Saturday 3 August 2013

Cara Menyimpan Emas Dengan Aman


Banyak cara menyimpan emas, baik batangan, koin maupun perhiasan, dengan aman, mudah dan relatif murah.

Berikut adalah berbagai cara menyimpan emas yang lazim bisa kita lakukan:

1. Menyimpannya di rumah.

Ini cara paling gampang dan murah sekaligus relatif aman. Kita hanya memerlukan lemari berkunci di kamar kita yang privacy. Cara ini cocok bagi yang simpanan emasnya belum terlalu banyak, lokasi rumah gampang terpantau dan hampir tiap hari rumah tersebut berpenghuni.

2. Menyimpannya di brankas baja.

Selain dengan ‘cuma’ menyimpannya di lemari berkunci biasa, kita juga bisa memanfaatkan brankas baja. Dengan brankas baja, emas kita relatif terlindung dari bahaya kebakaran dan banjir. Bagi yang berniat jahatpun (pencuri) bisa jadi mngurungkan niatnya karena membobol brankas baja tentu lebih susah.

Harga brankas baja ini relatif terjangkau, mulai dari sekitar 2jtan. Kita cukup memilih brankas yang sesuai kebutuhan kita. Untuk mengetahui harganya, Anda bisa coba mengunjungi toko brankas.
 
3. Menyimpannya di safe deposit box (sdb).

Safe deposit box adalah layanan penyimpanan barang berharga ke dalam sebuah box berpengaman yang biasanya disediakan oleh bank-bank besar.

SDB biasanya disewakan per tahun dengan harga yang bervariasi, bergantung ukuran dan kebijakan bank masing-masing.

4. Dengan memanfaatkan gadai emas.
Ini adalah sebuah cara alternatif dalam menyimpan emas kita. Cocok bagi yang biasanya menyimpan emas di rumah dan suatu waktu seluruh penghuni rumah hendak bepergian jauh dan agak lama (semisal: mudik lebaran), kita tinggal mendatangi bank/pegadaian syariah kemudian menitipkan emas kita disitu.

Kita cukup membayar biaya titip dan administrasinya. Nilai gadainya tidak perlu kita ambil atau bisa juga diambil seperlunya untuk tambahan uang saku mudik.

Sumber dari :
http://odnv.co.id/berbagai-cara-aman-menyimpan-emas

Tips dan Cara Memulai Berinvestasi


Tulisan ini dibuat karena banyaknya pertanyaan yang sama ditanyakan berulang-ulang. Saking seringnya mendapat pertanyaan ini, saya bahkan sampai menyiapkan piring cantik buat penanya yang beruntung. (halah) Jadilah saya susun tulisan panjang ini sebagai referensi untuk Anda yang ingin tahu atau baru ingin memulai berinvestasi.

Ada dua poin penting yang menjadi dasar tulisan ini. Pertama: bahwa investasi itu adalah pengorbanan di masa sekarang untuk memperoleh hasil yang lebih baik di masa depan. Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Dan kedua: investasi adalah bagaimana membuat money work harder than you, bukan bagaimana Anda bekerja untuk uang.

Before We Get Started

Sebelum memulai, ada baiknya Anda lihat diri Anda sekarang. Berapa “uang dingin” yang Anda miliki saat ini? Jangan gunakan uang yang dijatah untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Berapa banyak Anda mau berkomitmen untuk menyisihkan dana setiap bulan atau setiap tahunnya? Tiap orang punya latar belakang dan preferensi masing-masing yang berbeda satu sama lain.

