Saturday, 6 July 2013

Tips Bagaimana Menyiapkan Dana Buat Kelahiran Bayi


Tidak lama lagi Anda akan punya bayi? Selamat. Jangankan Anda, saya sendiri pasti akan ikut senang bila mendengar ada orang lain yang akan segera memiliki anggota baru dalam keluarganya.

Bagaimana tidak? Lahirnya seorang bayi seringkali memberikan semangat baru dalam sebuah keluarga. Malah semangat tersebut seringkali malah sudah muncul sekitar 8 – 9 bulan sebelumnya ketika si orang tua mendapatkan berita kehamilan dari dokter. Dan ­ bisa ditebak — puncak kebahagiaannya adalah ketika si anak betul-betul sudah lahir.

Apa yang selanjutnya terjadi? Si bayi makin lama makin besar. Pelan-pelan dia sudah mulai berjalan. Mungkin awalnya masih tertatih-tatih, tapi lama kelamaan dia sudah mulai berlari walaupun masih agak kaku. Kemudian, hanya dalam beberapa bulan atau tahun, Anda akan melihatnya berlari kesana kemari menubruk apa saja yang ada di depannya sambil berteriak-teriak berisik, dan Anda akan segera mengingat kembali ketika dia masih berada di dalam perut Anda. Seperti sekarang.

Sebagai seorang Perencana Keuangan, bila Anda memiliki seorang bayi yang mungkin belum lahir, tidak ada lain yang bisa saya lakukan kecuali menyarankan Anda untuk mempersiapkan keuangan keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi tersebut.

Kenapa Anda harus mempersiapkan keuangan dalam menyongsong kelahirannya? Jelas dong, ketika si anak masih berada dalam perut Anda, setiap satu atau dua kali sebulan Anda harus pergi memeriksakan kandungan Anda ke seorang dokter spesialis kandungan. Itu butuh biaya. Kemudian ketika Anda melahirkan, itu juga butuh biaya. Belum lagi kalau kelahirannya menggunakan alat, induksi maupun operasi caesar, maka biayanya bisa lebih besar lagi.

Kemudian Anda juga harus keluar uang untuk membeli segala macam perlengkapan bayi. Mulai dari kereta dorong, baju (yang dengan cepat akan menyusut karena anak Anda tumbuh makin besar dari hari ke hari), botol susu, pampers, dan lain sebagainya.

Bahkan bukan hanya itu. Dengan adanya berita kehamilan dari dokter, mungkin sudah saatnya juga bagi Anda berdua untuk mengevaluasi lagi kebiasaan belanja keluarga selama ini, karena ini adalah saatnya untuk menambah tabungan dalam keluarga.

Di bawah ini, saya akan memberikan sejumlah langkah keuangan yang perlu Anda lakukan apabila pada saat ini Anda sedang menyongsong kelahiran seorang bayi.

1. Segera tentukan di mana Anda akan melahirkan, dan cek biayanya
Hal ini penting agar Anda bisa mengetahui berapa perkiraan biaya persalinan yang mungkin akan Anda keluarkan. Pilihan tempat melahirkan biasanya ada dua: di RS/Klinik Umum atau RS/Klinik Bersalin.

Tidak hanya itu, Anda juga perlu memilih lokasinya. Apakah di RS Itu atau RS Ini. Kebanyakan keluarga sering memilih lokasi bersalin yang dekat dengan tempat tinggalnya. Tidak masalah. Yang penting, setelah Anda memilih lokasi, coba hubungi mereka untuk mengecek berapa perkiraan biaya yang diperlukan bila Anda ingin melakukan persalinan di situ.

Kalau perlu, lakukan tur kecil-kecilan ke tempat itu untuk melihat suasananya. Penting sekali bagi Anda untuk merasa nyaman bila melakukan persalinan di tempat itu. Bila tak punya kendaraan pribadi, pastikan Anda sudah menganggarkan untuk transportasi pada saat persalinan (sewa mobil, taksi, atau ambulans).

2. Cek apakah Biaya Persalinan Anda ditanggung oleh kantor/tempat kerja Anda atau suami Anda
Bila memang, ya, apakah diganti sepenuhnya? Ataukah hanya sebagian? Dengan begitu Anda bisa memperkirakan berapa biaya yang mesti Anda siapkan untuk perawatan persalinan. Kalau perlu periksa juga apakah penggantian tersebut juga mengganti biaya-biaya yang Anda keluarkan untuk kunjungan ke dokter kandungan.

