 tahun dan gaji Anda Rp2 juta, Anda menabung 10 persen yaitu Rp200 ribu. Kemudian Anda mendapat promosi jabatan di usia 30 tahun dan gaji Anda menjadi Rp10 juta. Jika Anda tetap menggunakan aturan menabung 10 persen, uang yang Anda tabungkan di usia 30 tahun adalah Rp1 juta. Padahal dengan gaji sebesar ini, Anda bisa menabung jauh lebih besar dari hanya 10 persen.

Hanya saja, biasanya dengan gaji yang bertambah, gaya hidup jadi lebih mahal pula. Maka banyak orang menabung dengan patokan minimal demi bisa menggunakan uangnya untuk biaya hidup. Padahal jika kita mengutamakan menabung, dan menjalani gaya hidup yang tidak banyak berubah dari 10 tahun yang lalu, masa tua kita akan lebih terjamin.

4. Anda hanya memiliki satu cicilan.
Tentu saja tidak memiliki utang adalah sesuatu yang ideal. Tapi dengan menyicil satu pembayaran tiap bulan, Anda meminimalkan risiko terjebak krisis aliran dana jika Anda terpaksa mengeluarkan biaya tak terduga untuk kesehatan misalnya.

Cara lain adalah dengan membuat tabungan mobil baru. “Sebagian besar orang sukses yang siap pensiun yang saya temui, hampir semua dari mereka memiliki akun mobil baru,” kata Behr. Dengan hal tersebut, alih-alih mencicil mobil baru, Anda menyisihkan sebagian uang ke dalam sebuah tabungan setiap bulannya, sehingga Anda memiliki cukup uang untuk membeli mobil baru ketika Anda membutuhkannya.

5. Anda memberikan setidaknya 5% dari penghasilan Anda untuk amal.
Kegiatan amal menunjukkan hubungan Anda yang sehat dengan kondisi keuangan. Ini berarti Anda memiliki batasan dalam hidup Anda, dalam keuangan Anda, dan Anda tidak hidup dalam kekurangan,” kata Baehr. Ini adalah indikasi yang sama dengan memiliki jumlah tabungan yang besar, tapi “saya merasa bahwa dengan beramal, membantu Anda untuk mengingat bahwa orang lain memiliki kebutuhan lebih besar daripada Anda,” katanya.

Sumber dari :
http://id.she.yahoo.com/lima-tanda-keuangan-anda-sudah-sehat