Kalau sudah melihat sikon diri sendiri, sekarang tentukan tujuan investasi Anda. Berapa besar target yang ingin Anda capai? Berapa lama jangka waktu yang Anda miliki? Apakah mau menyisihkan dana untuk pensiun? Ingin naik haji lima tahun lagi? Menabung untuk pendidikan anak Anda kelak? Sekedar ingin terlihat keren menyandang status sebagai ‘investor’? Atau ingin diam-diam kawin lagi dan butuh dana untuk menghidupi istri muda? (eh)

Kalau sudah, pertanyaannya sekarang, seberapa kuat Anda berkomitmen untuk beneran berinvestasi? Secara psikologis, manusia lebih suka bersenang-senang hari ini (instant gratification) daripada menunda demi kesenangan yang lebih besar di masa depan. Nah, bisakah Anda melawan godaan ini? Bayangkan, teman Anda punya iPhone 5 terbaru dan Anda masih menggunakan handphone yang Anda beli tiga tahun lalu. Teman Anda mencicil mobil baru tiap bulannya, sementara Anda mencicil saham dan reksadana. Teman Anda bisa mengelus-elus mobil barunya yang masih mulus. Anda bisa mengelus-elus apa? I’m not saying it’s going to be easy, but I’m telling you it’s probably going to be worth it.

Tapi di sisi lain, jangan pula bersikap terlalu impulsif. Berinvestasi karena produk X atau bank Y menawarkan Samsung S4 baru atau mobil Avanza? Tertarik membeli reksadana atau saham karena harganya belakangan naik? Anda sih bisa saja keluar dari rumah dan naik angkutan apapun seadanya (ojek, angkot, bus, taksi), dan tiba di tempat yang dituju. Tapi perjalanan investasi tidak sama dengan perjalanan ke Kelapa Gading atau ke Pasar Minggu.

Tabungan/Deposito vs. Inflasi

Pada poin kedua yang sudah saya singgung di atas, tujuan investasi adalah to make money work harder than you, sedemikian hingga Anda tidak perlu bekerja susah payah lagi di kemudian hari. Anda bisa menikmati kerja keras investasi Anda sementara Anda tak perlu bekerja dan bebas melakukan sesuatu yang menjadi hobi, passion, atau cita-cita Anda.

Nah, untuk mencapai itu semua, diperlukan instrumen investasi yang (1) bisa mengalahkan inflasi, dan (2) pada akhirnya kelak bisa menutup biaya hidup Anda tanpa Anda harus bekerja. Inflasi adalah ilusi yang mematikan karena menggerus kekayaan Anda tanpa Anda sadari. Lima tahun lalu, Rp 10.000 bisa buat makan bakso berdua. Tapi sekarang, dengan nominal yang sama cuma dapat satu porsi saja. Lima tahun lagi mungkin cuma bisa dapat kerupuknya saja.

Saya tidak menyebut tabungan dan deposito sebagai instrumen investasi karena untuk mengalahkan inflasi saja ia gagal. Misalnya, suku bunga deposito di BCA untuk nominal di bawah Rp 2 miliar bunganya hanya 4,5%. Tabungan (Tahapan BCA) di bawah Rp 1 miliar cuma dapat bunga 1,3%. Bandingkan dengan inflasi kita yang ada di kisaran 6%. Kalau cuma ditabung, kekayaan Anda akan tergerus 4,7% tiap tahunnya, sementara kalau didepositokan, akan tergerus 1,5% per tahun.

Beberapa bank (juga BPR) memang ada yang menawarkan rate lebih tinggi. Tapi perlu dicatat bahwa LPS hanya menjamin simpanan pada nominal dan rate tertentu. Kalau lebih dari itu, LPS tak mau tanggung jawab. Satu-satunya “keuntungan” deposito menurut saya adalah bilyet depositonya bisa digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit di bank yang bersangkutan, walaupun hanya 80-90% dari dana yang Anda depositokan dengan bunga sekitar 3-4% dari bunga deposito yang Anda peroleh.

Alternatif yang lebih menarik mungkin Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang ditawarkan hampir tiap tahun sejak 2006 lalu. Pertama kali diluncurkan, suku bunga ORI001 besarnya 12,05%, tapi belakangan suku bunganya makin menurun—mungkin karena peminatnya makin banyak. ORI007 dan ORI008 misalnya cuma dipatok 7,95% dan 7,3% saja. ORI009 bahkan cuma ditawarkan di 6,25% (jatuh tempo 15 Oktober 2015).