3. Mulailah menabung untuk menyongsong kelahiran itu
Bila kantor tidak memberikan penggantian tersebut, maka Anda dan suami Anda harus menyiapkan sendiri dana persalinan itu. Ada dua cara menabung yang bisa digunakan. Yang pertama adalah dengan menabung secara rutin setiap bulan. Yang kedua adalah dengan menabung sekali saja. Cara kedua bisa digunakan kalau pada saat ini Anda sudah memiliki sejumlah dana yang bisa dimanfaatkan.

Ke mana Anda bisa menabungkan uang Anda? Hanya ada dua produk investasi yang saya sarankan: yang pertama adalah tabungan. Ini karena tabungan tidak akan berkurang nilai nominalnya dan bisa diambil sewaktu-waktu.

Bila Anda melakukan investasi sekali saja, maka Anda mungkin bisa memasukkan uang Anda ke alternatif investasi yang kedua, yaitu deposito. Anda bisa memilih deposito dengan jangka waktu yang pendek-pendek saja, seperti deposito berjangka waktu satu bulan. Dengan demikian, setiap satu bulan sekali Anda bisa mengevaluasi apakah Anda akan tetap menaruh uang Anda di deposito itu, atau mengambilnya apabila diperlukan.

4. Mulai menabung untuk keperluan bayi
Tidak hanya biaya persalinan yang perlu Anda siapkan. Penting juga agar Anda mempersiapkan dana untuk segala macam keperluan bayi selama beberapa bulan pertama seperti sabun, bedak, baby oil, sampo, pakaian dan lain-lainnya. Sedangkan untuk biaya kebutuhan biaya sehari-hari seperti susu dan makanan bayi, sebaiknya dimasukkan dalam anggaran belanja bulanan Anda sehari-hari.

5. Ambil asuransi jiwa
Bila suami Anda adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga, sarankan ia untuk segera memiliki asuransi jiwa. Santunan asuransi jiwa bisa digunakan untuk membayar pengeluaran keluarga akibat meninggalnya si pencari nafkah. Dan yang terpenting, santunan asuransi jiwa juga bisa mengganti pembayaran biaya persalinan dan segala macam pengeluaran untuk keperluan bayi Anda nanti.
Sumber dari : www.ruangkeluarga.com

Friday, 5 July 2013

Beberapa Cara Untuk Mengukur Kondisi Finansial Anda


Kita bisa membawa bekal makanan ke kantor setiap hari dan memaksimalkan tabungan pensiun Anda, tapi bagaimana kita tahu apakah kita ada di jalur yang benar dalam kebijakan pengeluaran uang?

Kami berbicara dengan beberapa perencana keuangan terpercaya untuk mengetahui pendapat mereka tentang tolok ukur apa yang dapat digunakan untuk mengukur kesehatan keuangan. Ingat, sangat penting untuk dicatat bahwa situasi yang dialami setiap orang berbeda, dan penerapan rencana keuangan tentunya berbeda juga, bergantung pada usia. Perlu juga dicatat bahwa daftar rencana di bawah ini tidak berarti sudah lengkap. Pasti ada cara lain untuk mengukur kesehatan keuangan. Jangan ragu untuk menambahkan pemikiran Anda sendiri di kolom komentar.

Berikut adalah beberapa cara untuk mengukur kondisi finansial Anda.

1. Pada usia 40 tahun, Anda telah memiliki harta yang besarnya 1 hingga 3 kali lipat pendapatan tahunan Anda.
Banyak penasihat keuangan menggunakan target berbasis usia untuk menentukan berapa banyak uang yang harus disiapkan karyawan sebelum pensiun. Fidelity Investment merilis pedoman yang menyebutkan bahwa pada usia 35 tahun, karyawan harus memiliki simpanan di tabungan setara dengan gaji tahunan mereka.

Erin Baehr, seorang Perencana Keuangan Bersertifikat di Strusburg, Pa., memaparkan pedoman yang sama. Menurut strategi yang direkomendasikan oleh Alliance of Cambridge Advisors, seseorang dengan usia antara 30 dan 40 berada dalam ‘fase akumulasi awal’ dan kekayaan bersih mereka akan 1 sampai 3 kali lipat pendapatan tahunan mereka.

