Sunday 4 August 2013

Sumber Dana Untuk Modal Bisnis Rumahan


Salah satu ciri khas di bulan Ramadhan adalah munculnya aneka ragam bisnis rumahan. Sebut saja kue kering, hidangan tajil, hingga baju koko laris manis diperdagangkan selama bulan ini. Menambah penghasilan dari bisnis rumahan bisa jadi awal kesuksesan Anda di masa mendatang. Siapa tahu, bisnis yang bermula dari iseng, pada akhirnya bisa menjadi sumber penghasilan utama. Salah satu yang harus dipersiapkan adalah modal bisnis. Bagaimana mempersiapkannya?

Modal yang diperlukan untuk setiap jenis usaha pasti berbeda-beda. Namun, secara umum suatu usaha yang menawarkan barang pasti membutuhkan: Lokasi fisik untuk produksi, Alat produksi, Bahan baku, Petugas/pekerja. Idealnya untuk lokasi produksi mudah dijangkau oleh alat transportasi, sehingga memudahkan pada saat mendistribusikan hasil produksi.

Nah, dari kebutuhan modal itulah baru kita dapat menghitung berapa jumlah dana yang perlu disiapkan. Setiap usaha yang baik sebisa mungkin harus punya Business Financial Plan atau rencana keuangan bisnis. Dalam rencana bisnis ini harus tertuang berapa jumlah dana modal yg diperlukan dan bagaimana cara memperolehnya.

Dana untuk mengembangkan usaha dapat diperoleh dari 3 sumber berikut;

Swadaya: dana berasal dari dana pribadi si pengusaha. Bisa diperoleh dari hasil warisan, bonus sebagai karyawan, atau penjualan aset investasi yang lain.

Pinjaman: dana pinjaman dapat berupa kredit modal usaha dari bank atau pun pinjaman dari perorangan.

Mitra bisnis: mengajak investor menjadi mitra bisnis. Investor akan menyuntikkan dana segar untuk modal, dan akan memiliki % kepemilikan dalam bisnis tersebut.

Hal penting yang harus diingat adalah, jika Anda membuat pinjaman untuk memulai bisnis, maka pembayaran utang harus berasal dari sumber dana usaha, bukan rumah tangga. Pastikan arus kas bisnis Anda sanggup untuk melakukan pengembalian sekaligus untuk memastikan kelancaran bisnis Anda. Selamat mencoba.

Sumber dari :
http://zapfinance.co.id/modal-untuk-berbisnis-rumahan/

Seluk Beluk Tentang Reksadana


Reksadana, menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 Bab I pasal 1 ayat 27, merupakan kumpulan dana dari masyarakat pemodal (investor) yang kemudian diinvestasikan kembali oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio efek (portofolio investasi) yang bisa berbentuk saham, obligasi, deposito, dan jenis instrumen investasi lainnya.

Saat ini reksadana umumnya bersifat terbuka, diikat dalam bentuk kontrak yang disebut dengan kontrak investasi kolektif (KIK) antara perusahaan manajer investasi dengan bank kustodian, tempat di mana investor ingin menempatkan dananya pada produk investasi. Sedangkan manajer investasi adalah pengelola dari produk reksadana.

 Manajer investasi bertugas untuk:
- membuat alokasi aset bagi reksadana yang dikelola 
- mengelola portofolio investasi
- menyusun dan mengimplementasikan strategi investasi
- meminimalisasi risiko investor
- melakukan penyesuaian portofolio investasi dengan perubahan yang terjadi pada pasar investasi

Sementara bank kustodian bertugas:
1. Menyimpan aset reksadana
2. Administrasi reksadana
3. Menghitung Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana 

Dalam membeli reksadana, Anda perlu mengetahui berbagai risiko yang mungkin akan timbul, supaya Anda berhati-hati dalam memilih jenis reksadana.

Beberapa risiko reksadana adalah sebagai berikut:

a. Risiko Default, merupakan risiko yang paling fatal. Reksadana berinvestasi pada kumpulan surat berharga yang dikenal dengan istilah portofolio efek. Setiap instrumen investasi ini memiliki risiko berbeda, salah satunya adalah tidak kembalinya dana investor yang sudah ditempatkan.

b. Tingkat pengembalian fluktuatif atau turunnya NAB
Surat berharga diperdagangkan di pasar, baik di bursa maupun secara langsung, sehingga memiliki risiko naik atau turun tergantung dari permintaan dan penawaran surat berharga tersebut. Hal ini berakibat NAB dari unit penyertaan akan turun atau naik.

c. Risiko Likuiditas
Hal ini merupakan komponen yang penting, karena tanpa likuiditas, investor bisa mengalami kesulitan dana dalam bentuk kerugian tunai akibat tidak bisa menjual portofolio investasinya.

d. Risiko Pasar
Risiko pasar dapat terjadi apabila harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Risiko pasar yang terjadi, secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB pada unit penyertaan mengalami penurunan.
 
