Monday 8 July 2013

Tips Merencanakan Keuangan Untuk Biaya Hidup Anak Di Perguruan Tinggi


Menyiapkan kebutuhan anak saat masuk bangku kuliah tak melulu terkait biaya sekolah. Biaya hidup anak selama kuliah, terutama yang di luar kota atau mancanegara perlu juga disiapkan. Apa saja yang perlu ditempuh untuk antisipasi?
 
Prinsip selangkah lebih maju lazim dipegang oleh para orangtua. Saat ayah dan ibu mengecap pendidikan S1 atau S2, menjadi sesuatu yang wajar jika orangtua tersebut mengharapkan anak-anak mereka mengecap pendidikan melampaui pencapaian mereka tersebut.

Jika dahulu orangtua meraih gelar pendidikan tinggi di universitas dalam negeri, sang anak kelak kalau bisa jauh menuntut ilmu hingga ke negeri seberang. Namun, mimpi atau ambisi orangtua yang demikian tinggi akan sia-sia semata jika tanpa didahului dengan persiapan lahir batin.

Persiapan batin mungkin lebih bersifat internal. Seperti menimbang dan menghargai ego dan ambisi anak yang pasti memiliki minat, ambisi, dan mimpi sendiri. Ini berkait dengan pemilihan program studi juga universitas incaran.

Adapun, para orangtua akan lebih dituntut menyiapkan persiapan lahir. Dalam hal ini, yang paling mencolok adalah persiapan biaya pendidikan berikut biaya hidup sang anak.
 
Jika Anda sudah terlanjur sakit perut membaca paparan tentang kebutuhan biaya kuliah nan luar biasa besar, bersiaplah untuk memanjangkan napas lebih lama.

Kebutuhan biaya kuliah anak yang sudah Anda hitung, apakah yang dihitung sendiri atau dengan bantuan jasa perencana keuangan, belumlah termasuk biaya hidup si anak saat menempuh pendidikan tinggi. Terlebih jika kelak anak Anda berkuliah di luar kota atau mancanegara tanpa sokongan beasiswa bernilai penuh. Biaya hidup mereka saat kuliah kelak, ada baiknya turut disiapkan dari jauh-jauh hari.
 
A. Jangan tunda
Apa sajakah yang termasuk biaya hidup anak saat kuliah? Yang pasti adalah kebutuhan primer anak selama menjalani studi di tanah orang, mulai dari kebutuhan papan alias tempat tinggal, lalu kebutuhan makan dan pakaian, juga transportasi dan sosialisasi anak.

Jika anak Anda akan kuliah di negeri orang, maka perlu juga Anda siapkan tiket keberangkatan berikut biaya-biaya pembuatan visa pelajar.
"Masing-masing negara berbeda syarat dan biayanya," kata Lisa Soemarto, perencana keuangan AFC Financial.
 
Beberapa negara juga mensyaratkan agar para pelajar asing yang datang ke negeri mereka sudah dilindungi dengan asuransi kesehatan.

Lisa Soemarto, perencana keuangan AFC Financial, menyarankan para orangtua agar mempersiapkan dana biaya hidup saat anak kuliah, jauh-jauh hari. Ini bertujuan meringankan penyisihan dana, sama saja dengan prinsip pencapaian tujuan keuangan yang lain.

Jika anak Anda saat ini masih di dalam perut, mungkin Anda merasa terlalu cepat menyiapkan dengan terperinci kebutuhan biaya hidupnya saat kuliah kelak. Namun, menunda sama artinya menambah ongkos baru yang harus Anda tanggung, yakni risiko waktu dan risiko tak tercapainya tujuan keuangan. 

Berikut KONTAN beberkan langkah-langkah apa saja yang perlu dipersiapkan oleh orangtua dalam menyiapkan dana biaya hidup saat buah hati menempuh studi pendidikan tinggi: 
 
1. Riset tempat tujuan
Langkah pertama yang perlu Anda tempuh dalam menyiapkan biaya hidup Anak saat kuliah adalah meriset tentang daerah, kota, atau negara. Poin ini tentu tidak terlalu signifikan bagi Anda yang hendak menguliahkan anak di kota tempat tinggal keluarga saat ini.

Jika tempat kuliah yang Anda tuju untuk anak adalah kota di dalam negeri, Anda boleh berharap beban biaya yang perlu disiapkan akan lebih ringan. Paling tidak, ongkos transportasi tidak menjadi kendala signifikan jikalau suatu ketika anak Anda ingin menjangkau si orangtua atau sebaliknya.

Lantas, apa saja yang perlu diriset? Pertama, biaya makan. Ambil contoh di Yogyakarta, sebagai kota dengan biaya hidup relatif rendah. Satu dasawarsa silam, harga sepiring nasi bermenu lengkap cuma Rp 2.000-Rp 5.000. Sekarang, akibat inflasi, biayanya sudah berkisar antara Rp 7.000 sampai Rp 10.000 per piring.

Ambil asumsi per hari biaya makan Rp 40.000 atau Rp 1,2 juta per bulan. Berapa kira-kira 18 tahun lagi saat anak Anda berkuliah di sana? Jika diasumsikan inflasi per tahun 10%, maka 18 tahun lagi biaya makan sebulan di Yogyakarta mencapai Rp 6,67 juta.