Pada saat itu, “Anda kemungkinan besar sudah membeli rumah pertama Anda, memiliki kebiasaan menabung yang baik, meminimalkan utang pengeluaran. Anda berada di titik dalam karier Anda untuk mengumpulkan tabungan Anda,” kata Baehr. Ketika jumlah tabungan Anda sudah mencapai tiga kali lipat penghasilan tahunan Anda, Anda berada dalam fase akumulasi cepat. (Perhatikan bahwa kekayaan bersih di sini mencakup harga jual rumah Anda.)

2. Jika suami/istri Anda juga bekerja, Anda tetap dapat menutupi biaya pengeluaran tetap meski salah satunya berhenti bekerja.
Jika Anda dapat membayar semua biaya tetap Anda - seperti cicilan rumah, tagihan ponsel, pembayaran asuransi, perawatan anak, dll - hanya dengan menggunakan pendapatan Anda atau pasangan Anda, itu artinya kondisi keuangan Anda sangat baik. Pendapatan kedua bisa Anda gunakan untuk biaya sekunder, seperti liburan, makan malam di luar, dan tabungan.

Memang, ketika Anda mulai menata keuangan di usia 20-an dan 30-an, seringkali kedua pasangan bekerja untuk membayar tagihan, sehingga akan lebih sulit untuk menyisihkan pendapatan seseorang untuk tabungan atau biaya yang mungkin dianggap ‘ekstra’, kata Baehr.
 
3. Gaya hidup Anda dari dulu hingga sekarang tak banyak berubah.
Aturan standar untuk menabung 10 persen dari penghasilan Anda itu bagus tetapi juga memiliki kekurangan, kata Michael Kitces, seorang perencana keungan bersertifikat dan direktur penelitian di Pinnacle Advisory Group di Columbia, Md. Ketika pendapatan Anda terus meningkat, menabung hanya 10 persen dari tabungan Anda “tidak begitu efektif memenuhi tujuan Anda karena standar hidup meningkat dengan cepat dan tabungan Anda tidak bisa mengimbanginya,” katanya.

Misalnya, saat Anda berusia 20 tahun dan gaji Anda Rp2 juta, Anda menabung 10 persen yaitu Rp200 ribu. Kemudian Anda mendapat promosi jabatan di usia 30 tahun dan gaji Anda menjadi Rp10 juta. Jika Anda tetap menggunakan aturan menabung 10 persen, uang yang Anda tabungkan di usia 30 tahun adalah Rp1 juta. Padahal dengan gaji sebesar ini, Anda bisa menabung jauh lebih besar dari hanya 10 persen.

Hanya saja, biasanya dengan gaji yang bertambah, gaya hidup jadi lebih mahal pula. Maka banyak orang menabung dengan patokan minimal demi bisa menggunakan uangnya untuk biaya hidup. Padahal jika kita mengutamakan menabung, dan menjalani gaya hidup yang tidak banyak berubah dari 10 tahun yang lalu, masa tua kita akan lebih terjamin.

4. Anda hanya memiliki satu cicilan.
Tentu saja tidak memiliki utang adalah sesuatu yang ideal. Tapi dengan menyicil satu pembayaran tiap bulan, Anda meminimalkan risiko terjebak krisis aliran dana jika Anda terpaksa mengeluarkan biaya tak terduga untuk kesehatan misalnya.

Cara lain adalah dengan membuat tabungan mobil baru. “Sebagian besar orang sukses yang siap pensiun yang saya temui, hampir semua dari mereka memiliki akun mobil baru,” kata Behr. Dengan hal tersebut, alih-alih mencicil mobil baru, Anda menyisihkan sebagian uang ke dalam sebuah tabungan setiap bulannya, sehingga Anda memiliki cukup uang untuk membeli mobil baru ketika Anda membutuhkannya.

5. Anda memberikan setidaknya 5% dari penghasilan Anda untuk amal.
Kegiatan amal menunjukkan hubungan Anda yang sehat dengan kondisi keuangan. Ini berarti Anda memiliki batasan dalam hidup Anda, dalam keuangan Anda, dan Anda tidak hidup dalam kekurangan,” kata Baehr. Ini adalah indikasi yang sama dengan memiliki jumlah tabungan yang besar, tapi “saya merasa bahwa dengan beramal, membantu Anda untuk mengingat bahwa orang lain memiliki kebutuhan lebih besar daripada Anda,” katanya.