Reksadana terbagi menjadi beberapa jenis:

Reksadana Pasar Uang.
Reksadana yang menempatkan 100% dana pada instrumen pasar uang, yaitu instrumen utang jangka pendek yang kurang dari 1 tahun, misalnya sertifikat Bank Indonesia, deposito, atau obligasi yang akan jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Produk ini ditujukan untuk jangka pendek, karena tidak berfluktuasi secara tajam baik naik atau turunnya NAB pada unit penyertaan.

Reksadana Pendapatan Tetap.
Manajer investasi menggunakan dana investor untuk diinvestasikan pada obligasi atau surat utang. Manajer investasi akan mendapatkan bunga secara rutin. Hal ini yang dimaksudkan “pendapatan tetap” yaitu nilai bunga yang diterima manajer investasi dari penerbit obligasi selalu tetap, sampai jatuh tempo. Obligasi biasanya juga diperjualbelikan di pasar modal layaknya saham. Pada saat tertentu harga obligasi naik, pada saat yang lain harganya turun.

Fluktuasi ini akan mempengaruhi NAB reksadana yang akhirnya mempengaruhi harga unit penyertaan. Reksadana pendapatan tetap bisa dijadikan alat investasi jangka menengah yaitu 5-10 tahun, hal ini untuk menghindari kerugian akibat fluktuasi harga obligasi dalam jangka pendek.

Reksadana Campuran. 
Manajer investasi menggabungkan dana untuk investasi pada instrumen saham, obligasi, deposito secara bersama-sama. Dengan reksadana campuran, investor berkesempatan mendapat imbal hasil dari berbagai macam instrumen investasi. Biasanya tingkat keuntungan yang diberikan reksadana campuran bisa lebih tinggi dibandingkan reksadana pasar uang maupun reksadana pendapatan tetap, terkadang bisa hampir menyamai imbal hasil di reksadana saham. Risiko yang kemungkinan terjadi tidak terlalu besar dibandingkan pada reksadana saham. Hal ini dikarenakan manajer investasi bisa secara mudah memutar dana di segala situasi.

Reksadana Saham.
Manajer investasi menempatkan dana investor dalam instrumen saham. NAB reksadana saham bergerak seiring perubahan harga saham-saham yang telah dibeli manajer investasi di bursa. Jika harga saham naik, maka NAB meningkat. Demikian juga sebaliknya apabila harga saham turun, NAB menjadi turun. Hal ini mengakibatkan harga unit penyertaan menjadi fluktuatif. Apabila unit penyertaan dijual ketika harganya lebih rendah dibandingkan saat membeli, maka terjadilah kerugian. Reksadana ini cocok untuk jangka panjang, dianjurkan di atas 10 tahun, karena secara umum harga saham meningkat, sehingga diharapkan NAB reksadana juga mengalami peningkatan.

Sumber dari :
http://id.she.yahoo.com/semua-yang-perlu-anda-tahu-tentang-reksadana

Saturday 3 August 2013

Cara Menyimpan Emas Dengan Aman


Banyak cara menyimpan emas, baik batangan, koin maupun perhiasan, dengan aman, mudah dan relatif murah.

Berikut adalah berbagai cara menyimpan emas yang lazim bisa kita lakukan:

1. Menyimpannya di rumah.

Ini cara paling gampang dan murah sekaligus relatif aman. Kita hanya memerlukan lemari berkunci di kamar kita yang privacy. Cara ini cocok bagi yang simpanan emasnya belum terlalu banyak, lokasi rumah gampang terpantau dan hampir tiap hari rumah tersebut berpenghuni.

2. Menyimpannya di brankas baja.

Selain dengan ‘cuma’ menyimpannya di lemari berkunci biasa, kita juga bisa memanfaatkan brankas baja. Dengan brankas baja, emas kita relatif terlindung dari bahaya kebakaran dan banjir. Bagi yang berniat jahatpun (pencuri) bisa jadi mngurungkan niatnya karena membobol brankas baja tentu lebih susah.