Riset serupa juga harus Anda lakukan jika tempat kuliah anak kelak ada di mancanegara. Telusuri informasi yang tumpah ruah di internet tentang biaya makan di satu negara (lihat tabel biaya hidup). 

Bertanya pada kolega yang pernah bersekolah atau menyekolahkan anak di sana juga bisa dilakukan. "Jangan sungkan bertanya pada forum-forum online atau milis yang terkait dengan kuliah di luar negeri," saran Rajius Idzalika, mahasiswa program doktor di Georg-August-Universität Göttingen, Jerman.
 
Semakin spesifik riset yang Anda lakukan akan lebih bagus karena setiap kota memiliki profil berbeda. Misalnya, Anda berniat menyekolahkan anak di Inggris, tepatnya di Canterbury. Kumpulkan informasi spesifik tentang kota tersebut. "Canterbury dekat dengan London sehingga biaya hidup sedikit lebih mahal dibandingkan di Leeds atau Birmingham," ujar Karmila Parakassi, yang tengah menempuh studi S2 di Kent University.

Kedua, biaya tempat tinggal. Anak Anda mau tinggal di mana selama kuliah di tanah orang? Di apartemen, di rumah kontrakan, atau kamar petak alias kos-kosan? Kebutuhan biaya setiap pilihan tentu berbeda.

Ambil contoh termurah, yakni kamar petak alias kos. Saat ini di Surabaya, sewa kamar kos untuk mahasiswa di bilangan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) minimal dibanderol Rp 150.000 per bulan. Jika diasumsikan inflasi per tahun tarif kos sebesar 20%, maka 10 tahun lagi menjadi sekitar Rp 930.000 per bulan.

Di luar negeri, mencari kamar kos di daerah luar kampus, seturut pengalaman Karmila, bisa lebih murah yaitu £ 295 per bulan untuk ukuran single bed. "Kalau di daerah kampus rata-rata sudah £ 400 per bulan," jelasnya.

Ketiga, biaya transportasi. Jika memakai kendaraan sendiri maka yang perlu dihitung adalah kebutuhan bensin dan tentu saja dana pembelian kendaraan. Toh, kendaraan itu baru dipakai anak Anda beberapa tahun mendatang. Lebih baik menabung dana pembelian ketimbang membeli sekarang karena nilainya akan menurun.

Jika mengasumsikan anak Anda kelak memanfaatkan fasilitas transportasi publik, menyurvei biaya transportasi publik di daerah tujuan harus dilakukan. "Di Göttingen sini, naik bis sekali jalan sekitar € 1,5 euro," kata Rajius.

Keempat, biaya lain-lain. Misal, terkait biaya pendukung aktivitas perkuliahan, dari mulai buku kuliah, praktikum, dan seterusnya.

2. Riset keberangkatan
Setelah meriset tentang profil daerah tempat calon kampus anak Anda, jangan lupa pula meriset kebutuhan biaya keberangkatan. Ini khusus untuk anak yang hendak kuliah di luar negeri menimbang biayanya yang lebih signifikan.

Pernak-pernik kebutuhan keberangkatan ke negeri seberang antara lain menyangkut biaya pengurusan visa studi. Di beberapa negara, mensyaratkan perlindungan asuransi kesehatan bagi mahasiswa yang kuliah di sana.

Pembuatan asuransi memang baru akan diurus mendekati keberangkatan, namun tak ada salahnya Anda meriset harga asuransi kesehatan saat ini dan menyiapkan antisipasi dana hingga nanti dibutuhkan. Oh, iya, jangan lupa persiapan biaya tiket keberangkatan.
 
3. Susun perencanaan
Setelah semua informasi terkait biaya hidup di kota tujuan berikut persiapan biaya keberangkatan, sudah Anda kantongi. Kini saatnya Anda mulai menyusun perencanaan aksi menabung atau investasi.

Triknya serupa dengan menyiapkan biaya kuliah (lihat halaman 14), yakni asumsi biaya saat ini dikalikan asumsi inflasi dan jangka waktu yang tersisa sebelum tenggat penggunaan dana datang.

Sebagai contoh hitungan sederhana, perkiraan total biaya hidup kuliah di Surabaya saat ini adalah Rp 30 juta per tahun. Total biaya selama studi empat tahun sekitar Rp 120 juta. Asumsi inflasi berkisar 15% per tahun. Nah, 10 tahun lagi anak Anda mulai masuk kuliah. Berarti, kebutuhan dana si buah hati yang harus disiapkan berkisar Rp 485,5 juta.

Khusus untuk Anda yang hendak menyekolahkan anak di luar negeri, menimbang gerak kurs alias nilai tukar mata uang di negara tujuan juga perlu diperhitungkan.

Prita Ghozie, perencana keuangan ZAP Finance, menyarankan, jika jangka waktu menuju tenggat penggunaan dana masih di atas lima tahun, ada baiknya Anda berinvestasi dalam rupiah saja. Ini menilik laju return produk investasi dalam dollar AS maupun dollar Australia yang masih lebih rendah. Nah, ketika nanti sekitar lima tahun atau kurang dari itu tenggat penggunaan dana datang, anda perlu mengonversi dana ke mata uang terkait.

