Sunday 11 August 2013

Mana Yang Dipilih? Premi Atau Manfaat?

 

Sebagai produk proteksi, asuransi tak bisa dimasukkan dalam jajaran keranjang investasi. Namun, pada kenyataannya, tak sedikit, lo, yang masih mengaosiasikan asuransi sebagai bentuk investasi. Alhasil, ketika diminta menyetor duit premi dan duit premi lantas hangus karena tak ada klaim, sang pemilik polis asuransi merasa rugi.

 Jangan-jangan, Anda termasuk yang masih berpikiran seperti ini?

 Seperti menjawab realita di masyarakat tersebut, perusahaan asuransi pun putar otak. Hasilnya, dalam beberapa tahun terakhir makin banyak dijumpai produk asuransi yang memberi iming-iming pengembalian premi yang sudah dibayarkan pemegang polis.

 Satu produk yang baru meluncur di pasaran adalah Maestro Hospital Plan. Ini adalah asuransi kesehatan yang dibesut PT AXA Financial Indonesia. Premi yang mesti dibayar dari Rp 95.000 hingga sekitar Rp 740.000 per bulan.

 Beberapa manfaat yang ditawarkan adalah penggantian biaya rawat inap hingga Rp 1 juta per hari, biaya harian kamar unit perawatan intensif sampai Rp 2 juta per hari dan biaya bedah sampai Rp 10 juta per pembedahan. Ada pula penggantian biaya pemulihan atas perawatan di rumahsakit sampai Rp 2 juta dan santunan duka sampai Rp 10 juta untuk risiko meninggal dunia.

 AXA mensyaratkan pemegang polis membayar premi selama tujuh tahun untuk mendapat manfaat pertanggungan selama 10 tahun. Pada akhir tahun ke-10 ini, AXA akan membayarkan 70% dari total premi yang dibayar meski selama masa pertanggungan ada pengajuan klaim. “Tidak ada syarat apa pun yang harus dipenuhi nasabah untuk mendapatkan pengembalian premi tersebut,” kata Elsye Chatarina, Direktur Penjualan AXA Financial.

Direktur Senior Partner OneShildt Financial Planning Budi Raharjo berpendapat, nilai positif asuransi yang mengembalikan premi adalah bisa merangsang keluarga untuk membeli produk proteksi. Di sisi lain, dengan pengembalian premi berarti nasabah menghemat sejumlah uang yang seharusnya dibayarkan untuk premi. “Nilai lebih ini menjadikan asuransi dengan pengembalian premi menjadi lebih menarik daripada yang tidak,” kata Budi.

Dengan patokan manfaat yang sama, asuransi yang memberikan pengembalian premi umumnya memungut premi yang lebih besar ketimbang yang tidak mengembalikan premi. Sebab, menurut Budi, premi risiko asuransi tersebut sudah masuk ke dalam risk pool. Premi ini tidak mungkin dikeluarkan kembali kecuali di asuransi syariah. Ini pun dibagikan sesuai porsi antara pemegang polis dan perusahaan asuransi.

 Manfaat adalah pertimbangan utama

 Tawaran manfaat plus pengembalian dari asuransi jenis ini sekilas tampak menggiurkan. Namun, perencana keuangan mencoba memberi gambaran lebih luas agar Anda juga paham dengan kekurangan dari produk ini. Tujuannya agar Anda bisa memaksimalkan “manfaat” produk ini.

 Perencana keuangan dari Fin-Ally Financial Consulting Kurnia Sukmanagara mengatakan, manfaat yang ditawarkan mesti menjadi pertimbangan utama keluarga. Tak terkecuali dalam membeli asuransi yang mengembalikan premi.