Investasi Reksadana

Saya pernah menulis buku tentang reksadana beberapa tahun lalu. Bagi para pemula, saya memang sering menyarankan reksadana untuk ‘test the water‘, sebagai wahana untuk menguji dan melatih Anda dalam berinvestasi. Reksadana relatif mudah dilakukan, bisa memperkenalkan Anda terhadap dunia investasi dan pasar modal, serta relatif bisa dimulai dengan modal yang kecil.

Cara memulai investasi di reksadana juga gampang. Anda cukup mencari produk reksadana yang sesuai, pilih manajer investasinya, baca prospektusnya, lalu lakukan pembelian (subscription) dan transfer dananya. Anda bisa membeli langsung melalui manajer investasi atau membelinya lewat agen (bank) yang ditunjuk. Pilihan produknya juga beragam, mulai dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana campuran, reksadana ETF, dan reksadana indeks. 
 
Seandainya akhir tahun nanti harga NAB-nya Rp 1.500 dan Anda hendak mencairkan reksadana Anda, maka keuntungan Anda sebesar Rp 200 ribu (minus komisi/fee/pajak). Sebaliknya, andaikata harga NAB-nya turun jadi Rp 1.000, maka kerugian Anda jadi Rp 300 ribu (plus komisi/fee). Tiap tahun (atau tengah tahun), manajer investasi akan mengirimkan Anda laporan investasi reksadana Anda. Laporan inilah yang menjadi bukti/konfirmasi atas kepemilikan reksadana Anda.

Kalau mau ingin serius terjun ke dunia investasi, saya sebenarnya tidak terlalu menyarankan reksadana sebagai komponen utama untuk investasi. Alasan pertama, faktor biaya yang tinggi membuat kinerjanya jadi kurang optimal (saya pernah menulisnya di sini). Sebenarnya ada alternatif yang bagus, yaitu reksadana indeks, namun pilihannya masih terbatas dan faktor biayanya masih dipertanyakan. Alasan kedua, silakan Anda lihat daftar orang terkaya di Indonesia (atau di dunia). Anda akan menemukan nama-nama orang kaya berkat saham, properti, atau bisnis—tapi tidak dari reksadana.

Investasi Saham

Banyak orang membahasakan investasi saham sebagai trading saham—yang tak jarang hanya mengandalkan rumor dan menggunakan margin yang tinggi. Tentu investasi model semacam itu jelas tidak disarankan. Selain berisiko tinggi, bisa bikin jantungan dan mengancam keharmonisan rumah tangga. Investasi saham yang dimaksud adalah investasi yang dilakukan dengan terukur, dihitung berdasar valuasi yang baik, dan direncanakan dengan matang. Saya lebih menyarankan pendekatan fundamental dan jangka panjang, bukan short-term trading dan spekulasi.

Memulai investasi saham mirip dengan memulai investasi reksadana. Anda harus membuka rekening di sekuritas terlebih dahulu sebelum bisa bertransaksi. Yang membedakan antara broker/sekuritas yang satu dengan yang lain biasanya pada jenis layanan yang diberikan, biaya yang dibebankan kepada investor, dan pada kekuatan modal (MKBD) yang dimiliki. Mirip seperti membuka rekening reksadana, Anda akan diminta untuk mengisi formulir, membuka rekening dana investor (RDI), menyiapkan fotokopi identitas, NPWP, dan berkas-berkas lainnya. Setelah rekening saham Anda aktif, biasanya 3×24 jam, barulah Anda bisa menyetor dana (deposit) dan mulai melakukan transaksi saham.