Perencana keuangan MRE Consulting Diana Sandjaja menyarankan, sebaiknya dana biaya kuliah atau biaya hidup selama kuliah ditukarkan ke mata uang terkait paling lama satu tahun sebelum digunakan. Itupun perlu menimbang kondisi makroekonomi saat itu. "Tidak disarankan untuk menabung dalam mata uang asing secara langsung karena return-nya dikhawatirkan tidak bisa mengejar inflasi biaya," kata dia.
 
4. Mulai beraksi
Anda bisa menyusun perencanaan keuangan sendiri atau meminta jasa financial planner. Tarif jasa para perencana keuangan saat ini cukup beragam. Ada yang dengan tarif sekitar Rp 8 juta untuk setiap kontrak, Anda sudah bisa diberikan jasa konsultasi dan penyusunan financial plan lengkap termasuk untuk biaya pendidikan dan biaya hidup kuliah.

Jika memilih menerapkan perencanaan sendiri tanpa bantuan financial planner, Anda perlu meluangkan waktu lebih untuk memilih produk investasi yang tepat demi tercapaianya tujuan keuangan.

Ingat prinsip kesebandingan risiko dan return dalam produk investasi. Hal itu berimplikasi pada pilihan produk. Jika penggunaan dana masih lama (di atas 10 tahun), memutar dana di saham atau reksadana saham bisa jadi pilihan. Jika penggunaan dana antara lima tahun hingga 10 tahun,

Anda bisa memilih obligasi atau reksadana campuran. Di bawah lima tahun hingga tiga tahun, sebaiknya memanfaatkan reksadana pendapatan tetap atau logam mulia emas. Kurang dari tiga tahun, Anda bisa memutar dana di reksadana pasar uang atau sertifikat deposito.

Reksadana banyak direkomendasikan para perencana keuangan karena relatif ringan dan mudah dijangkau. Dengan setoran minimal Rp 100.000, Anda bisa mulai berinvestasi. Bandingkan dengan investasi saham atau obligasi yang butuh dana minimal Rp 5 juta–Rp 10 juta.

Untuk meminimalkan risiko tidak tercapainya target dana, Anda perlu mengecek kondisi kesehatan keuangan dan memonitor hasil investasi. Semoga tujuan pendidikan si buah hati tercapai. Jangan menyerah sebelum berusaha, ya.

Sumber dari :
http://personalfinance.kontan.co.id/news/menyiapkan-biaya-hidup-anak-ketika-kuliah



Sunday 7 July 2013

Ciri-Ciri Keuangan Yang Tidak Sehat


Menjaga keuangan agar tetap sehat sama halnya dengan menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar. Salah satu cara untuk mengetahui sehat atau tidaknya kondisi tubuh adalah dengan mengenali gejala-gejala dari kondisi kesehatan tubuh yang buruk. Nah, hal yang sama juga perlu diterapkan ketika seseorang ingin mengenali kondisi keuangannya.

Itulah yang disampaikan Eko P. Pratomo dalam bukunya 50 Financial Wisdom. Menurut Eko, “Anda perlu tahu tanda-tanda adanya gejala kondisi keuangan Anda yang mulai tidak sehat atau mungkin malah sudah sakit.”

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mengetahui sehat atau tidaknya kondisi keuangan kita. Tentunya ada banyak sekali parameternya. Namun, menurut Eko ada tujuh gejala utama yang apabila muncul, kemungkinan besar kondisi keuangan keluarga kita tidak sehat. 
  1. Kita tidak dapat memenuhi kewajiban secara agama terkait dengan harta benda yang kita miliki (contohnya zakat untuk umat Islam dan perpuluhan bagi kaum Nasrani).
  2. Kita kerap kesulitan atau bahkan sudah tidak bisa menabung secara rutin. Dalam kondisi ini, biasanya pengeluaran (tanpa tabungan) sama atau bahkan lebih besar dibandingkan dengan penghasilan.
  3. Ketiadaannya dana darurat yang jumlah minimalnya sebesar tiga kali pengeluaran bulanan Anda. Dana cadangan adalah dana yang disiapkan untuk kondisi darurat dan, tentunya, hanya digunakan dalam kondisi darurat.
  4. Jika memiliki kartu kredit, biasanya tidak mampu melunasinya setiap bulan sehingga harus mencicil, dengan bunga yang makin besar.
  5. Jika memiliki utang, kita kerap mengalami kesulitan untuk melunasinya, bahkan dengan cara mencicil.
  6. Memiliki saldo utang yang lebih besar dibandingkan dengan aset yang kita miliki.
  7. Tidak adanya perencanaan dan persiapan finansial untuk masa depan, misalnya untuk pendidikan anak atau saat pensiun kelak.
Nah, teliti kembali apakah Anda termasuk di dalamnya?

Sumber dari :
http://intisari-online.com/7-tanda-keuangan-yang-tidak-sehat

Bagaimana Mengelola Hutang Supaya Kondisi Keuangan Sehat?


Berutang, bagi sebagian orang, masih dinilai sebagai hal yang tabu. Utang di mata  beberapa kalangan identik dengan ketidakmampuan keuangan dan stigma miskin alias kekurangan.