 Kurnia menjelaskan, program dasar dari asuransi kesehatan yaitu In-Patient atau manfaat rawat inap. Manfaat ini meliputi jasa dokter umum, dokter spesialis, obat, fisioterapi, dan diagnostik. Termasuk pula, pembedahan, dari bedah kecil sampai yang kompleks, pemulihan setelah rawat inap, ambulans, santunan rawat jalan karena kecelakaan, dan santunan kematian. “Saya melihat produk yang mengembalikan premi tidak memiliki manfaat dasar yang umumnya dimiliki asuransi kesehatan,” kata Kurnia.

 Apa yang disampaikan Kurnia tersebut mengacu pada besar premi yang sama. KONTAN lalu mencoba membandingkan Maestro Hospital Plan dengan asuransi lain yang tidak memberikan premi, yakni Allisya Care dari PT Asuransi Allianz Life Indonesia. Dengan premi kurang lebih sama, yakni Maestro Plan Saphire Rp 4.815.400 per tahun dan Allisya Plan H Rp 4.797.000 per tahun, manfaat yang ditawarkan keduanya cukup berbeda. Ini dilihat dari variasi manfaat yang ditawarkan dan batasan maksimal penggantian biaya yang ditanggung.

 Ambil contoh, penggantian biaya kamar Maestro Plan Saphire adalah Rp 1 juta per hari untuk maksimal 90 hari per tahun. Sementara, Allisya Plan H juga menanggung penggantian biaya kamar Rp 1 juta per hari, tapi untuk maksimal 180 hari per tahun. Perbedaan lain, seperti biaya kunjungan dokter dan perawatan dokter spesialis hanya ada di Allisya Plan H, sedangkan Maestro Plan Saphire tak memberi manfaat ini.

 Memang, sih, apa yang diperbandingkan KONTAN tersebut tidak bisa mewakili asuransi yang mengembalikan premi dengan asuransi kesehatan murni yang jumlahnya ratusan di pasaran. Namun, setidaknya ini bisa menjadi motivasi bagi Anda untuk lebih jeli membandingkan jeroan dari asuransi yang akan Anda beli.

 Siapa yang butuh?

 Selain manfaat yang ditawarkan, Budi menambahkan hal lain yang harus dipertimbangkan keluarga adalah reputasi perusahaan asuransi. Ini untuk melihat profesionalitas dan kompetensi perusahaan dalam menanggapi klaim para pemegang polis.

 Tak lupa, tengok pula isi kantong keluarga. Kata Budi, murah belum tentu berarti yang terbaik, tapi terlalu mahal juga bisa jadi tidak efisien. “Jadi, seimbangkan kebutuhan antara kebutuhan perlindungan asuransi, pelayanan, klaim, dan beban premi untuk mencari produk yang paling sesuai dengan keluarga,” beber Budi.

 Kalau semua variabel pertimbangan tadi sudah Anda dan keluarga lalui, saatnya menentukan pilihan. Mau asuransi dengan pengembalian premi atau asuransi kesehatan yang murni saja.

 Pendapat Budi, yang paling cocok mengambil asuransi yang mengembalikan premi adalah pemegang polis yang masih awam dengan asuransi dan baru mulai berasuransi. Sementara, Kurnia menyebut profil yang cocok dangan asuransi seperti Maestro milik AXA adalah mereka yang mau membayar premi asuransi dengan jangka waktu lebih sedikit dibanding jangka waktu menikmati manfaat asuransi.

 Setelah mendapat gambaran, mana yang Anda pilih?

 Sumber: Rubrik Kocek Mingguan Kontan Edisi 13-19 Agustus 2012.

Mempersiapkan Dana Pernikahan Sejak Awal


Pernikahan jadi sebuah impian yang diidam-idamkan hampir semua orang. Memang menikah itu tidak mudah dan justru 'mahal'. Untuk itu, mempersiapkan dana pernikahan merupakan sebuah investasi yang harus disiapkan sedini mungkin.