Sumber dari :
http://id.she.yahoo.com/lima-tanda-keuangan-anda-sudah-sehat

Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak Sejak Dini


Biaya pendidikan setiap tahunnya selalu meningkat. Itu tantangan yang harus dipertimbangkan ketika mulai mengatur perencanaan keuangan Anda, terutama setelah Anda dan pasangan memutuskan untuk memiliki anak. Bayangkan saja, biaya masuk untuk Kelompok Bermain yang berkualitas saat ini bisa mencapai jutaan, bahkan belasan juta rupiah. Tapi jangan khawatir, dengan perencanaan yang matang dan mulai sejak dini, Anda pasti bisa mempersiapkan dana pendidikan si buah hati!

Ada beberapa strategi yang bisa Anda lakukan untuk mempersiapkan dana pendidikan anak. Tapi, yang paling utama adalah mulailah sedini mungkin. Jika Anda mulai mempersiapkan dana untuk masuk Kelompok Bermain atau TK sejak si buah hati baru lahir, tidak akan terasa berat, dibandingkan jika Anda baru mulai mempersiapkannya di tahun yang sama.

Selain itu, perlu diingat bahwa menyamakan prioritas antara Anda dan pasangan juga penting. Apakah Anda berdua sepakat bahwa yang terpenting adalah si buah hati mendapat pendidikan yang berkualitas? Jika ya, dan kebutuhan hidup terasa sangat banyak, mungkin Anda harus mengatur prioritas dan mengurangi pos pengeluaran yang kurang penting, seperti dining out atau berlibur.

Di bagian ini, kami akan membahas mengenai dua strategi untuk mempersiapkan dana pendidikan anak, yaitu asuransi pendidikan dan tabungan pendidikan.
 
Asuransi Pendidikan
  • Dikeluarkan oleh perusahaan asuransi, sehingga juga berfungsi sebagai proteksi terhadap orang tua.
  • Nilai akhir yang diperoleh lebih besar daripada nilai yang dibayarkan, karena sebagian jumlah yang dibayarkan akan diinvestasikan oleh manajer investasi perusahaan asuransi tersebut.
  • Cocok untuk mempersiapkan dana pendidikan sejak awal, ketika anak masih berusia 1 tahun, misalnya. Hal ini karena ada unsur investasi yang hasil return-nya baru terasa signifikan dalam jangka panjang.
  • Jumlah premi tidak berubah, sesuai kesepakatan awal dengan perusahaan asuransi.
  • Cocok bagi Anda yang berkomitmen dan berdisiplin tinggi untuk menyetorkan sejumlah nominal secara konsisten dalam jangka waktu tertentu. 
Tabungan Pendidikan
  • Dikeluarkan oleh bank
  • Suku bunga tabungan tidak terlalu tinggi, sehingga tidak bisa mengharapkan hasil akhir yang tinggi juga.
  • Karena tidak ada ikatan perjanjian, maka jumlah setoran bisa bervariasi, tergantung dari dana yang ada.
  • Cocok untuk menambah dana pendidikan yang sudah dipersiapkan – karena hasil akhir sangat tergantung pada setoran yang dilakukan.
Terkadang, menabung saja tidak cukup, karena seringkali bunga tabungan berada di bawah nilai inflasi. Sehingga banyak orang mengkomplementasikan tabungan dengan investasi. Investasi yang banyak dipilih oleh kalangan menengah di Indonesia saat ini antara lain reksadana dan logam mulia. Kedua investasi ini dipilih karena relatif mudah untuk memulainya. Yuk, kita bahas lebih lanjut!
 
Reksadana

Pada dasarnya, reksadana adalah investasi kolektif pada instrumen-instrumen pasar uang seperti saham, obligasi, atau pasar uang, namun diatur sepenuhnya oleh pihak ketiga – yaitu Manajer Investasi. Reksadana ini berupa investasi jangka menengah atau jangka panjang, sehingga bisa menjadi pilihan tepat untuk mempersiapkan dana pendidikan anak jika dimulai sejak anak baru lahir atau masih kecil.

Ada beberapa pilihan reksadana, dengan tingkat resiko yang beragam juga. Namun, harus diingat bahwa aturan umum berinvestasi adalah: high risk, high gain; low risk, low gain. Jika Anda menginginkan hasil yang tinggi, maka resikonya pun tinggi.