Harga brankas baja ini relatif terjangkau, mulai dari sekitar 2jtan. Kita cukup memilih brankas yang sesuai kebutuhan kita. Untuk mengetahui harganya, Anda bisa coba mengunjungi toko brankas.
 
3. Menyimpannya di safe deposit box (sdb).

Safe deposit box adalah layanan penyimpanan barang berharga ke dalam sebuah box berpengaman yang biasanya disediakan oleh bank-bank besar.

SDB biasanya disewakan per tahun dengan harga yang bervariasi, bergantung ukuran dan kebijakan bank masing-masing.

4. Dengan memanfaatkan gadai emas.
Ini adalah sebuah cara alternatif dalam menyimpan emas kita. Cocok bagi yang biasanya menyimpan emas di rumah dan suatu waktu seluruh penghuni rumah hendak bepergian jauh dan agak lama (semisal: mudik lebaran), kita tinggal mendatangi bank/pegadaian syariah kemudian menitipkan emas kita disitu.

Kita cukup membayar biaya titip dan administrasinya. Nilai gadainya tidak perlu kita ambil atau bisa juga diambil seperlunya untuk tambahan uang saku mudik.

Sumber dari :
http://odnv.co.id/berbagai-cara-aman-menyimpan-emas

Tips dan Cara Memulai Berinvestasi


Tulisan ini dibuat karena banyaknya pertanyaan yang sama ditanyakan berulang-ulang. Saking seringnya mendapat pertanyaan ini, saya bahkan sampai menyiapkan piring cantik buat penanya yang beruntung. (halah) Jadilah saya susun tulisan panjang ini sebagai referensi untuk Anda yang ingin tahu atau baru ingin memulai berinvestasi.

Ada dua poin penting yang menjadi dasar tulisan ini. Pertama: bahwa investasi itu adalah pengorbanan di masa sekarang untuk memperoleh hasil yang lebih baik di masa depan. Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Dan kedua: investasi adalah bagaimana membuat money work harder than you, bukan bagaimana Anda bekerja untuk uang.

Before We Get Started

Sebelum memulai, ada baiknya Anda lihat diri Anda sekarang. Berapa “uang dingin” yang Anda miliki saat ini? Jangan gunakan uang yang dijatah untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Berapa banyak Anda mau berkomitmen untuk menyisihkan dana setiap bulan atau setiap tahunnya? Tiap orang punya latar belakang dan preferensi masing-masing yang berbeda satu sama lain.

Kalau sudah melihat sikon diri sendiri, sekarang tentukan tujuan investasi Anda. Berapa besar target yang ingin Anda capai? Berapa lama jangka waktu yang Anda miliki? Apakah mau menyisihkan dana untuk pensiun? Ingin naik haji lima tahun lagi? Menabung untuk pendidikan anak Anda kelak? Sekedar ingin terlihat keren menyandang status sebagai ‘investor’? Atau ingin diam-diam kawin lagi dan butuh dana untuk menghidupi istri muda? (eh)

Kalau sudah, pertanyaannya sekarang, seberapa kuat Anda berkomitmen untuk beneran berinvestasi? Secara psikologis, manusia lebih suka bersenang-senang hari ini (instant gratification) daripada menunda demi kesenangan yang lebih besar di masa depan. Nah, bisakah Anda melawan godaan ini? Bayangkan, teman Anda punya iPhone 5 terbaru dan Anda masih menggunakan handphone yang Anda beli tiga tahun lalu. Teman Anda mencicil mobil baru tiap bulannya, sementara Anda mencicil saham dan reksadana. Teman Anda bisa mengelus-elus mobil barunya yang masih mulus. Anda bisa mengelus-elus apa? I’m not saying it’s going to be easy, but I’m telling you it’s probably going to be worth it.

Tapi di sisi lain, jangan pula bersikap terlalu impulsif. Berinvestasi karena produk X atau bank Y menawarkan Samsung S4 baru atau mobil Avanza? Tertarik membeli reksadana atau saham karena harganya belakangan naik? Anda sih bisa saja keluar dari rumah dan naik angkutan apapun seadanya (ojek, angkot, bus, taksi), dan tiba di tempat yang dituju. Tapi perjalanan investasi tidak sama dengan perjalanan ke Kelapa Gading atau ke Pasar Minggu.