Dikutip dari sebuah artikel di CitiFoundation, Sabtu (10/8/2013), mempersiapkan dana pernikahan masih dianggap sebagai pengeluaran dadakan bagi masyarakat Indonesia. Sehingga ketika momen pernikahan semakin dekat maka kepanikan yang terjadi semakin besar.

 Bila tidak mau kepanikan tersebut mengganggu impian untuk memasuki kehidupan rumah tangga, sebaiknya persiapkanlah dana pernikahan sedini mungkin. Apapun harus dilakukan termasuk mengurangi gaya hidup dalam bersenang-senang.

 Khusus bagi Anda yang tidak mau tergantung pada orang-tua sebaiknya mulai mengalokasikannya minimal 3 tahun menjelang rencana pernikahan atau pada saat pertama kali menerima gaji.

 "Persiapan keuangan untuk menikah dalam jangka waktu cukup lama diharapkan dapat menghindari Anda terlibat utang pada keluarga ataupun bank. Jangan sampai hidup rumah-tangga yang anda baru nikmati menjadi menderita hanya karena hutang untuk acara 1-2 hari pernikahan," jelas artikel yang tertuang dalam wesbite UangAnda.

 Masalah finansial memang sangat sensitif untuk dibicarakan. Biasanya menuju pernikahan akan ada beberapa kendala yang harus dihadapi yang bisa membuat stress.

Namun betapapun sensitifnya bersikap terbukalah kepada masing-masing pasangan agar tidak ada kesalahpahaman baik sebelum maupun sesudah pernikahan. Diskusikan dengan kepala dingin beberapa hal yang diketahui :

1. Mengenai penghasilan dan pengeluaran Anda dan pasangan. Sampaikanlah berapa besarnya penghasilan dan pengeluaran yang dihabiskan masing-masing setiap bulannya. Dengan demikian Anda bisa lebih mudah menyusun rencana keuangan bersama.

2. Jujurlah bila Anda atau pasangan memiliki beban utang yang harus dibayarkan kepada pihak lain misalnya utang kartu kredit. Jelaskan rinciannya agar tidak menjadi masalah setelah menikah. Kami sangat menganjurkan Anda melunasi segala urusan utang secara pribadi agar tidak memberatkan pasangan dan kehidupan rumah tangga Anda.

3. Kenali sifat dasar anda dan pasangan Anda dan pasangan boros atau hemat? Ini sebenarnya sudah dapat dibaca ketika masih dalam masa pacaran. Anda harus saling menjelaskan kebiasaan finansial tersebut cari solusi apa yang Anda harapkan dari gaya hidup setelah menikah nanti.

4. Menikah bukan hanya menyatukan Anda dan pasangan tetapi juga menyatukan keluarga besar Anda dan pasangan. Hargailah orang-tua dan keluarga besar dari pasangan. Kenali keluarganya dengan baik sehingga Anda bisa menjadi bagian dari keluarga pasangan.

Hal pertama yang harus dilakukan yaitu sesuaikan konsep pernikahan Anda dengan anggaran yang dimiliki. Jangan langsungkan acara yang melebih dari kemampuan finansial Anda dan pasangan. Beberapa ide untuk menekan biaya pernikahan antara lain:

1. Adakanlah acara pernikahan di rumah. Selain lebih murah dan tidak memiliki batasan waktu rumah memiliki nilai emosional yang lebih personal dibandingkan gedung-gedung mewah.

2. Minta tolong pada keluarga dan tetangga untuk bergotong royong memasak tidak usah memesan makanan ke katering.

3. Gabungkan prosesi akad nikah atau upacara pemberkatan dengan resepsi. Dengan cara ini Anda bisa melakukan penghematan dari sisi tata rias dan catering.

4. Kirimkan kartu undangan secara lebih selektif. Kalau perlu sebarkan kartu undangan kepada relasi Anda yang sudah pasti hadir saja. Untuk lebih menghemat biaya lagi undanglah para tamu melalui email, telepon, atau SMS.