 Ada 4 jenis reksadana. Di bawah ini diurutkan berdasarkan resiko investasi terendah sampai yang tertinggi:
  • Reksadana pasar uang – berinvestasi 100% pada efek pasar uang, dan jangka waktu kurang dari satu tahun. Resikonya paling rendah dibandingkan reksadana lain, tetapi return juga terbatas. Cocok bagi Anda yang menginginkan pendapatan yang teratur dengan tingkat resiko kerugian rendah.
  • Reksadana pendapatan tetap – berinvestasi minimal 80% pada efek yang bersifat hutang atau obligasi. Resikonya lebih tinggi daripada reksadana pasar uang, tetapi lebih rendah daripada reksadana campuran atau reksadana saham. Jangka waktunya antara 1-3 tahun. Reksadana ini cocok bagi Anda yang menginginkan adanya sedikit pertumbuhan nilai pokok investasi, dan sanggup menerima adanya penurunan nilai investasi sesaat.
  • Reksadana campuran – investasinya dilakukan bebas dalam hal komposisi aset, baik saham, obligasi, maupun pasar uang. Resikonya relatif lebih tinggi dibandingkan kedua jenis sebelumnya, dan memiliki jangka waktu investasi antara 3-5 tahun. Jenis ini cocok bagi Anda yang moderat – yang menginginkan pertumbuhan investasi yang cukup tinggi dan sanggup bertoleransi atas adanya fluktuasi nilai investasi.
  • Reksadana saham – berinvestasi pada minimal 80% saham, karena itu fluktuasinya cukup tinggi, resikonya cukup tinggi, tetapi mempunyai potensi pertumbuhan nilai investasi yang relatif paling tinggi dibandingkan dengan jenis lain. Reksadana jenis ini cocok bagi Anda yang agresif, yang menginginkan pertumbuhan investasi yang tinggi dalam jangka panjang dan sanggup menoleransi fluktuasi nilai investasi yang cukup tajam. Jangka waktunya adalah 5 tahun ke atas.
Nah, jika Anda ingin berinvestasi melalui reksadana untuk pendidikan anak, ada baiknya Anda memisahkan investasi Anda ke beberapa jenis reksadana, untuk tujuan yang berbeda-beda. Misalnya, untuk persiapan dana kuliah yang masih 15 tahun lagi, Anda bisa berinvestasi di reksadana saham yang jangka waktunya panjang, beresiko tinggi, tapi juga mempunyai potensi return yang tinggi. Sementara, untuk persiapan masuk SD yang hanya tinggal 4 tahun lagi, Anda bisa berinvestasi pada reksadana obligasi.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih detail, dan lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi finansial Anda saat ini, Anda bisa menggunakan jasa financial planner pribadi atau berkonsultasi dengan financial planner yang ada di bank Anda.
 
Logam Mulia

Logam mulia banyak dipilih sebagai alat investasi di Indonesia karena sifatnya yang relatif “likuid” atau mudah dicairkan. “Kalau beli emas, gampang jualnya.” – demikian mungkin sering Anda dengar. Hal tersebut memang ada benarnya, terutama karena masyarakat Indonesia sangat mengapresiasi logam mulia.

Untuk berinvestasi dengan logam mulia, ada dua pilihan -  membeli dalam bentuk batangan atau koin, atau membeli dalam bentuk perhiasan. Keuntungan membeli logam mulia dalam bentuk batang atau koin adalah kadar emas, jumlah gram, dan harga yang standar di seluruh dunia. Jika Anda membeli dalam bentuk ini, Anda biasanya akan mendapatkan sertifikat resmi dari badan yang memproduksi – misalnya, di Indonesia Anda akan mendapatkan sertifikat dari PT. Antam.

Sementara, jika Anda membeli dalam bentuk perhiasan, ada nilai estetis yang nilainya tidak bisa distandarisasi. Biasanya, jika Anda membeli perhiasan emas, ada nilai karya atau jasa pembuatan yang dibebankan ke pembeli, selain harga emas itu sendiri. Itu sebabnya nilai yang Anda bayarkan lebih mahal. Tetapi tentu saja Anda mendapatkan nilai pakai karena perhiasan tersebut bisa digunakan setiap hari.

Untuk investasi jangka pendek – antara 1-2 tahun, logam mulia tidak memberikan return yang signifikan. Tetapi untuk jangka panjang, di atas 5 tahun, return of investmentnya cukup terasa. Misalnya, pada tahun 2007 rata-rata harga emas per gram adalah sekitar 750 USD per tray ounce, sementara tahun 2012 harganya mencapai 1500 USD per tray ounce. Jadi dalam jangka waktu 5 tahun, kenaikannya mencapai 100%.