Tentu, tidak ada yang salah dari anggapan itu. Anda pasti tahu, arti harfiah dari utang alias Liabilitymemang berarti kekurangan. Namun, perkembangan dunia keuangan telah menempatkan utang sebagai salah satu bagian strategi meningkatkan kepemilikan aset, yakni apa yang disebut leverage atau daya pengungkit.

Jamak kita menemui, perusahaan membiayai modal usaha dari utang. Dari hasil ekspansi usaha itu,perusahaan bisa mencetak margin sekaligus membayar utangnya. Cara itu lazim ditempuh oleh korporasi.

Bagi individu, strategi yang sama juga ditempuh. Fasilitas kredit alias utang dalam beragam kemasan atawa produk makin akrab di kehidupan kita sehari-hari.
 
Berani bertaruh, sekarang ini jarang sekali kita menemui kenalan atau kolega yang tidak memiliki tanggungan utang. Kartu kredit, kredit pemilikan rumah, kredit pemilikan kendaraan, kredit modal kerja, kredit tanpa agunan, hingga utang di koperasi tempat kerja adalah jenis-jenis utang yang  kerap dimiliki oleh perorangan.

Singkat kata, berutang tidak lagi terhitung sebagai tabu yang ditulis dalam huruf besar. Berutang  bukan pantangan dalam perencanaan keuangan. Dengan berutang secara sehat atau sesuai kemampuan,  kita bisa menaikkan kemampuan keuangan. Namun, di sisi berseberangan, berutang tanpa perencanaan yang baik malah bisa menjerumuskan kita ke titik kebangkrutan. “Utang bagai senjata yang bisa kita gunakan membela diri, namun bisa pula melukai si pemakai,” ujar Diana Sandjaja, perencana keuangan MRE Financial & Business Advisory, beranalogi.

Maka itu, sebelum memanfaatkan utang, pengenalan karakteristik diri dan kondisi keuangan mutlak kita lakukan. Jangan sampai terjadi, utang yang semula ingin Anda manfaatkan untuk menciptakan performa keuangan yang lebih baik justru berbalik menjadi sumber kesengsaraan Anda.
 
A. Utang tetaplah utang

Kendati bisa membantu kita mendongkrak kemampuan keuangan, utang tetaplah utang. Utang sejatinya sama saja dengan barang atau komoditas biasa di pasar. Para penjualnya, yakni kreditur,  membanderol produk utang yang harus dibayar si pembeli (debitur) dalam bentuk bunga kredit. Para kreditur juga berlomba menawarkan fasilitas utang dengan harga alias bunga kompetitif.  Berpikir, mempelajari, dan menimbang cermat beberapa prinsip penting harus dilakukan sebelum memutuskan untuk berutang.

Pertama, sama halnya dengan keputusan membeli sebuah barang, hal prinsip yang harus Anda jawab sebelum berutang adalah apakah Anda sungguh-sungguh membutuhkan utang tersebut? “Berutanglah hanya dalam kondisi mendesak dan butuh,” saran Eko Endarto, perencana keuangan Finansia Consulting.

Kedua, periksa kondisi keuangan Anda. Jika memang memutuskan berutang, pastikan Anda memiliki kemampuan untuk membayarnya berikut risiko-risikonya.
Kesalahan yang sering terjadi pada orang yang agresif berutang adalah mereka kurang menimbang risiko-risikonya. Baik dari risiko bunga maupun risiko kesinambungan sumber penghasilan yang digunakan untuk membayar utang. Mereka mengira, kondisi penghasilannya akan tetap stabil selamanya. Padahal, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) atau kebangkrutan bisnis tidak bisa 100% hilang. “Jangan pernah mempertaruhkan pendapatan yang tidak pasti dengan beban pembayaran

Ketiga, cermati tawaran fasilitas utang yang hendak Anda ambil. Lakukan riset dan perbandingan dengan tawaran bunga kredit sejenis di pasar. Jangan sampai Anda tergiur berutang hanya karena  terbujuk rayuan klaim bunga murah. Untuk itu, penting sekali mempelajari skema cicilan hingga Anda bisa berhitung cermat efek utang tersebut pada kondisi kocek Anda di masa mendatang.

Di sisi lain, jika saat ini posisi kolom utang Anda sudah terisi berbagai macam jenis utang,  memeriksa dan mengecek kesehatan utang hukumnya wajib. Apa saja yang perlu kita lakukan untuk  memastikan kondisi keuangan berikut utang kita, terjaga dalam kondisi aman? Mari kita simak bersama kiat dari para perencana keuangan, sebagai berikut.
 
1. Cek jenis utang

Utang menilik penggunaannya bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif adalah utang yang kita gunakan untuk membeli aset produktif. Aset produktif, yakni aset yang nilainya terus meningkat atau menghasilkan nilai yang lebih besar dari cicilan utang. Termasuk di sini adalah kredit pemilikan rumah (KPR), kredit investasi, atau kredit modal kerja.

Sebaliknya, segala jenis utang yang kita manfaatkan untuk membeli aset konsumtif dinamakan utang konsumtif. Misal, kartu kredit untuk belanja barang di mal atau makan di restoran.

Para perencana keuangan menyarankan, jika memang terdesak berutang, ada baiknya Anda berutanguntuk pembelian aset produktif. Jika memang perlu memakai kartu kredit, pastikan penggunaannyauntuk mendukung kemudahan transaksi saja, bukan sebagai kartu utang apalagi “tambahan”diagnosis keuangan.