5. Menyewa pakaian dan perlengkapan pernikahan. Perlengkapan pribadi yang bisa disewa antara lain adalah baju pengantin berikut aksesorisnya. Ada dua manfaat besar dengan menyewa yaitu lebih murah dan terhindar dari kemubaziran. Namun jika Anda memutuskan untuk membeli gaun pengantin dan sepatu maka belilah gaun dan sepatu yang bisa dipakai lagi untuk kesempatan lain.

6. Minta kerabat Anda untuk keperluan pernikahan. Misalnya saja untuk keperluan dokumentasi foto atau video, dekorasi, membuat undangan bahkan rias pengantin.

7. Adakan resepsi sekali saja. Bila resepsi sudah diselenggarakan di tempat orang tua pengantin wanita maka tidak perlu lagi menyelenggarakannya di tempat pengantin pria. Lebih baik dananya digunakan untuk uang muka membeli rumah, membeli kendaraan atau keperluan lainnya.

Sumber dari :
http://finance.detik.com/tak-mau-bingung-cari-uang-saat-ingin-menikah-simak-tips-ini

Tuesday 6 August 2013

Kesalahan Yang Terjadi Ketika Mengalokasikan Uang


Perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie mengatakan orang Indonesia pandai menyisihkan uang tapi kebanyakan salah tempat.

Kesalahan mengalokasikan dana umumnya terdapat pada tabungan. Kebanyakan orang mengandalkan tabungan untuk simpanan hari tua juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesalahan umum lainnya adalah membayar polis asuransi namun tak memahami tujuannya. Alhasil uang yang semestinya bisa dimaksimalkan untuk investasi yang lebih menguntungkan, mengalir ke dana asuransi yang tak jelas tujuan finansialnya.

Saat bincang-bincang peluncuran buku keduanya berjudul Make It Happen!, Prita mengatakan menabung tak cukup untuk memenuhi kebutuhan di hari tua. Perempuan yang tak hentinya mengedukasi pentingnya investasi ini juga mengungkapkan 50 persen orang tidak bisa membedakan antara simpanan, tabungan, dan investasi. 

Masalah keuangan kemudian muncul bukan hanya karena minimnya tabungan, tapi juga disebabkan oleh gaya hidup tinggi dan kebiasaan berutang. Sekitar 30 persen orang memiliki gaya hidup tinggi dan 18 persen hobi berutang.

Dengan berbagai masalah keuangan dan salah tempat alokasi dana inilah, banyak orang tak mampu mewujudkan sejumlah impiannya. Seperti memiliki rumah, dana pendidikan anak, dana pensiun, juga kesempatan berlibur,

Mengenai asuransi, kesalahan yang paling umum dilakukan adalah membeli asuransi dengan premi yang tidak sesuai kemampuan finansial.Rata-rata orang Indonesia menghabiskan 20 persen dari gaji bulanannya untuk premi asuransi. Padahal, semestinya alokasi dana untuk premi asuransi hanya lima persen dari gaji.

"Yang paling penting dari asuransi adalah nasabah tahu mau apa dengan asuransi tersebut. Tidak mungkin semua asuransi dimiliki, jadi memang harus memilih," sarannya.

Prita melanjutkan banyaknya polis asuransi yang dimiliki karena mudah tergoda tawaran lantaran minimnya pengetahuan. Termasuk asuransi yang masuk dalam tagihan kartu kredit.

"Boleh saja membeli asuransi yang ditawarkan asal jelas tujuannya sesuai kebutuhan dan kemampuan. Termasuk asuransi yang masuk tagihan kartu kredit karena bagi sebagian orang ini membantu membayar bulanan. Namun pastikan Anda membayar lunas tagihan kartu kredit bukan membayar minimum payment karena itu sama saja berasuransi dengan berutang," sarannya.