Setelah menyimak bahasan tentang berbagai strategi yang bisa Anda lakukan untuk mempersiapkan dana pendidikan anak, Anda bisa menimbang dengan lebih seksama, dan memutuskan strategi apa yang akan Anda pakai untuk masa depan si kecil.

Sukses selalu!

Sumber dari :
http://mywealth.co.id/topic/yuk-mulai-siapkan-dana-pendidikan-anak-sekarang

Thursday, 4 July 2013

Berinvestasi Harus Dipaksakan !

 
Langkah awal untuk bisa mulai berinvestasi adalah harus dipaksa. Seberapa pun besarnya penghasilan seseorang, tanpa ada paksaan menyisihkan dana untuk investasi maka akan sulit berinvestasi.

"Jadi harus dipaksa. Kalau nggak dipaksa susah. Jangan ditunda-tunda tunggu besok, akhir minggu depan, terus bulan depan, kemudian satu tahun, akhirnya ya nggak jadi investasi," kata Perencana Keuangan Aidil Akbar saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, Rabu malam (3/7/2013).

 Menurut Aidil, seseorang minimal menyisihkan dananya 15% setiap bulannya untuk investasi. Idealnya, bisa 20%-30%.

 "Berapa persen uang yang disisihkan setiap bulan 10%. Itu di luar negeri yang tingkat inflasinya hanya sekitar 4%. Sementara di Indonesia inflasi 6%, jadi minimum 15% untuk investasi, bagusnya 20-30%," terangnya.

Pada dasarnya, kata dian tidak ada patokan pasti berapa besaran nilai investasi, tergantung kemampuan kondisi finansial seseorang. Semakin besar semakin baik.

"Hitungan dasarnya antara 15-35%, intinya tidak pernah ada yang salah tentang angka investasi, berapa pun jumlahnya semakin banyak investasi semakin bagus, semakin dini lebih baik, pada saat pertama gajian itulah waktu yang tepat untuk menanamkan investai," ujarnya.

 Dia menjelaskan, yang paling penting, apa pun yang terjadi harus ada komponen investasi dana yang kita sisihkan minimal 15%.

 "Harus dipaksa gimana pun caranya, minimal 15% dari penghasilan, itu paling minim," ujarnya.

 Dia menambahkan, cara yang paling efektif adalah usahakan uang yang kita punya dialihkan ke sesuatu yang sulit dicairkan seperti yang paling simpel adalah dialihkan ke logam mulia.

 "Contoh ke reksa dana atau logam mulia. Jadi cari investasi yang sulit dicairkan karena begitu uang itu berubah bentuk orang jadi sayang untuk menjual," kata dia.

Sumber dari :
http://finance.detik.com/read/2013/07/04/103914/2292276/722/jika-tidak-dipaksa-investasi-tidak-akan-pernah-berjalan?

7 Hal Yang Penting Harus Diperhatikan Ketika Membeli Asuransi


Tidak disadari, kemajuan teknologi informasi dan keterbukaan informasi telah mendorong masyarakat semakin melek finansial di Indonesia. Informasi mengenai produk, layanan, distribusi maupun profil perusahaan penyedia jasa keuangan juga semakin mudah diperoleh dan semakin transparan untuk diakses masyarakat.

Khusus mengenai industri asuransi, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum, ini menjadi berkah tersendiri. Rasa percaya akan produk asuransi dan profesional yang terlibat di industri ini meningkat drastis, dan terjadi peningkatan penjualan yang signifikan di 10 tahun terakhir. Bisa dikatakan ini adalah imbas positif dari awareness yang meningkat di masyarakat akan kebutuhan berasuransi serta keberhasilan regulator dan industri meningkatkan insurance minded di masyarakat. 

Sayangnya, dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang amat komunal dan cenderung konvensional, terjadi beberapa mispersepsi dan kesalahan pembuatan keputusan yang terlanjur dijadikan landasan saat membeli produk asuransi. Tidak jarang ini menjadi keributan hingga ke ranah hukum di kemudian hari. Tentu tidak diharapkan hal ini berlanjut di kemudian hari, bukan ? Untuk itu ada baiknya kita mengenali apa-apa saja kesalahan dalam berasuransi di masyarakat tersebut.