Ada beberapa rumus yang bisa Anda gunakan untuk mengecek masalah utang piutang ini. Pertama, rasio utang terhadap aset, yaitu perbandingan antara total utang dibagi total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan kita membayar utang. Angkanya harus lebih kecil dari 50%.

Kedua, rasio kemampuan pelunasan utang (debt service ratio). Rumus ini menghitung perbandingan antara total pembayaran utang per bulan dibagi penghasilan bulanan pencari nafkah utama. “Rasionya maksimal 30%. Jika angkanya mencapai 45%, sudah dikategorikan berbahaya,” jelas Pandji Harsanto, perencana keuangan dari Fin-Ally Financial Planning and Consulting.
 
Batas maksimal cicilan utang disepakati sebesar 30% jika itu berupa utang konsumtif. “Angkanya boleh hingga 40% jika digabungkan dengan utang produktif,” imbuh Eko.

Angka itu untuk menunjukkan seberapa banyak dana dari penghasilan si pencari nafkah utama untuk membayar cicilan utang. Jadi, rasio yang dihitung bukanlah dari total penghasilan bersama suami dan istri alias joint income.

Ketiga, rasio pelunasan utang non-hipotek. Angka ini untuk mengukur kemampuan pelunasan utang  konsumtif. Bisa dihitung dengan membagi total pembayaran cicilan non-hipotek per bulan dengan
penghasilan utama per bulan. Rasio maksimal adalah 15%. Jika ternyata angkanya melampaui 20%, itu peringatan bahwa kondisi keuangan Anda tidak sehat akibat beban utang konsumtif.
 
2. Bandingkan manfaat
Anda sudah mengukur rasio utang dalam buku keuangan. Agar kesehatan keuangan terjaga, perlu juga bagi kita mengukur manfaat utang yang hendak kita ambil atau utang lama yang sudah berjalan.

Apakah manfaat dari berutang itu lebih besar dibandingkan dengan biaya yang timbul akibat utang itu? “Jika lebih besar biaya dibanding manfaat, maka Anda perlu merestrukturisasi utang,” saran Diana.

Caranya, bisa dengan melunasi lebih cepat utang-utang yang tidak ekonomis. Bisa juga melakukan utang baru berbiaya murah. Langkah ini jamak dilakukan oleh korporasi untuk meringankan beban utangnya.
Utang-utang konsumtif ada baiknya terlebih dahulu dibereskan. Sedangkan, utang produktif bisa Anda periksa lagi biayanya. Jika memang memungkinkan, melunasi utang lebih cepat bisa menjadi langkah positif bagi keuangan Anda.

Anda harus waspada jika sudah menunjukkan tanda-tanda terkena penyakit utang. Perilaku gali lubang dan tutup lubang alias menggunakan utang baru untuk menutup utang lama bisa jadi indikasi bahwa utang mulai menjerat Anda.

Selain itu, ketika Anda cuma membayar cicilan minimum sebagai syarat pelunasan agar tidak default (gagal bayar), itu juga menandakan perilaku utang Anda tak sehat.

Begitu juga ketika Anda menutup pengeluaran sehari-hari dengan kartu kredit karena tidak punya sumber dana lain. “Ciri lain, jika Anda tidak mengetahui total utang sendiri dan kepada siapa saja berutang,” imbuh Diana.
 
3. Bereskan segera!

Lantas, bagaimana jadinya jika kondisi keuangan kita sudah telanjur karut-marut akibat masalah utang? Rasio-rasio utang telah menunjukkan warna merah, apa yang harus kita lakukan?

Diana memberikan beberapa tip agar masalah utang tak semakin runyam membelit Anda. Pertama, coba inventaris lagi semua utang yang Anda miliki, termasuk utang kepada keluarga dan rekan. Adapun untuk utang kepada lembaga keuangan, pastikan lagi berapa besar bunga kredit dan sudah berapa lama Anda menunggak cicilan.

Kedua, buatlah prioritas pelunasan utang, mulai dari utang yang berbiaya paling besar. Ingat, biaya utang tak cuma berupa bunga, lo. Perhatikan dan hitung pula denda keterlambatan, biaya administrasi kredit, juga skema hitungan bunganya. Dari sana Anda bisa membandingkan mana utang yang paling murah dan mana yang paling mahal.

Ketiga, bayarlah utang Anda di atas cicilan minimum. Tujuannya, supaya pelunasan bisa lebih cepat.Keempat, jika memang mendesak, jual saja sebagian aset Anda untuk melunasi utang-utang.

Kelima, jika ternyata Anda sudah tidak mampu membayar utang, cobalah melobi kreditur. Anda bisa meminta pembuatan perjanjian agar utang Anda dijadikan cicilan tetap, tidak lagi diperhitungkan sebagai bunga berjalan. “Negosiasikan lagi bunga yang dikenakan dan jadwal pembayaran, sesuai kemampuan Anda agar tidak menunggak. Ingat, ini kesempatan terakhir Anda, jangan disia-siakan,” andas Diana.