Sumber dari :
http://female.kompas.com/Jangan.Salah.Tempat.Mengalokasikan.Uang

5 Tips Untuk Membangun Keuangan Yang Sehat


Siapa sih yang tidak kenal Ade Rai?  Siapa sangka dari seorang yang bertubuh biasa-biasa saja bisa berubah menjadi seorang binaragawan yang luar biasa.  Fisik yang telah ia bentuk sampai bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional tentu tidak muncul dalam sekejap.   Latihan dan keras dan disiplin tentu menjadi kegiatan sehari-hari untuk Ade Rai.  Selain latihan,  mengatur pola makan yang disiplin juga mengambil peran yang penting dalam kesuksesannya sebagai binaraga.  Tahukah Anda, dalam keuangan juga dibutuhkan latihan dan mengatur keuangan yang disiplin supaya bisa menghasilkan kondisi keuangan yang kuat?  Latihan yang kita lakukan juga mirip seperti yang dilakukan oleh biaraga yaitu: bertahap, fokus, dan konsisten.  Jadi, untuk bisa membentuk kondisi keuangan yang kuat berikut adalah 5 tips yang bisa Anda lakukan:

1. Lakukan secara fokus dan spesifik.  

Bila kita baru pertama kali berusaha untuk mengatur keuangan mungkin terlalu berat bagi kita untuk memenuhi semua hal sekaligus seperti asuransi, dana darurat, investasi, managemen hutang, warisan, dll.  Untuk mempermudah kita maka sebaiknya kita fokus pada 1 atau 2 hal dahulu.  Coba fokus pada kelemahan kita dahulu, misalnya kalau kita terbiasa boros maka kita fokus dulu untuk mengurangi pengeluaran, atau kalau kita belum mempunyai asuransi padahal banyak orang yang kehidupannya tergantung pada kita maka kita fokus dulu di asuransi jiwa, atau misalnya kita sama sekali tidak mempunyai tabungan maka kita fokus pada dana darurat dan investasi.  Dengan demikian kita bisa mengatur keuangan kita dengan lebih tenang dan tidak terlalu membebani gaya hidup kita sehari-hari.

2. Lakukan secara bertahap.  

Seperti latihan olah raga, kita tidak bisa terlalu drastis merubah gaya hidup kita dalam sekejap.  Seperti orang yang tidak pernah olahraga yang langsung mencoba melakukan 100 push-up, kita juga tidak mungkin melakukan penghematan 50% dari pengeluaran untuk dialokasikan pada investasi dan asuransi.  Lakukan secara bertahap supaya kita bisa melakukannya dengan lebih tenang dan nyaman.  Jangan terlalu memberikan tekanan psikologis terlalu besar pada diri Anda.  Tekanan terlalu besar akan membuat Anda stres dan menyerah di tengah jalan.  Bila Anda bisa mengatur keuangan Anda secara nyaman maka Anda akan cenderung lebih bahagia dan termonivasi untuk melakukannya secara jangka panjang.

3. Lakukan secara konsisten.
  
Pakar olahraga mengatakan bahwa untuk menjaga kebugaran tubuh dibutuhkan olahraga secara rutin dan konsisten.  Demikian juga di keuangan kita harus mengatur keuangan kita secara konsisten agar kondisi keuangan kita selalu prima.  Semua rencana keuangan secara jangka panjang hanya akan dapat tercapai kalau dilakukan secara konsisten.  Bila Anda mempunyai rencana untuk menabung untuk dana pensiun maka lakukanlah sampai Anda pensiun, demikian juga kalau Anda memiliki unit link maka bayarlah preminya sampai selesai sesuai dengan kesepakatan polis.  Berhenti di tengah jalan bisa mengakibatkan investasi Anda tidak mencapai target.