 1. Membeli yang tidak dibutuhkan
Cukup banyak produk asuransi, utamanya asuransi jiwa, yang ditawarkan atas basis pertemanan atau pergaulan. Dengan tekanan psikologis atau tidak, dan disadari atau tidak, seringkali ini berujung pada suatu pembelian yang tidak diperlukan atau belum diperlukan. Saya pernah menemui suatu kasus dimana seorang yang sudah berusia lanjut tetapi membeli produk Unit Linked dengan fund yang agresif didominasi saham hanya karena yang menawarkan adalah kerabatnya. Atau seorang bujangan yang dengan bahagia membeli produk endowment education fund insurance karena yang menawarkan adalah ex koleganya di kantor lama. Cepat atau lambat ini akan disadari, bahwa sudah melakukan "salah beli" dan ekspektasinya tidak tercapai. Lalu berakhir dengan ketidakpuasan dan keributan....  

Kuncinya : hanya membeli yang dibutuhkan dan jangan bertoleransi sedikitpun karena asuransi adalah kontrak jangka panjang. Jika produk tidak sesuai kebutuhan kita, maka tetapkan hati untuk menolaknya. Jika ingin membantu kawan atau kerabat, gunakan media lain yang tidak akan saling mengikat untuk waktu lama.

 2. Tidak membeli yang dibutuhkan
Ini serupa dengan poin di atas, dan seringkali hadir bersamaan atau komplementer. Seorang penjual produk asuransi memiliki kode etik dan dilatih untuk dapat melakukan penjualan yang bersifat konsultatif. Artinya penjualan hanya dilakukan jika sesuai dengan kebutuhan prospek. Sayangnya aneka produk yang ditawarkan memberikan tingkat komisi penjualan yang berbeda. Dan bagi penjual yang tidak beretika, cukup sering ditemui dimana hanya menawarkan dan mengekspos produk yang memberikan insentif penjualan yang besar saja padahal belum tentu dibutuhkan oleh prospek. Akibatnya terjadi dua kesalahan sekaligus : yang tidak perlu malah dibeli, sementara yang diperlukan malah tidak terbeli karena memang tidak ditawarkan.... 

Kuncinya : disiplin dengan penjual produk asuransi. Anda harus punya rencana keuangan jika akan bertemu dengan agen penjual asuransi atau lebih baik tolak janji untuk bertemu. Jika Anda bertemu, Anda harus disiplin pada diri Anda sendiri terlebih dahulu. Hanya perkenankan si agen untuk tawarkan produk yang Anda telah sebutkan di awal sebagai kebutuhan Anda.

 3. Tidak sesuai nilai kebutuhan proteksi
Seringkali kesalahan justru dimulai dari diri Anda sendiri selaku pembeli. Andalah yang membayar, dan Andalah yang harus menentukan apa yang Anda butuhkan. Setiap individu adalah unik dan tidak selayaknya Anda tumpukan rencana keuangan Anda pada ilustrasi atau presentasi penjualan agen asuransi. Anda sudah harus tau jenis produk apa kira-kira yang Anda butuhkan, untuk jangka waktu berapa lama, dan untuk kebutuhan proteksi senilai berapa. Tugas agen asuransi adalah menangkap informasi tersebut, lalu mencarikan produk yang sesuai dan skema proteksi yang sesuai pula. Anda yang pegang kendali sepenuhnya, bukan mereka.

 4. Tidak menyesuaikan kemampuan finansial
Sejumlah produk asuransi dikemas sedemikian rupa baik secara aktuarial maupun secara marketing dengan amat menariknya. Dan ini sah-sah saja. Namun Anda harus ingat bahwa segala sesuatu tidak ada yang gratis. Lupakanlah kesenangan yang diperoleh dari penawaran "No Claim Bonus", atau "Loyalty Bonus", atau "Active Payor Bonus". Semua itu berasal dari uang Anda sendiri koq. Uang yang Anda bayarkan rutin sebagai premi, dan pastinya hanyalah sebagian kecil saja dari profit yangmuncul di kontrak asuransi yang akan dikembalikan ke pembeli.  

Apesnya, karena sudah gelap mata, banyak prospek yang main hantam dan putuskan untuk membeli. Di sisi lain, ia tidak memperhitungkan lagi apakah ia akan mampu membayar sesuai jadwal premi yang ditetapkan. Memang untuk menghindarkan polis menjadi lapse (batal) pihak asuransi sering memberikan fasilitas premium loan (pastinya dengan bunga tinggi), dan ini sering menggugurkan klausula untuk memperoleh "bonus". Lupakanlah soal bonus ini. Anda lebih baik fokus pada berapa kemampuan finansial Anda dan sesuaikan dengan kebutuhan proteksi yang Anda miliki. 