Tabungan/Deposito vs. Inflasi

Pada poin kedua yang sudah saya singgung di atas, tujuan investasi adalah to make money work harder than you, sedemikian hingga Anda tidak perlu bekerja susah payah lagi di kemudian hari. Anda bisa menikmati kerja keras investasi Anda sementara Anda tak perlu bekerja dan bebas melakukan sesuatu yang menjadi hobi, passion, atau cita-cita Anda.

Nah, untuk mencapai itu semua, diperlukan instrumen investasi yang (1) bisa mengalahkan inflasi, dan (2) pada akhirnya kelak bisa menutup biaya hidup Anda tanpa Anda harus bekerja. Inflasi adalah ilusi yang mematikan karena menggerus kekayaan Anda tanpa Anda sadari. Lima tahun lalu, Rp 10.000 bisa buat makan bakso berdua. Tapi sekarang, dengan nominal yang sama cuma dapat satu porsi saja. Lima tahun lagi mungkin cuma bisa dapat kerupuknya saja.

Saya tidak menyebut tabungan dan deposito sebagai instrumen investasi karena untuk mengalahkan inflasi saja ia gagal. Misalnya, suku bunga deposito di BCA untuk nominal di bawah Rp 2 miliar bunganya hanya 4,5%. Tabungan (Tahapan BCA) di bawah Rp 1 miliar cuma dapat bunga 1,3%. Bandingkan dengan inflasi kita yang ada di kisaran 6%. Kalau cuma ditabung, kekayaan Anda akan tergerus 4,7% tiap tahunnya, sementara kalau didepositokan, akan tergerus 1,5% per tahun.

Beberapa bank (juga BPR) memang ada yang menawarkan rate lebih tinggi. Tapi perlu dicatat bahwa LPS hanya menjamin simpanan pada nominal dan rate tertentu. Kalau lebih dari itu, LPS tak mau tanggung jawab. Satu-satunya “keuntungan” deposito menurut saya adalah bilyet depositonya bisa digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit di bank yang bersangkutan, walaupun hanya 80-90% dari dana yang Anda depositokan dengan bunga sekitar 3-4% dari bunga deposito yang Anda peroleh.

Alternatif yang lebih menarik mungkin Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang ditawarkan hampir tiap tahun sejak 2006 lalu. Pertama kali diluncurkan, suku bunga ORI001 besarnya 12,05%, tapi belakangan suku bunganya makin menurun—mungkin karena peminatnya makin banyak. ORI007 dan ORI008 misalnya cuma dipatok 7,95% dan 7,3% saja. ORI009 bahkan cuma ditawarkan di 6,25% (jatuh tempo 15 Oktober 2015).

Investasi Reksadana

Saya pernah menulis buku tentang reksadana beberapa tahun lalu. Bagi para pemula, saya memang sering menyarankan reksadana untuk ‘test the water‘, sebagai wahana untuk menguji dan melatih Anda dalam berinvestasi. Reksadana relatif mudah dilakukan, bisa memperkenalkan Anda terhadap dunia investasi dan pasar modal, serta relatif bisa dimulai dengan modal yang kecil.

Cara memulai investasi di reksadana juga gampang. Anda cukup mencari produk reksadana yang sesuai, pilih manajer investasinya, baca prospektusnya, lalu lakukan pembelian (subscription) dan transfer dananya. Anda bisa membeli langsung melalui manajer investasi atau membelinya lewat agen (bank) yang ditunjuk. Pilihan produknya juga beragam, mulai dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana campuran, reksadana ETF, dan reksadana indeks. 
 
Seandainya akhir tahun nanti harga NAB-nya Rp 1.500 dan Anda hendak mencairkan reksadana Anda, maka keuntungan Anda sebesar Rp 200 ribu (minus komisi/fee/pajak). Sebaliknya, andaikata harga NAB-nya turun jadi Rp 1.000, maka kerugian Anda jadi Rp 300 ribu (plus komisi/fee). Tiap tahun (atau tengah tahun), manajer investasi akan mengirimkan Anda laporan investasi reksadana Anda. Laporan inilah yang menjadi bukti/konfirmasi atas kepemilikan reksadana Anda.