4. Jaga arus kas Anda.

Arus kas terdiri dari dua hal: pemasukan dan pengeluaran.  Di pengeluaran tentu saja Anda ingin membuat pengeluaran Anda se-optimal mungkin supaya lebih kecil dari pemasukan.  Sedangkan di pemasukan Anda bisa melakukan tiga hal ini.  Pertama, usahakan untuk memperbanyak pos pemasukan Anda untuk memperkecil resiko berkurangnya pemasukan.  Kedua, usahakan agar total pemasukan Anda bertambah setiap tahunnya setidaknya sebesar inflasi.  Ketiga, selalu tambahkan porsi investasi setiap kali pemasukan Anda bertambah besar.  Selain itu gunakan acuan ini untuk mengukur kesehatan arus kas Anda: maksimum cicilan hutang adalah 30% dari pemasukan, maksimum premi asuransi adalah 10%-15% dari pemasukan, dan minimum top-up investasi adalah 10% dari pemasukan.

5. Selalu monitor perkembangan investasi Anda.

Ini adalah hal yang paling mudah dilakukan tapi sayangnya paling jarang dilakukan.  Banyak dari kita yang hanya melakukan top-up investasi tapi sama sekali tidak mengetahui bagaimana pergerakan investasinya.  Mereka selalu beranggapan bahwa secara jangka panjang nilai investasi mereka pasti akan naik sehingga seandainya turun mereka berasumsi bahwa penurunan hanya sebentar saja.  Padahal tidak selalu selamanya demikian.  Perlu disadari bahwa tidak ada produk investasi apapun di dunia ini yang naik selamanya.  Bahkan investasi ‘teraman’ pun seperti emas pernah mengalami masa stagnan selama kurang lebih 25 tahun baru bisa menembus angka yang lebih tinggi.  Jadi apapun produk investasi Anda, sebaiknya Anda selalu memonitor bagaimana perkembangannya.  Minimum lakukan monitoring setahun sekali dan jangan ragu-ragu untuk merubahan portofolio bila investasi Anda tidak berjalan sesuai harapan.

Diatas adalah 5 tips untuk membangun keuangan yang sehat.  Ingatlah selalu bahwa menjadi ‘kaya dan berkecukupan’ tidak melulu mengenai modal, gelar, pekerjaan, atau nasib.  Kemapanan finansial lebih membutuhkan fokus, konsitensi, disiplin, kemauan, dan usaha yang keras daripada hal-hal lainnya.  Jadi kesimpulannya adalah semua orang bisa menjadi mapan secara finansial asalkan kita semua mau berusaha.

Sumber dari :
http://finance.groups.yahoo.com/group/SSR-InfodanArtikel

Menyiapkan Biaya Kuliah Anak


Fase menguliahkan anak ke perguruan tinggi kerapkali menjadi masa paling penuh perjuangan dalam hidup berkeluarga. Agar tidak kalang kabut, simak apa saja yang perlu Anda tempuh dalam menyiapkan biaya kuliah anak.

 Menikah dan membentuk keluarga masih menjadi mimpi sebagian besar orang di Indonesia.  Selain tuntutan psikis dan biologis, berkeluarga juga telah menjadi tuntutan sosial di negeri ini. Maklumlah, posisi keluarga dalam budaya masyarakat kita masih sangat diperhitungkan.

 Indikasi paling kuat? Tengok saja setiap Lebaran tiba. Jutaan orang berjibaku mengerahkan tenaga, energi dan duit "hanya" untuk mudik memburu momentum berkumpul dengan keluarga besar.

 Namun, seperti kita tahu, tiada pilihan tanpa konsekuensi. Pilihan menikah dan membentuk keluarga juga melahirkan sederet konsekuensi dan  sederet tanggung jawab baru, yang bisa dibilang cukup berat. Pilihan memiliki anak, misalnya.

Menimang buah hati menjadi salah satu mimpi terbesar mereka yang menikah dan berkeluarga. Anak menjadi berkah tak terkira dan mampu mengubah drastis sisi kehidupan orangtua. Ibaratnya, nyawa pun rela diberikan demi kebahagiaan buah hati tercinta.