Belakangan ini, banyak broker/sekuritas memberikan layanan online trading yang murah dan mudah diakses dari manapun. Anda juga bisa memulai investasi dengan modal awal yang cukup rendah, mulai dari Rp 5-10 juta—walaupun pilihannya jadi lebih terbatas. Bagi pemula, biasanya saya sarankan untuk memilih saham-saham blue chip (LQ45) yang solid. Kalau masih bingung, Anda bisa meniru (mirroring) dari reksadana saham. Ambil salah satu reksadana saham yang kinerjanya bagus, download prospektusnya, lihat komposisi isi perutnya, lalu belilah saham-saham itu sesuai preferensi dan sikon Anda. Walaupun isinya lebih berbasis historical data dan hanya meng-cover top holding saja, tapi setidaknya informasi ini bisa memberikan Anda sedikit ‘clue.’

Berdasar pengalaman dari beberapa klien saya, selama Anda tidak memilih saham abal-abal maka kinerja investasi Anda akan cukup memuaskan—jauh di atas bunga deposito. Bagi mereka yang lebih advanced, saya biasanya menyarankan metode valuasi yang lebih kompleks untuk melihat (spotting) saham-saham yang masih murah dan punya upside potential bagus.

Investasi Emas

Saya pernah menulis buku tentang investasi emas beberapa tahun lalu tepat pada saat terjadi krisis finansial 2008. Buku tersebut adalah salah satu buku pertama yang membahas tentang emas—jauh sebelum hingar bingar soal kebun emas dan dinar emas. Di buku itu, saya tidak menyarankan emas sebagai investasi ‘per se’, tetapi lebih sebagai diversifikasi dan hedging risiko.

Saya bukan penggemar emas. Biasanya saya tidak menyarankan komposisi emas yang terlalu besar dalam portofolio Anda—tak lebih dari 10-15%. Alasan pertama, emas hanya naik bila didorong oleh faktor krisis, perang, bencana, dan catastrophe lainnya. Kedua, hasil trace back ke belakang juga membuktikan bahwa emas masih kalah dari saham, reksadana, dan properti. Dan terakhir, yang menurut saya paling penting, emas tidak memberikan cashflow seperti halnya instrumen investasi yang lain. Anda hanya bisa merealisasikan profit investasi emas Anda ketika Anda menjualnya lagi.

Bagi Anda yang tertarik berinvestasi emas, saya menyarankan untuk berinvestasi dalam bentuk fisik. Anda bisa membelinya dari toko-toko emas atau dari Logam Mulia (PT Antam). Beli emas secara legal dan lengkapi dengan dokumen (sertifikat) yang resmi. Simpanlah dalam tempat yang aman atau sewa safe deposit box di bank. Saya tidak menyarankan membeli emas dalam bentuk surat/sertifikat (buat apa?). Saya juga tidak menyarankan membeli emas dengan mencicil/berhutang—karena emas bisa turun harganya. Saya juga tidak menyarankan membeli lewat pihak ketiga semisal lewat MLM/arisan yang dibungkus investasi emas.

Secara hitung-hitungan, lebih menguntungkan membeli dalam bentuk batangan/lantakan. Pecahan yang kecil (50 gram atau yang lebih kecil) biasanya lebih “mahal” daripada pecahan yang besar (di atas 50 gram), tetapi lebih mudah diperjualbelikan kembali karena pasarnya lebih luas. Kalau Anda punya uang nganggur dan mau “menabung” emas tapi dana terbatas, Anda bisa membeli dari pecahan terkecil 5 gram (sekitar Rp 3 juta). Ketika hendak menjual kembali, akan lebih menguntungkan kalau Anda ketemu buyer langsung, seperti famili atau teman kantor, daripada menjualnya ke toko emas.

Investasi Properti

Strategi berinvestasi di properti bisa dimulai dengan mencari rumah seken yang ada di kisaran harga Rp 500 juta ke bawah (tergantung lokasi). Rumah di atas Rp 500 juta pasarnya cenderung menyempit dan spesifik. Selain itu, rumah kelas Rp 500 juta ke bawah lebih pas untuk disewakan bagi PNS atau pegawai kantoran yang baru menikah (keluarga muda). Kalaupun Anda ingin menjualnya kembali, dengan harga segitu relatif tidak sulit bagi Anda untuk menemukan pembeli.