Kalau mau ingin serius terjun ke dunia investasi, saya sebenarnya tidak terlalu menyarankan reksadana sebagai komponen utama untuk investasi. Alasan pertama, faktor biaya yang tinggi membuat kinerjanya jadi kurang optimal (saya pernah menulisnya di sini). Sebenarnya ada alternatif yang bagus, yaitu reksadana indeks, namun pilihannya masih terbatas dan faktor biayanya masih dipertanyakan. Alasan kedua, silakan Anda lihat daftar orang terkaya di Indonesia (atau di dunia). Anda akan menemukan nama-nama orang kaya berkat saham, properti, atau bisnis—tapi tidak dari reksadana.

Investasi Saham

Banyak orang membahasakan investasi saham sebagai trading saham—yang tak jarang hanya mengandalkan rumor dan menggunakan margin yang tinggi. Tentu investasi model semacam itu jelas tidak disarankan. Selain berisiko tinggi, bisa bikin jantungan dan mengancam keharmonisan rumah tangga. Investasi saham yang dimaksud adalah investasi yang dilakukan dengan terukur, dihitung berdasar valuasi yang baik, dan direncanakan dengan matang. Saya lebih menyarankan pendekatan fundamental dan jangka panjang, bukan short-term trading dan spekulasi.

Memulai investasi saham mirip dengan memulai investasi reksadana. Anda harus membuka rekening di sekuritas terlebih dahulu sebelum bisa bertransaksi. Yang membedakan antara broker/sekuritas yang satu dengan yang lain biasanya pada jenis layanan yang diberikan, biaya yang dibebankan kepada investor, dan pada kekuatan modal (MKBD) yang dimiliki. Mirip seperti membuka rekening reksadana, Anda akan diminta untuk mengisi formulir, membuka rekening dana investor (RDI), menyiapkan fotokopi identitas, NPWP, dan berkas-berkas lainnya. Setelah rekening saham Anda aktif, biasanya 3×24 jam, barulah Anda bisa menyetor dana (deposit) dan mulai melakukan transaksi saham.

Belakangan ini, banyak broker/sekuritas memberikan layanan online trading yang murah dan mudah diakses dari manapun. Anda juga bisa memulai investasi dengan modal awal yang cukup rendah, mulai dari Rp 5-10 juta—walaupun pilihannya jadi lebih terbatas. Bagi pemula, biasanya saya sarankan untuk memilih saham-saham blue chip (LQ45) yang solid. Kalau masih bingung, Anda bisa meniru (mirroring) dari reksadana saham. Ambil salah satu reksadana saham yang kinerjanya bagus, download prospektusnya, lihat komposisi isi perutnya, lalu belilah saham-saham itu sesuai preferensi dan sikon Anda. Walaupun isinya lebih berbasis historical data dan hanya meng-cover top holding saja, tapi setidaknya informasi ini bisa memberikan Anda sedikit ‘clue.’

Berdasar pengalaman dari beberapa klien saya, selama Anda tidak memilih saham abal-abal maka kinerja investasi Anda akan cukup memuaskan—jauh di atas bunga deposito. Bagi mereka yang lebih advanced, saya biasanya menyarankan metode valuasi yang lebih kompleks untuk melihat (spotting) saham-saham yang masih murah dan punya upside potential bagus.

Investasi Emas

Saya pernah menulis buku tentang investasi emas beberapa tahun lalu tepat pada saat terjadi krisis finansial 2008. Buku tersebut adalah salah satu buku pertama yang membahas tentang emas—jauh sebelum hingar bingar soal kebun emas dan dinar emas. Di buku itu, saya tidak menyarankan emas sebagai investasi ‘per se’, tetapi lebih sebagai diversifikasi dan hedging risiko.

Saya bukan penggemar emas. Biasanya saya tidak menyarankan komposisi emas yang terlalu besar dalam portofolio Anda—tak lebih dari 10-15%. Alasan pertama, emas hanya naik bila didorong oleh faktor krisis, perang, bencana, dan catastrophe lainnya. Kedua, hasil trace back ke belakang juga membuktikan bahwa emas masih kalah dari saham, reksadana, dan properti. Dan terakhir, yang menurut saya paling penting, emas tidak memberikan cashflow seperti halnya instrumen investasi yang lain. Anda hanya bisa merealisasikan profit investasi emas Anda ketika Anda menjualnya lagi.

