Thursday 4 July 2013

7 Hal Yang Penting Harus Diperhatikan Ketika Membeli Asuransi


Tidak disadari, kemajuan teknologi informasi dan keterbukaan informasi telah mendorong masyarakat semakin melek finansial di Indonesia. Informasi mengenai produk, layanan, distribusi maupun profil perusahaan penyedia jasa keuangan juga semakin mudah diperoleh dan semakin transparan untuk diakses masyarakat.

Khusus mengenai industri asuransi, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum, ini menjadi berkah tersendiri. Rasa percaya akan produk asuransi dan profesional yang terlibat di industri ini meningkat drastis, dan terjadi peningkatan penjualan yang signifikan di 10 tahun terakhir. Bisa dikatakan ini adalah imbas positif dari awareness yang meningkat di masyarakat akan kebutuhan berasuransi serta keberhasilan regulator dan industri meningkatkan insurance minded di masyarakat. 

Sayangnya, dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang amat komunal dan cenderung konvensional, terjadi beberapa mispersepsi dan kesalahan pembuatan keputusan yang terlanjur dijadikan landasan saat membeli produk asuransi. Tidak jarang ini menjadi keributan hingga ke ranah hukum di kemudian hari. Tentu tidak diharapkan hal ini berlanjut di kemudian hari, bukan ? Untuk itu ada baiknya kita mengenali apa-apa saja kesalahan dalam berasuransi di masyarakat tersebut.

 1. Membeli yang tidak dibutuhkan
Cukup banyak produk asuransi, utamanya asuransi jiwa, yang ditawarkan atas basis pertemanan atau pergaulan. Dengan tekanan psikologis atau tidak, dan disadari atau tidak, seringkali ini berujung pada suatu pembelian yang tidak diperlukan atau belum diperlukan. Saya pernah menemui suatu kasus dimana seorang yang sudah berusia lanjut tetapi membeli produk Unit Linked dengan fund yang agresif didominasi saham hanya karena yang menawarkan adalah kerabatnya. Atau seorang bujangan yang dengan bahagia membeli produk endowment education fund insurance karena yang menawarkan adalah ex koleganya di kantor lama. Cepat atau lambat ini akan disadari, bahwa sudah melakukan "salah beli" dan ekspektasinya tidak tercapai. Lalu berakhir dengan ketidakpuasan dan keributan....  

Kuncinya : hanya membeli yang dibutuhkan dan jangan bertoleransi sedikitpun karena asuransi adalah kontrak jangka panjang. Jika produk tidak sesuai kebutuhan kita, maka tetapkan hati untuk menolaknya. Jika ingin membantu kawan atau kerabat, gunakan media lain yang tidak akan saling mengikat untuk waktu lama.

 2. Tidak membeli yang dibutuhkan
Ini serupa dengan poin di atas, dan seringkali hadir bersamaan atau komplementer. Seorang penjual produk asuransi memiliki kode etik dan dilatih untuk dapat melakukan penjualan yang bersifat konsultatif. Artinya penjualan hanya dilakukan jika sesuai dengan kebutuhan prospek. Sayangnya aneka produk yang ditawarkan memberikan tingkat komisi penjualan yang berbeda. Dan bagi penjual yang tidak beretika, cukup sering ditemui dimana hanya menawarkan dan mengekspos produk yang memberikan insentif penjualan yang besar saja padahal belum tentu dibutuhkan oleh prospek. Akibatnya terjadi dua kesalahan sekaligus : yang tidak perlu malah dibeli, sementara yang diperlukan malah tidak terbeli karena memang tidak ditawarkan.... 

Kuncinya : disiplin dengan penjual produk asuransi. Anda harus punya rencana keuangan jika akan bertemu dengan agen penjual asuransi atau lebih baik tolak janji untuk bertemu. Jika Anda bertemu, Anda harus disiplin pada diri Anda sendiri terlebih dahulu. Hanya perkenankan si agen untuk tawarkan produk yang Anda telah sebutkan di awal sebagai kebutuhan Anda.

 3. Tidak sesuai nilai kebutuhan proteksi
Seringkali kesalahan justru dimulai dari diri Anda sendiri selaku pembeli. Andalah yang membayar, dan Andalah yang harus menentukan apa yang Anda butuhkan. Setiap individu adalah unik dan tidak selayaknya Anda tumpukan rencana keuangan Anda pada ilustrasi atau presentasi penjualan agen asuransi. Anda sudah harus tau jenis produk apa kira-kira yang Anda butuhkan, untuk jangka waktu berapa lama, dan untuk kebutuhan proteksi senilai berapa. Tugas agen asuransi adalah menangkap informasi tersebut, lalu mencarikan produk yang sesuai dan skema proteksi yang sesuai pula. Anda yang pegang kendali sepenuhnya, bukan mereka.

 4. Tidak menyesuaikan kemampuan finansial
Sejumlah produk asuransi dikemas sedemikian rupa baik secara aktuarial maupun secara marketing dengan amat menariknya. Dan ini sah-sah saja. Namun Anda harus ingat bahwa segala sesuatu tidak ada yang gratis. Lupakanlah kesenangan yang diperoleh dari penawaran "No Claim Bonus", atau "Loyalty Bonus", atau "Active Payor Bonus". Semua itu berasal dari uang Anda sendiri koq. Uang yang Anda bayarkan rutin sebagai premi, dan pastinya hanyalah sebagian kecil saja dari profit yangmuncul di kontrak asuransi yang akan dikembalikan ke pembeli.  