Usahakan Anda bisa mematok biaya sewa 3-7% dari harga properti. Tergantung pada wilayahnya, potensi naiknya harga properti (capital gain) berkisar antara 10-20% per tahun. Kalau Anda menggunakan pembiayaan dari KPR untuk mendapatkan rumah tersebut, buat perhitungan dan perencanaan yang matang. Hitung juga nilai dari bangunan rumah tersebut. Harga tanah memang cenderung selalu naik, tapi nilai bangunan akan turun karena termakan usia dan cuaca. Salah satu risiko yang harus diwaspadai ketika menyewakan rumah adalah rumah menjadi tidak terurus dan banyak timbul kerusakan.

Ketika Anda hendak membeli rumah untuk disewakan, perhatikan bahwa harga yang diminta penjual tidak selalu mencerminkan nilai sebuah rumah. Pintar-pintarlah menemukan barang bagus dimana penjualnya sedang butuh uang (BU). Kalau untuk disewakan, usahakan membeli properti yang harganya 70-80% dari harga pasar. Dalam membeli rumah untuk disewakan, gunakan pertimbangan obyektifitas, jangan gunakan faktor like-dislike, karena toh rumah tersebut tidak untuk Anda tinggali sendiri.

Faktor lokasi jelas sangat mempengaruhi sukses tidaknya berinvestasi di properti. Pastikan Anda memilih kawasan yang sudah “hidup” dan ditinggali, bukan rumah kosong yang dibeli spekulan. Pilih juga kawasan dengan fasilitas perbelanjaan, transportasi, dan sekolah/kampus yang memadai. Kalau Anda membeli dari developer, pastikan juga track record developer tersebut bisa dipercaya.

Oke, Selanjutnya Bagaimana?

Seperti slogan Nike, just do it! Mulailah segera. Tak usah terlalu banyak membuat perhitungan yang terlalu njlimet di tahap-tahap awal. Sisihkan uang “dingin” yang Anda punya, pilih salah satu instrumen yang Anda suka, lalu mulailah berinvestasi. Jangan takut rugi. Mulailah dengan investasi yang bisa dilakukan dengan modal yang relatif kecil terlebih dahulu. Anggaplah ini sebagai ongkos belajar. Daripada Anda bayar jutaan rupiah untuk seminar yang tak jelas, lebih baik untuk belajar investasi langsung.

Jangan berharap return tinggi dalam waktu singkat, terutama di masa-masa awal Anda berinvestasi. Kalau Anda mengharapkan return yang menakjubkan dalam tempo sekejap, lebih baik Anda masuk ke partai dan melamar jadi bendahara umum atau makelar proyek. Fokuslah pada proses pembelajaran, mengumpulkan pengetahuan serta pengalaman, dan profit akan datang dengan sendirinya. Your purpose is to make mistakes, but in the right direction.

Top-up investasi Anda agar terus bertumbuh, atau biasa juga disebut cost averaging, yaitu secara periodik melakukan penambahan pada investasi Anda. Anggaplah seperti menabung. Ada dua hal yang bisa dilakukan: (1) increase your income, dan/atau (2) live below your means. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mendapatkan tambahan dana untuk bisa diinvestasikan. Bedanya, live below your means punya limit bawah (pengeluaran Anda tak mungkin nol, bukan?), sementara increase your income secara teknis tak punya limit maksimal (Anda bisa punya penghasilan tak terbatas).

Lakukan fine tuning sambil jalan. Dalam perjalanannya, Anda akan ketemu dengan return, fee, komisi, pajak, dan hal-hal menarik lainnya. Kalau dirasa kurang pas, Anda bisa melakukan adjustment. Semisal komposisi reksadana Anda terlalu besar, maka Anda bisa mencairkan sebagian untuk dipindahkan ke yang lain. Atau, semisal Anda terlalu banyak komposisi di saham tertentu, Anda bisa memindahkan sebagian ke saham yang lain. Kalau ada yang menawar properti Anda dengan harga tinggi, Anda bisa menjualnya untuk dipindahkan ke instrumen lain.