Anda tentu sepakat jika memiliki anak sama artinya memiliki tanggung jawab baru yang luarbiasa besar. Tanggung jawab mendidik dan membesarkannya sejatinya sudah melekat di saat janin mulai tumbuh di kandungan ibu.

Masalah sandang dan pangan serta papan mungkin bagi Anda sudah bukan persoalan. Namun, menjadi orangtua berarti harus mulai memikirkan tentang kebutuhan pendidikan si anak.

Mulai kapan sih idealnya menyiapkan dana pendidikan anak? Para perencana keuangan kebanyakan menyarankan agar para orang tua menyiapkan biaya sekolah anak sedini mungkin. "Idealnya sejak bayi masih dalam kandungan. Bahkan, bagi pasangan muda yang belum punya anak, bisa disiapkan sejak awal agar beban investasi bulanan lebih kecil," kata Prita Ghozie, perencana keuangan ZAP Finance.

 Diana Sandjaja, perencana keuangan MRE Consulting, menilai, lebih awal menyiapkan  biaya kuliah anak, lebih ringan biaya yang mesti disisihkan oleh orangtua. Juga, orangtua lebih leluasa menyisihkan dana tersebut. Untuk biaya kuliah, misalnya. Jika saat ini bayi Anda masih di dalam kandungan, maka Anda punya waktu setidaknya 18 tahun untuk menabung atau berinvestasi menyiapkan dananya. Waktu selama itu relatif leluasa bagi orangtua untuk memperkirakan kebutuhan biaya kuliah, membuat simulasi kebutuhan biaya, memilih produk tabungan atau investasi, dan memulai langkah menabung atau berinvestasi.

Inflasi itu nyata!

Sampai di sini, mungkin ada di antara kita yang menilai, waktu 18 tahun terlalu dini untuk berepot-repot ria menyiapkan dana kuliah si orok yang masih di dalam perut. Namun, percayalah, ketimbang jungkir balik tak karuan ketika kebutuhan sudah terlalu dekat, bersiap-siap lebih awal akan membuat hidup Anda lebih tenang dan nyaman.

Pasalnya, laju kenaikan biaya pendidikan, termasuk biaya kuliah, terbilang sangat kencang, jauh melebihi angka inflasi yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) saban awal bulan.

Para perencana keuangan biasa memakai rata-rata asumsi kenaikan biaya pendidikan S1 antara 10% -- 20% per tahun.  Namun, pada kenyataannya angka kenaikannya sangat mungkin jauh di atas itu.
Tak percaya? Sebagai contoh, tahun 2000 silam, SPP alias sumbangan pembinaan pendidikan di fakultas non-eksak Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta cuma berkisar Rp 500.000 per semester. Angka itu setara Rp 84.000 per bulan, bersih tanpa biaya-biaya tambahan lain. Nah, 11 tahun kemudian, biaya yang harus dibayar oleh mahasiswa S1 kampus itu melonjak cukup besar. Tak cuma SPP, mahasiswa juga diwajibkan membayar biaya operasional pendidikan (BOP) sebesar Rp 60.000 -- Rp 75.000 per satuan kredit semester (sks).

Alhasil, mahasiswa wajib membayar minimal Rp 1,9 juta per semester. Itu belum termasuk ongkos sumbangan wajib minimal berkisar Rp 5 juta -- Rp 10 juta. Taruh kata, total biaya yang harus dibayar mahasiswa UGM adalah Rp 2,5 juta per semester tahun 2011. Itu berarti dalam 10 tahun,inflasi biaya kuliah di sana mencapai 400% atau 40% per tahun!

Itu baru secuil contoh di universitas negeri yang selama ini terkenal cukup murah. Biaya kuliah di universitas swasta boleh jadi lebih dahsyat ongkosnya. Ketika mengetahui deru inflasi itu nyata, rasa-rasanya tidak ada jalan lain untuk mengantisipasi kebutuhan di masa depan selain berinvestasi. Anda tentu tidak ingin anak Anda kelak terlunta-lunta nasib pendidikannya, bukan?