Keenam, ketika semua utang sudah lunas, gunakan jatah cicilan utang itu untuk memulai berinvestasi. Terakhir, yang tak kalah penting, ingat-ingat saja pengalaman utang nan pelik itu agar Anda selalu berpikir matang sebelum memutuskan berutang lagi.
 
Para perencana keuangan sepakat, meski bukan strategi tabu untuk mengerek kapitalisasi aset, erutang tetap saja bukan pilihan terbaik untuk itu. Menjalankan gaya hidup sesuai kemampuan finansial yang kita miliki adalah prinsip utama. Jika Anda sudah cukup nyaman tanpa utang, mengapa juga tergiur godaan berutang?
Bagaimanapun, wajah keuangan dengan nilai utang minim adalah lebih sehat ketimbang kantong yang bolong akibat penuh utang. Jadi, sudah siap menjaga kocek sehat dari utang-utang tak sehat? Semua kembali pada pilihan Anda.

Sosiolog Daniel Bell menyebut sistem pembelian dengan cara utang yang terepresentasikan oleh kartu kredit sebagai satu dari dua penemuan manusia paling menakutkan setelah mesiu.

Kartu kredit bersanding dengan iklan, dalam kacamata Bell, telah mendekonstruksi paradigma berpikir masyarakat tentang prinsip pengendalian diri. Teriakan Bell tahun 1960-an itu sepertinya masih relevan diungkit di hari-hari ini.

Di ranah pribadi, kita bisa merasakan sendiri gempuran varian produk kartu kredit lewat iklan. Iming-iming “kemudahan” transaksi dengan kartu kredit, mulai dari belanja baju, tiket pesawat, dan sebagainya, silih berganti menggoda.
 
Jika Anda menilai hidup Anda bisa lebih mudah dengan kartu kredit, tak soal memutuskan memiliki kartu kredit. Kuncinya tetap pada pengendalian diri. Menggunakan dengan bijak sembari melihat celah pemanfaatan secara optimal bisa menghindarkan Anda dari jebakan pahit kartu kredit.

Produk kartu kredit menawarkan keunggulan diskon harga bekerjasama dengan vendor tertentu. Alih-alih memanfaatkan diskon itu untuk keperluan konsumsi semata, mengapa tidak mencoba mengubahnya menjadi instrumen produktif?

Misal, memakai kartu kredit untuk kulakan barang diskon lantas dijual kembali dengan margin di atas bunga utang. “Sistem pembelian seperti ini bisa saja dilakukan bila kita sudah tahu arus barang dagangan yang dibelijualkan, juga kepastian jumlah yang dapat dijual kembali,” kata Pandji Harsanto, perencana keuangan dari Fin-Ally Financial Planning and Consulting

Anda bisa mengejar pembayaran tagihan sebelum jatuh tempo sehingga Anda terbebas dari bunga. Alhasil, kartu kredit yang identik sebagai utang konsumtif bisa Anda ubah menjadi modal usaha. Tentu saja, itu bisa ditempuh setelah Anda cermat dan matang menghitung untung ruginya!
 
B. Temuan Menakutkan Abad Modern

Saya sering sedih melihat permasalahan buruh di Indonesia. Ini adalah kelompok yang sering berdemonstrasi memperjuangkan apa yang menurut mereka adalah hak sebagai pekerja. Salah satu yang sering menjadi tuntutan adalah upah minimum. Kesedihan saya bukan soal demonstrasinya, tapi soal kesejahteraan mereka.

Penghasilan buruh yang meningkat tidak dibarengi dengan perbaikan kesejahteraan. Sebab, para buruh memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan keuangan.

Lalu, seperti berjodoh, bulan lalu saya mendapat kesempatan hadir menjadi pembicara seminar di hadapan buruh sebuah pabrik plastik. Kegiatan ini kami lakukan sebagai sebuah rangkaian kegiatan sehingga bisa betul-betul mengajak para buruh melakukan praktik perbaikan kondisi keuangan. Ada beberapa hal yang menjadi diskusi penting tersebut.
 
C. Pengaturan arus kas

Saat menerima penghasilan, para buruh perlu mengerti bahwa pengeluaran terbagi menjadi 4 kategoriesar: tabungan atau investasi, cicilan utang, pengeluaran rutin, dan lifestyle.

Mungkin ada yang tidak percaya para buruh memiliki pengeluaran lifestyle. Ternyata, bahkan di level buruh sekalipun, dengan penghasilan yang serba terbatas, lifestyle tetap menjadi masalah besar. Hasil diskusi dengan para buruh menunjukkan bahwa banyak buruh memilih untuk mementingkan biaya pulsa dan rokok daripada menabung untuk biaya sekolah anak.

Salah satu cara yang sederhana untuk belajar mengatur arus kas adalah dengan sistem amplop. Sistem amplop ini bisa membantu kita memilah-milah uang berdasarkan pos pengeluaran yang ada. Dengan cara ini kita jadi bisa melihat ke mana saja uang kita pergi dan sadar akan pengeluaran setiap bulan.
 
D. Tujuan finansial: rumah

Saya senang sekali ketika banyak buruh ini sudah memiliki cita-cita. Orang yang memiliki cita-cita akan memiliki semangat lebih banyak untuk maju. Salah satu cita-cita yang banyak menjadi bahasan dalam kunjungan pabrik itu adalah rumah.