Sumber dari :
http://nofieiman.com/cara-memulai-investasi/

Thursday 1 August 2013

Mengenal Kredit Investasi



Kredit Investasi adalah pemberian fasilitas kredit bagi debitur yang tujuan penggunaannya bagi investasi modal kerja jangka waktunya ditentukan sesuai jangka waktu investasinya. Biasanya jangka waktu yang diberikan bank untuk kredit investasi adalah manimal 1 tahun. Manfaat kredit investasi atau kredit modal kerja selain untuk tambahan modal kerja, pembayarannya pun dapat dilakukan dengan cara mengangsur. Tetapi untuk mendapatkan kredit investasi atau pinjaman investasi ini, pihak bank atau lembaga keuangan akan melakukan verifikasi dan meneliti bisnis yang sedang dijalankan. Penerima kredit investasi juga akan dikenakan bunga yang besarnya tergantung kepada pihak bank yang memberikan fasilitas kredit investasi tersebut.

Bunga Dalam Kredit Investasi

Dalam kredit investasi sudah pasti ada bunga kredit investasi yang harus dibayarkan setiap bulan pada saat mencicil tagihan setiap bulannya. Bungan tersebut ditambahkan pada jumlah pinjaman investasi atau kredit investasi yang diajukan. Kenapa demikian ? Ini karena bunga kredit mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan bank diperoleh dari selisih bunga kredit investasi dengan bunga simpanan.

Fasilitas Kredit Investasi

Dalam sebuah kredit investasi ini, ada fasilitas kredit investasi yang dinamakan dengan Aksep Jangka Panjang ( Term Loan ). Pinjaman aksep jangka panjang ini merupakan pemberian fasilitas kredit berjangka lebih dari 1 tahun kepada nasabah debitur, yang penarikannya dapat di lakukan secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan perjanjian yang di tetapkan di muka. Pembayaran dapat di lakukan dengan cara angsuran bulanan atau bertahap.

Fasilitas Kredit Investasi Dari Cara Pembayaran

Adapun macam-macam fasilitas Term Loan berdasarkan cara pembayaran/pelunasannya :
  • Term Loan ( TL ).  Sebuah fasilitas kredit investasi yang cara pembayaran kredit investasi /pelunasan fasilitas kredit secara bertahap/cicilan/angsuran ( anuitas ).
  • Term Loan Grace Period ( TLG ). Sebuah fasilitas kredit investasi yang cara pembayaran hanya mencakup bunga saja, sedangkan pokok dan bunga di mulai pada saat Grace Period berakhir.
  • Term Loan Principal ( TLP ). Sebuah fasilitas kredit investasi yang cara pembayaran/pelunasan fasilitas kredit secara bertahap / cicilan /angsuran dengan nilai pokok yang sama tiap bulannya dan pembayaran bunga mengikuti outstanding.
Semoga informasi menarik tentang jenis kredit investasi dapat berguna untuk Anda yang ingin memulai usaha dengan cara berinvestasi.

Sumber dari :
www.shinobiapuy.blogspot.com/jenis-kredit-investasi

Wednesday 31 July 2013

Cara Merencanakan Keuangan Ketika Harga BBM Naik



Pemerintah berniat mengumumkan secara resmi kenaikan harga BBM bulan Juni tahun 2013 ini. Pemerintah dan Bank Indonesia sempat melontarkan perkiraan, inflasi tahun ini bisa melejit hingga kisaran 8%. Itu di atas kertas, meski kita tahu kenyataan di lapangan kerapkali kenaikan harga barang jauh di atas itu. Bahkan kenaikan harga barang sudah dimulai sejak beberapa pekan ini.

 Apa yang harus kita lakukan menghadapi ancaman kenaikan tingkat inflasi tahun 2013 ini?