Bagi Anda yang tertarik berinvestasi emas, saya menyarankan untuk berinvestasi dalam bentuk fisik. Anda bisa membelinya dari toko-toko emas atau dari Logam Mulia (PT Antam). Beli emas secara legal dan lengkapi dengan dokumen (sertifikat) yang resmi. Simpanlah dalam tempat yang aman atau sewa safe deposit box di bank. Saya tidak menyarankan membeli emas dalam bentuk surat/sertifikat (buat apa?). Saya juga tidak menyarankan membeli emas dengan mencicil/berhutang—karena emas bisa turun harganya. Saya juga tidak menyarankan membeli lewat pihak ketiga semisal lewat MLM/arisan yang dibungkus investasi emas.

Secara hitung-hitungan, lebih menguntungkan membeli dalam bentuk batangan/lantakan. Pecahan yang kecil (50 gram atau yang lebih kecil) biasanya lebih “mahal” daripada pecahan yang besar (di atas 50 gram), tetapi lebih mudah diperjualbelikan kembali karena pasarnya lebih luas. Kalau Anda punya uang nganggur dan mau “menabung” emas tapi dana terbatas, Anda bisa membeli dari pecahan terkecil 5 gram (sekitar Rp 3 juta). Ketika hendak menjual kembali, akan lebih menguntungkan kalau Anda ketemu buyer langsung, seperti famili atau teman kantor, daripada menjualnya ke toko emas.

Investasi Properti

Strategi berinvestasi di properti bisa dimulai dengan mencari rumah seken yang ada di kisaran harga Rp 500 juta ke bawah (tergantung lokasi). Rumah di atas Rp 500 juta pasarnya cenderung menyempit dan spesifik. Selain itu, rumah kelas Rp 500 juta ke bawah lebih pas untuk disewakan bagi PNS atau pegawai kantoran yang baru menikah (keluarga muda). Kalaupun Anda ingin menjualnya kembali, dengan harga segitu relatif tidak sulit bagi Anda untuk menemukan pembeli.

Usahakan Anda bisa mematok biaya sewa 3-7% dari harga properti. Tergantung pada wilayahnya, potensi naiknya harga properti (capital gain) berkisar antara 10-20% per tahun. Kalau Anda menggunakan pembiayaan dari KPR untuk mendapatkan rumah tersebut, buat perhitungan dan perencanaan yang matang. Hitung juga nilai dari bangunan rumah tersebut. Harga tanah memang cenderung selalu naik, tapi nilai bangunan akan turun karena termakan usia dan cuaca. Salah satu risiko yang harus diwaspadai ketika menyewakan rumah adalah rumah menjadi tidak terurus dan banyak timbul kerusakan.

Ketika Anda hendak membeli rumah untuk disewakan, perhatikan bahwa harga yang diminta penjual tidak selalu mencerminkan nilai sebuah rumah. Pintar-pintarlah menemukan barang bagus dimana penjualnya sedang butuh uang (BU). Kalau untuk disewakan, usahakan membeli properti yang harganya 70-80% dari harga pasar. Dalam membeli rumah untuk disewakan, gunakan pertimbangan obyektifitas, jangan gunakan faktor like-dislike, karena toh rumah tersebut tidak untuk Anda tinggali sendiri.

Faktor lokasi jelas sangat mempengaruhi sukses tidaknya berinvestasi di properti. Pastikan Anda memilih kawasan yang sudah “hidup” dan ditinggali, bukan rumah kosong yang dibeli spekulan. Pilih juga kawasan dengan fasilitas perbelanjaan, transportasi, dan sekolah/kampus yang memadai. Kalau Anda membeli dari developer, pastikan juga track record developer tersebut bisa dipercaya.

Oke, Selanjutnya Bagaimana?

Seperti slogan Nike, just do it! Mulailah segera. Tak usah terlalu banyak membuat perhitungan yang terlalu njlimet di tahap-tahap awal. Sisihkan uang “dingin” yang Anda punya, pilih salah satu instrumen yang Anda suka, lalu mulailah berinvestasi. Jangan takut rugi. Mulailah dengan investasi yang bisa dilakukan dengan modal yang relatif kecil terlebih dahulu. Anggaplah ini sebagai ongkos belajar. Daripada Anda bayar jutaan rupiah untuk seminar yang tak jelas, lebih baik untuk belajar investasi langsung.

Jangan berharap return tinggi dalam waktu singkat, terutama di masa-masa awal Anda berinvestasi. Kalau Anda mengharapkan return yang menakjubkan dalam tempo sekejap, lebih baik Anda masuk ke partai dan melamar jadi bendahara umum atau makelar proyek. Fokuslah pada proses pembelajaran, mengumpulkan pengetahuan serta pengalaman, dan profit akan datang dengan sendirinya. Your purpose is to make mistakes, but in the right direction.