Apesnya, karena sudah gelap mata, banyak prospek yang main hantam dan putuskan untuk membeli. Di sisi lain, ia tidak memperhitungkan lagi apakah ia akan mampu membayar sesuai jadwal premi yang ditetapkan. Memang untuk menghindarkan polis menjadi lapse (batal) pihak asuransi sering memberikan fasilitas premium loan (pastinya dengan bunga tinggi), dan ini sering menggugurkan klausula untuk memperoleh "bonus". Lupakanlah soal bonus ini. Anda lebih baik fokus pada berapa kemampuan finansial Anda dan sesuaikan dengan kebutuhan proteksi yang Anda miliki. 

5. Tidak proaktif dan melibatkan diri
Masyarakat Indonesia di semua lapisan memiliki kecenderungan bossy dan senang dilayani, bahkan bagi nasabah kelas teri sekalipun. Dan penyedia jasa maupun penjual, seringkali dengan senang hati memberikan layanan super ekstra. Jangan salah, ini bisa jadi buruk bagi Anda !!

Semakin Anda tidak proaktif dalam mengurus sendiri asuransi Anda, semakin Anda berjarak dengan realita pengelolaan asuransi Anda. Ada dua kerugian. Pertama, Anda semakin tergantung dengan agen asuransi Anda, sementara mereka tidaklah selamanya ada di situ. Disamping mereka sering memberikan pelayanan ekstra yang tidak ada di SOP perusahaan, akibatnya saat Anda dilayani orang lain, Anda akan meradang karena merasa "pelayanannya turun!!!" 

Kerugian kedua, Anda tidak mengetahui dengan baik bagaimana realitas produk asuransi Anda dikelola, bahkan bisa jadi apa-apa saja hak-hak dan kewajiban Anda tidak Anda ketahui dengan baik. Hampir selalu ditemui pemegang polis hanya tau soal "isi form permohonan asuransi", "terima buku polis", "bayar premi", dan "ada benefit asuransi". Padahal seringkali produk asuransi, terutama asuransi jiwa, dikemas dengan amat kreatif dan menguntungkan bagi nasabahnya yang kritis.

6. Tidak membaca dengan teliti polis dan kontrak asuransi
Karena membeli dari orang dekat yang dipercaya (kawan atau saudara), lalu merasa bahwa nilai polisnya kecil, atau merasa membeli sebatas untuk "menolong", akibatnya si pemegang polis seringkali tidak membaca dengan seksama isi kontrak asuransi termasuk kesesuaiannya dengan apa-apa saja yang pernah disajikan di ilustrasi maupun penjelasan lisan si agen. Mudah ditebak, di kemudian hari akan muncul ketegangan saat terasa ketidakpuasan karena perbedaan antara apa yang dipahami dengan apa yang tertera di kontrak.

Membaca dengan teliti juga memberikan kesempatan bagi pemegang polis untuk memahami hak kontinjen mereka (hak yang muncul belakangan saat suatu klausula terjadi), yang pastinya hanya akan muncul di kemudian hari. Atau jika ada istilah atau pemahaman yang tidak diketahui, bisa diidentifikasi lebih awal jika dokumen kontrak ini dibaca dengan seksama.

7. Tidak mengindahkan fasilitas free look period
Ini adalah fasilitas masa tenggang dimana jika pada masa ini Anda merasa salah membeli, tidak puas dengan polis yang diterima, atau tidak puas dengan pelayanan atau produk yang dibeli, maka Anda dapat membatalkan pembelian ini dan memperoleh pengembalian premi yang sudah dibayarkan. Terkait dengan point no 6 di atas, seringkali karena tidak peduli dengan proses pembelian yang benar, maka pemegang polis tidak mengetahui atau tidak mengindahkan masa tenggang ini. Akibatnya saat muncul kekecewaan dan berniat membatalkan polis yang terlanjur dibeli, merasa dirugikan karena tidak memperoleh pengembalian premi. 
  
JADI BAGAIMANA MENGATASI KESALAHAN-KESALAHAN TERSEBUT ? 

 Mudah saja. Cukup tiga langkah berikut :
  1. Buat rencana keuangan yang teliti dan komprehensif. Jadi Anda tahu persis apa yang dibutuhkan, berapa banyak dan untuk kapan.
  2. Disiplin diri untuk menjalankan proses pembelian dan pengambilan keputusan yang baik dan benar. Jangan terpengaruh agen, atau strategi promosi. Fokuslah pada kebutuhan Anda sendiri dan kemampuan Anda untuk membayar premi secara konsisten. Jangan terlena dengan aneka tawaran bonus, diskon atau hadiah, karena semua itu akan menggunakan uang Anda sendiri lho.
  3. Membaca kontrak asuransi dengan teliti, sehingga Anda tahu persis hak-hak dan kewajiban Anda serta aneka benefit dan konsekuensi dari hal-hal tersebut.

Selamat berasuransi dengan baik dan benar !
 
Sumber dari :
http://www.perencanaankeuangan.info/
 

0 komentar:

Post a Comment