Inflasi adalah hal yang lumrah pada sejumlah negara, khususnya seperti Indonesia sebagai negara berkembang, yang paling penting bagi kita adalah mempersiapkan apapun kondisi yang terjadi dengan perencanaan keuangan benar dan terarah.

 Kami selaku perencana keuangan terus berusaha untuk meningkatkan financial literacy dan financial mindset kepada masyarakat, agar dapat mengelola keuangannya dengan benar dan terarah, karena memang pendidikan financial tidak pernah diajarkan di tingkat akademis mulai dari kita SD sampai dengan perguruan tinggi.

 Untuk menghadapi perkiraan inflasi tahun 2013 yang sampai dengan 8% (diatas kertas) maka sebaiknya adalah dengan investasi yang nilainya melebihi inflasi (8%) tersebut. Namun ada baiknya sebelum berinvestasi pastikan bahwa Anda telah mempunyai dasar keuangan yang kuat, seperti dana darurat, asuransi yang sesuai dan rasio keuangan yang sehat. Banyak yang tidak sadar bahwa keuangan nya masih belum sehat atau bahkan belum pernah melakukan Financial Check Up. Maka praktips pengelolaan keungan yang harus dilakukan untuk menghadapi kenaikan BBM adalah sebagai berikut:

1. Benahi Kondisi keuangan dengan Cek Kesehatan Keuangan dan mulai pisahkan dengan tegas mana kebutuhan dan mana yang cuma keinginan.

Dengan melakukan cek kesehatan keuangan atau financial check up maka setidaknya Anda sudah membuat arus kas bulanan dan neraca (kekayaan bersih), dari 2 dokumen tersebut Anda dapat menilai rasio keuangan mana saja yang sehat dan tidak sehat.

Misal rasio cicilan hutang bulanan yang sudah melebihi 30% dan rasio hutang terhadap aset kurang dari 50% sudah merupakan rasio keuangan yang tidak sehat.

Ketika Anda sudah dapat memisahkan dengan jelas mana yang merupakan kebutuhan dan keinginan, maka pengeluaran yang bersifat keinginan dapat Anda tunda untuk sementara waktu sampai fondasi keuangan Anda sudah kuat.

Namun kebanyakan dari kita masih membuat pembenaran alih-alih keinginan sebagai kebutuhan.

2. Buat Perencanaan Keuangan Tahunan

Ketika Anda sudah dapat membuat perencanaan keuangan, maka Anda sudah mengatur dengan spesifik berapa kebutuhan dana darurat, kebutuhan asuransi, manajemen kas, manajemen hutang, perencanaan jangka pendek (1-2 tahun) , jangka menengah (3-5 tahun), dan jangka panjang (diatas 5 tahun).

Dengan begitu apapun pemilihan produk akan disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda.

3. Buat Alokasi Aset

Mengenai asset alokasi ini setidaknya adalah pengaturan portofolio asset Anda sehingga Asset Anda khususnya kekayaan bersih Anda bisa bertambah tiap tahunnya  minimal 2 atau 3 kali nilai inflasi inti.

Contoh misal kekayaan bersih Anda tahun 2013 bernilai 100 juta, maka dengan nilai inflasi tahun 2013 senilai 8% maka setidaknya pada akhir tahun 2013 kekayaan bersih Anda bernilai
100 juta X {100% + (2 X8%)} = 116 juta

Contoh Alokasi Aset



Produk Porsi          Nilai Return            Hasil
Tabungan 5%        5.000.000     2%        5.100.000
Deposito 10%      10.000.000 4,80%      10.480.000
Reksa Dana Pasar Uang 5%        5.000.000 6%        5.300.000
Reksa Dana Pendapatan Tetap 20%      20.000.000 8%      21.600.000
Reksa Dana Campuran 20%      20.000.000 20%      24.000.000
Reksa Dana Saham 20%      20.000.000 25%      25.000.000
Saham 10%      10.000.000 30%      13.000.000
Penyertaan Bisnis 10%      10.000.000 24%      12.400.000
TOTAL
   100.000.000
   116.880.000

4. Cermat dalam mengelola biaya, pemilihan produk.

Dengan adanya kenaikan BBM dan kenaikan inflasi maka sangat penting untuk bisa jeli mengenai efisiensi biaya yang dikeluarkan, dan memilih produk-produk yang lebih hemat energi.