Ya, memiliki rumah sendiri adalah sebuah kebanggaan. Kebanyakan orang akan membeli rumah dengan cara kredit bank. Maka penting kita memiliki kemampuan menabung agar bisa mengumpulkan down payment rumah yang kita inginkan.

Selanjutnya soal cicilan KPR. Kita perlu membatasi total cicilan kita hingga maksimal 30% dari penghasilan bulanan. Maka, saya mengingatkan para buruh ini agar berhati-hati saat tergiur mencicil barang-barang konsumtif. Jangan sampai punya telepon seluler baru dengan mencicil, tapi tidak sanggup lagi membayarkan cicilan KPR.
 
E. Bereskan segera

Semua orang, termasuk para buruh, perlu untuk berinvestasi. Namun jenis investasi yang cocok bagi setiap orang akan berbeda-beda. Soal investasi ini, harus hati-hati. Jangan sampai masuk ke dalam produk yang mereka tidak mengerti.

Jadi, rekomendasi untuk buruh di pabrik plastik ini saya batasi pada produk tabungan, deposito, emas Logam Mulia, rumah petak, atau kepemilikan ternak dan sawah. Diskusi dengan para buruh pun menjadi seru. Mereka bersemangat karena membayangkan uang yang bekerja untuk mereka.

Tapi ternyata, tak bisa menganggap remeh wawasan finansial buruh. Ada beberapa yang pengetahuannya bahkan sudah lebih banyak. Saya sempat kaget karena ada di antara para buruh ini yang sudah mulai berinvestasi di reksadana!

Ketiga hal penting itu tentu bisa dipraktikkan oleh semua orang dengan latar belakang yang beragam. Tapi, lalu saya pun jadi gemas. Para buruh saja bersedia melakukan perbaikan pada kondisi keuangan mereka, tapi masih banyak mereka yang karyawan, yang pendidikannya lebih tinggi, penghasilannya jauh lebih besar, masih tidak peduli pada proses perbaikan keuangan ini.

Kesimpulan saya setelah beberapa kali kunjungan ke pabrik tersebut, ternyata para buruh di sana adalah orang-orang yang sangat optimistis dan ingin belajar. Tentu saja saya sangat senang karena artinya banyak harapan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan buruh. Mudah-mudahan bukan saja upahnya yang meningkat, tapi juga dibarengi dengan kemampuan meningkatkan jumlah tabungan dan investasi mereka.

Tentu ada proses. Kesejahteraan tidak bisa terjadi dalam sekejap. Saya berharap, para buruh segera merasakan proses bisa menabung, berinvestasi, memiliki rumah, menyekolahkan anak, dan pensiun.

Perbaikan kesejahteraan buruh adalah bagian penting dalam upaya memperkuat golongan menengah. Buruh yang sejahtera akan berkontribusi pada kekuatan ekonomi Indonesia. Kalau para buruh saja bisa mengupayakan menabung, apalagi mereka yang bekerja sebagai karyawan. Jadi, bagaimana dengan Anda? Apa yang sudah Anda lakukan untuk bisa memperkuat keuangan Anda sendiri?

Sumber dari :
investasi.kontan.co.id/news/tips-mengelola-utang-agar-keuangan-terjaga



Cara Menghitung Biaya Pendidikan Anak


Sebagai orangtua memiliki tuntutan sebagai perencana keuangan. Terlebih jika tujuan kita untuk masa depan buah hati. Orangtua selalu ingin memberikan yang terbaik.

"Kita sebaiknya mencatat antara pemasukan dan pengeluaran. Tujuan keuangan harus dipisah, jangan satukan biaya untuk sekolah anak, investasi, kesehatan dalam satu rekening," ujar perencana keuangan dari QM Financial, Fitriavi Noeriman, saat ditemui Tribunnews.com, dalam temu media.
 
Menurut Fitri, menyiapkan dana pendidikan anak harus melihat sekolah dan waktu yang dihabiskan. Pasalnya inflasi pendidikan di Indonesia mencapai 20 persen. Lebih tinggi dari Malaysia, Thailand, Filipina, bahkan Korea.

Untuk itu,orangtua perlu menyiapkan dana pendidikan anak sejak dini. Mereka memiliki waktu 18 tahun untuk menyiapkannya. Baik dilakukan sebelum anak lahir atau awal anak lahir.

Fitri mencontohkan, pada 2011 uang masuk perguruan tinggi negeri S1 jalur khusus memerlukan dana Rp 60 juta. Anggap saja tahun 2011 merupakan tahun lahir anak. Setelah 17 tahun kemudian, di mana anak sudah duduk di bangku akhir SMA, biaya uang tersebut bisa mencapai Rp 645,7 juta, mengingat inflasi pendidikan yang tinggi.

Ilustrasi di atas menggambarkan investasi ke biaya pendidikan anak. Setiap orangtua dapat menghitung dana pendidikan melalui bank maupun manajer investasi. Hitung dana mulai masuk kuliah ini, lalu tambahkan 10 persen per tahun. Dari situlah diketahui angkanya, lalu kemudian dapat menyicil biaya setiap bulan sekali.

Orangtua setidaknya menyisihkan uang tabungan Rp 2,6 juta per bulan atau investasi Rp 203 ribu per bulan. Dengan catatan, tabungan memiliki bungan dua persen, sedangkan return investasi terutama reksadana saham bisa mencapai 25 persen.