Top-up investasi Anda agar terus bertumbuh, atau biasa juga disebut cost averaging, yaitu secara periodik melakukan penambahan pada investasi Anda. Anggaplah seperti menabung. Ada dua hal yang bisa dilakukan: (1) increase your income, dan/atau (2) live below your means. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mendapatkan tambahan dana untuk bisa diinvestasikan. Bedanya, live below your means punya limit bawah (pengeluaran Anda tak mungkin nol, bukan?), sementara increase your income secara teknis tak punya limit maksimal (Anda bisa punya penghasilan tak terbatas).

Lakukan fine tuning sambil jalan. Dalam perjalanannya, Anda akan ketemu dengan return, fee, komisi, pajak, dan hal-hal menarik lainnya. Kalau dirasa kurang pas, Anda bisa melakukan adjustment. Semisal komposisi reksadana Anda terlalu besar, maka Anda bisa mencairkan sebagian untuk dipindahkan ke yang lain. Atau, semisal Anda terlalu banyak komposisi di saham tertentu, Anda bisa memindahkan sebagian ke saham yang lain. Kalau ada yang menawar properti Anda dengan harga tinggi, Anda bisa menjualnya untuk dipindahkan ke instrumen lain.

Sumber dari :
http://nofieiman.com/cara-memulai-investasi/

Thursday 1 August 2013

Mengenal Kredit Investasi



Kredit Investasi adalah pemberian fasilitas kredit bagi debitur yang tujuan penggunaannya bagi investasi modal kerja jangka waktunya ditentukan sesuai jangka waktu investasinya. Biasanya jangka waktu yang diberikan bank untuk kredit investasi adalah manimal 1 tahun. Manfaat kredit investasi atau kredit modal kerja selain untuk tambahan modal kerja, pembayarannya pun dapat dilakukan dengan cara mengangsur. Tetapi untuk mendapatkan kredit investasi atau pinjaman investasi ini, pihak bank atau lembaga keuangan akan melakukan verifikasi dan meneliti bisnis yang sedang dijalankan. Penerima kredit investasi juga akan dikenakan bunga yang besarnya tergantung kepada pihak bank yang memberikan fasilitas kredit investasi tersebut.

Bunga Dalam Kredit Investasi

Dalam kredit investasi sudah pasti ada bunga kredit investasi yang harus dibayarkan setiap bulan pada saat mencicil tagihan setiap bulannya. Bungan tersebut ditambahkan pada jumlah pinjaman investasi atau kredit investasi yang diajukan. Kenapa demikian ? Ini karena bunga kredit mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan bank diperoleh dari selisih bunga kredit investasi dengan bunga simpanan.

Fasilitas Kredit Investasi

Dalam sebuah kredit investasi ini, ada fasilitas kredit investasi yang dinamakan dengan Aksep Jangka Panjang ( Term Loan ). Pinjaman aksep jangka panjang ini merupakan pemberian fasilitas kredit berjangka lebih dari 1 tahun kepada nasabah debitur, yang penarikannya dapat di lakukan secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan perjanjian yang di tetapkan di muka. Pembayaran dapat di lakukan dengan cara angsuran bulanan atau bertahap.

Fasilitas Kredit Investasi Dari Cara Pembayaran

Adapun macam-macam fasilitas Term Loan berdasarkan cara pembayaran/pelunasannya :
  • Term Loan ( TL ).  Sebuah fasilitas kredit investasi yang cara pembayaran kredit investasi /pelunasan fasilitas kredit secara bertahap/cicilan/angsuran ( anuitas ).
  • Term Loan Grace Period ( TLG ). Sebuah fasilitas kredit investasi yang cara pembayaran hanya mencakup bunga saja, sedangkan pokok dan bunga di mulai pada saat Grace Period berakhir.
  • Term Loan Principal ( TLP ). Sebuah fasilitas kredit investasi yang cara pembayaran/pelunasan fasilitas kredit secara bertahap / cicilan /angsuran dengan nilai pokok yang sama tiap bulannya dan pembayaran bunga mengikuti outstanding.
Semoga informasi menarik tentang jenis kredit investasi dapat berguna untuk Anda yang ingin memulai usaha dengan cara berinvestasi.

Sumber dari :
www.shinobiapuy.blogspot.com/jenis-kredit-investasi