5. Membuat Aset aktif, sehingga setiap kebutuhan dapat membiayai dirinya sendiri

Yang paling penting dalam perencanaan keuangan adalah kita dapat mandiri secara finansial. Mandiri secara finansial dalam hal ini bukan hanya berarti Anda bekerja mendapatkan penghasilan dan dapat membiayai kebutuhan Anda.

Namun ketika Anda sudah tidak dapat bekerja lagi Anda sudah dapat membiayai kebutuhan Anda melalui aset aktif Anda yang dapat memberikan pasif income. Hal ini yang coba saya sosialisasikan secara fun melalui permainan cash flow game 101 Robert T Kiyosaki.

 Beberapa Aset aktif yang dapat memberikan pasif income antara lain:

1. Surat Berharga

Contohnya adalah saham yang memberikan deviden, Surat Hutang ataupun deposito yang memberikan kupon ataupun bunga.

2. Properti

Jika Anda mempunyai properti yang disewakan seperti rumah kos, rumah petakan, ataupun apartemen yang memberikan hasil sewa bulanan

3. Bisnis

Dalam hal ini adalah bisnis yang sudah berjalan cukup lama, yang Anda sudah tidak perlu aktif di dalamnya dan sudah ada pengelola profesional yang mengelola bisnis Anda, Maka sebagai pemilik bisnis tersebut Anda sudah mendapatkan imbal hasil teratur dari bisnis tersebut.

Sumber dari :
http://pandjiharsanto.com/tips-mengelola-keuangan-di-tengah-kenaikan-bbm

Syarat Untuk Menjadi Trader Saham


Setiap orang yang sudah melakukan investasi di saham biasanya ingin juga bisa melakukan trading saham secara langsung. Namun, syarat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang investor jika ingin melakukan trading saham secara langsung (trader)?

Equity Capital Market Retail PT Mandiri Sekuritas Fath Aliansyah Budiman mengatakan, trading saham baru boleh dilakukan jika seseorang punya waktu yang lebih banyak sehingga bisa fokus dan memantau pergerakan saham secara terus menerus.

"Kita baru boleh trading kalau punya waktu banyak, panjang karena trading itu harus selalu dipantau," kata Fath pada acara Financial Clinic “Smart Investment” bersama Aidil Akbar di The Cone, fX Lifestyle X’enter Sudirman Lt. 7, Jakarta pada Rabu (29/5/2013).

Selain harus punya waktu banyak, seorang trader juga harus disiplin. "Jadi nggak bisa kalau nggak disiplin. Jadi harus kontinyu, nggak bisa kadang-kadang," katanya.

Tak hanya itu, seorang trader juga tidak boleh serakah. Artinya, jika target yang diinginkan sudah di depan mata jangan lantas menunggu sesuatu yang lebih besar lagi.

"Misalkan targetnya naik 1%, kemudian begitu sudah naik 1%, dia nunggu naik 1,5%, naik 2% akhirnya turun dan nggak jadi trading. Harusnya begitu sudah capai target langsung ambil," terangnya.

Ada lagi yang penting, ia menyebutkan dalam melakukan trading tidak boleh menggunakan feeling karena trading bukan sesuatu yang bisa diramal.

"Trading nggak boleh pakai feeling. Kalau setiap 5 menit ngecek berarti belum boleh trading. Jadi harus too cool. Saham naik nyantai saham turun nyantai. Nggak boleh ada ikatan emosi. Kalau itu sudah dikuasai baru boleh trading," katanya.

Sumber dari :
http://finance.detik.com/read/tips-cermat-jadi-trader-saham