"Kalau ingin high return tapi high risk ya reksadana saham, kalau konservati reksadana pasar uang, atau deposito," lanjutnya.

Sementara itu, dana kesehatan juga dirasa perlu. Tetapi jika kesehatan orangtua dan keluarga ditanggung oleh kantor, asuransi kesehatan tidak begitu penting.

"Asuransi kesehatan membuat kita merasa secure, tapi cek lagi prosedurnya, dan kalau kesehatan di-cover kantor, ya mending kantor aja."

Begitu pula dengan unitlink, sebuah instrumen investasi sekaligus proteksi yang lebih baik dipisahkan, antara investasi dan proteksi.

Sumber dari :
http://www.tribunnews.com/ini-cara-menghitung-biaya-pendidikan-anak

Saturday 6 July 2013

Tips Mempersiapkan Dana Pensiun Dengan Berinvestasi


Pernahkah Anda tertegun ketika melihat seorang tokoh yang ketika berada di puncak masa karirnya terlihat sangat perlente, namun saat ditemui di usia pensiun sulit dikenali, karena terlihat begitu sederhana. Mungkin saja sosoknya memang bersahaja setelah tidak lagi berkarir.

Tetapi banyak orang-orang penting yang lupa mempersiapkan dana pensiun agar  masa tua mereka tetap memiliki lifestyle yang sama dengan ketika masih berkarir. Ketika fasilitas yang didapatkan selama memangku jabatan penting tidak lagi diperoleh, mereka tidak bisa memiliki gaya hidup yang sama seperti saat masih bekerja.

Sementara ada contoh di sejumlah negara maju, di Kanada misalnya, banyak orang-orang tua  bersama pasangannya melakukan perjalanan liburan empat sampai lima kali dalam setahun. Mereka menikmati hidup dengan mobil mewah, di hotel mahal dan merawat kesehatan di rumah sakit ternama.

Apa yang membedakan dua contoh di atas? Mengapa banyak orang-orang tua di negara maju menikmati hidup di usia tua. Jawabannya, adalah investasi. Berinvestasi dalam jangka waktu  panjang untuk masa pensiun adalah investasi yang paling ideal.

Asalkan dilakukan sejak dini dalam waktu  yang sepanjang mungkin. Kebanyakan penduduk di negara maju terbiasa berinvestasi. Mereka tidak lagi mengandalkan perbankan sebagai tempat menyimpan uang untuk jangka panjang..

 Di Singapura, 30 persen penduduknya sudah menjadi investor di pasar modal. Bandingkan dengan Indonesia yang baru mencatat jumlah investor 0,2 persen dibanding jumlah penduduk. Angka perbandingan jumlah investor dengan jumlah penduduk mencatat angka yang lebih tinggi  di negara maju.

Teori investasi menyebutkan bahwa semakin panjang jangka waktu berinvestasi, semakin besar potensi return yang bisa diraih. Dana pensiun ini sebaiknya disiapkan paling tidak dalam jangka waktu 10-15 tahun.

Cara yang paling sederhana menyiapkan dana pensiun dengan berinvestasi secara berkala. Mengapa bukan menabung? Jawabannya, karena imbal hasil dari menabung tidak cukup untuk mengalahkan tingkat inflasi yang terjadi setiap tahun.

Berapa return atau imbal hasil produk investasi yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan pensiun? Kalau merujuk pada inflasi rata-rata setiap tahun yang besarnya antara lima sampai enam persen maka produk investasi yang dibeli harus lebih tinggi dari inflasi. Akumulasi dana yang dikumpulkan dalam jangka waktu panjang juga akan mempengaruhi besarnya nilai investasi selain return.

Ada beragam produk investasi untuk jangka panjang di pasar modal. Saham adalah instrumen yang ideal untuk investasi di atas 10 tahun, sebab, meskipun pasar saham berfluktuasi setiap waktu, dalam jangka panjang tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki rekam jejak penguatan.  Dalam 10 tahun terakhir, antara periode 2002-2012 rata-rata kenaikan IHSG mencapai 32 persen per tahun.

Alternatif lain dengan membeli reksa dana saham yang dalam setahun terakhir pada akhir 2012. Contohnya, menghasilkan return rata-rata 10,06 persen. Kembali harus diingat, prinsip investasi high risk, high return. Risiko investasi dapat diminimalisasi dengan jangka waktu investasi yang makin panjang.

Instrumen investasi lain yang  lebih aman, dan memberi return di atas deposito bank misalnya, Obligasi Ritel Indonesia (ORI), atau obligasi korporasi yang  diterbitkan perusahaan swasta terbuka atau BUMN.

Langkah paling sederhana yang dapat dilakukan untuk menyiapkan masa pensiun adalah dengan menyisihkan sebesar 20 persen dari penghasilan rutin bulanan untuk investasi dan asuransi. Asuransi tetap penting untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan agar keluarga yang ditinggalkan tetap bisa hidup sesuai dengan kondisi ketika kepala keluarga yang menjadi penopang biaya hidup meninggal dunia atau cacat. 

Sumber dari :
http://economy.okezone.com/mempersiapkan-biaya-pensiun