5. Tidak proaktif dan melibatkan diri
Masyarakat Indonesia di semua lapisan memiliki kecenderungan bossy dan senang dilayani, bahkan bagi nasabah kelas teri sekalipun. Dan penyedia jasa maupun penjual, seringkali dengan senang hati memberikan layanan super ekstra. Jangan salah, ini bisa jadi buruk bagi Anda !!

Semakin Anda tidak proaktif dalam mengurus sendiri asuransi Anda, semakin Anda berjarak dengan realita pengelolaan asuransi Anda. Ada dua kerugian. Pertama, Anda semakin tergantung dengan agen asuransi Anda, sementara mereka tidaklah selamanya ada di situ. Disamping mereka sering memberikan pelayanan ekstra yang tidak ada di SOP perusahaan, akibatnya saat Anda dilayani orang lain, Anda akan meradang karena merasa "pelayanannya turun!!!" 

Kerugian kedua, Anda tidak mengetahui dengan baik bagaimana realitas produk asuransi Anda dikelola, bahkan bisa jadi apa-apa saja hak-hak dan kewajiban Anda tidak Anda ketahui dengan baik. Hampir selalu ditemui pemegang polis hanya tau soal "isi form permohonan asuransi", "terima buku polis", "bayar premi", dan "ada benefit asuransi". Padahal seringkali produk asuransi, terutama asuransi jiwa, dikemas dengan amat kreatif dan menguntungkan bagi nasabahnya yang kritis.

6. Tidak membaca dengan teliti polis dan kontrak asuransi
Karena membeli dari orang dekat yang dipercaya (kawan atau saudara), lalu merasa bahwa nilai polisnya kecil, atau merasa membeli sebatas untuk "menolong", akibatnya si pemegang polis seringkali tidak membaca dengan seksama isi kontrak asuransi termasuk kesesuaiannya dengan apa-apa saja yang pernah disajikan di ilustrasi maupun penjelasan lisan si agen. Mudah ditebak, di kemudian hari akan muncul ketegangan saat terasa ketidakpuasan karena perbedaan antara apa yang dipahami dengan apa yang tertera di kontrak.

Membaca dengan teliti juga memberikan kesempatan bagi pemegang polis untuk memahami hak kontinjen mereka (hak yang muncul belakangan saat suatu klausula terjadi), yang pastinya hanya akan muncul di kemudian hari. Atau jika ada istilah atau pemahaman yang tidak diketahui, bisa diidentifikasi lebih awal jika dokumen kontrak ini dibaca dengan seksama.

7. Tidak mengindahkan fasilitas free look period
Ini adalah fasilitas masa tenggang dimana jika pada masa ini Anda merasa salah membeli, tidak puas dengan polis yang diterima, atau tidak puas dengan pelayanan atau produk yang dibeli, maka Anda dapat membatalkan pembelian ini dan memperoleh pengembalian premi yang sudah dibayarkan. Terkait dengan point no 6 di atas, seringkali karena tidak peduli dengan proses pembelian yang benar, maka pemegang polis tidak mengetahui atau tidak mengindahkan masa tenggang ini. Akibatnya saat muncul kekecewaan dan berniat membatalkan polis yang terlanjur dibeli, merasa dirugikan karena tidak memperoleh pengembalian premi. 
  
JADI BAGAIMANA MENGATASI KESALAHAN-KESALAHAN TERSEBUT ? 

 Mudah saja. Cukup tiga langkah berikut :
  1. Buat rencana keuangan yang teliti dan komprehensif. Jadi Anda tahu persis apa yang dibutuhkan, berapa banyak dan untuk kapan.
  2. Disiplin diri untuk menjalankan proses pembelian dan pengambilan keputusan yang baik dan benar. Jangan terpengaruh agen, atau strategi promosi. Fokuslah pada kebutuhan Anda sendiri dan kemampuan Anda untuk membayar premi secara konsisten. Jangan terlena dengan aneka tawaran bonus, diskon atau hadiah, karena semua itu akan menggunakan uang Anda sendiri lho.
  3. Membaca kontrak asuransi dengan teliti, sehingga Anda tahu persis hak-hak dan kewajiban Anda serta aneka benefit dan konsekuensi dari hal-hal tersebut.

Selamat berasuransi dengan baik dan benar !
 
Sumber dari :
http://www.perencanaankeuangan.info/