Lantas, apa saja yang harus kita lakukan untuk menyiapkan biaya kuliah anak? Simak beragam tip dari para perencana keuangan berikut ini:

Riset sekolah

Meriset universitas yang kemungkinan kelak menjadi tempat anak Anda menempuh pendidikan sarjana menjadi hal pertama yang perlu dilakukan. Ini berkaitan dengan tujuan penyusunan rencana keuangan.

Mungkin saat ini Anda merasa terlalu dini jika menentukan perguruan tinggi mana yang kelak jadi pilihan anak Anda. Orangtua biasanya sulit memiliki gambaran seperti apa minat dan bakat si anak. Alhasil, jumlah dana yang perlu disiapkan juga masih mengawang-awang. "Namun, tetap bisa disiapkan dengan memakai asumsi biaya sekolah atau kuliah di perguruan tinggi favorit," kata Diana.

Universitas pilihan bisa kampus lokal negeri atau swasta,  bisa pula universitas mancanegara. Meriset biaya pendidikan melalui internet bisa lebih efektif. Bisa pula mendatang pameran pendidikan yang kerap digelar oleh universitas.

Biaya kuliah yang perlu dicermati, antara lain uang pangkal alias uang masuk kuliah, biaya bulanan seperti SPP, ongkos mata kuliah per sks, sumbangan gedung, biaya lain-lain seperti biaya orientasi awal kuliah, biaya praktikum, dan seterusnya.

Hitung posisi

Setelah mengantongi informasi lengkap terkait biaya pendidikan di calon kampus anak kita, kini saatnya menghitung posisi Anda. Berapa lama jangka waktu yang Anda miliki sebelum dana tersebut akan dibutuhkan? Diana menyarankan, dalam menghitung jangka waktu, ada baiknya diberikan tambahan satu tahun lagi sebelum deadline penggunaan.

Sebagai contoh, biaya kuliah anak Anda diperlukan 18 tahun lagi, maka saat menghitung berapa dana yang harus Anda sisihkan per bulan, asumsikan deadline Anda tinggal 17 tahun. "Saat dana sudah sesuai target, pindahkan atau amankan dulu ke instrumen lain yang risikonya lebih rendah, seperti deposito," kata dia.

Selain menghitung sisa waktu sebelum tenggat kebutuhan, tengok kondisi keuangan Anda saat ini. Tentu konyol jika Anda langsung mengotot berinvestasi untuk dana kuliah anak yang masih 10 tahun lagi, namun saat ini kondisi keuangan Anda amburadul. Dus, menggelar pemeriksaan keuangan atawa financial check-up adalah wajib. Apa saja yang perlu diperiksa?

Pertama, periksa arus kas Anda. Sudah positif atau malah negatif? Bagaimana rasio kekayaan bersih Anda saat ini? Berapa beban utang konsumtif Anda? Jika memungkinkan, lunasi dahulu utang-utang konsumtif supaya buku keuangan Anda biru.

Kedua, hitung ketahanan keuangan Anda dengan cara mendaftar aset likuid dan pendapatan pasif. Cukupkah sebagai bekal ketika kondisi darurat menimpa Anda, seperti kehilangan pekerjaan maupun sakit? Sisihkan dana darurat minimal enam kali pengeluaran keluarga per bulan.

Ketiga, ukur kecukupan proteksi. Asuransi jiwa bersifat wajib bagi Anda yang sudah memiliki tanggungan. Keempat, susun skala prioritas dimulai dari rencana keuangan dengan tenggat terdekat.

Pilih produk

Nah, usai mengetahui posisi Anda, kini giliran memilih produk yang sesuai demi pencapaian tujuan keuangan. Sebagai gambaran, jika saat ini biaya kuliah di universitas incaran mencapai Rp 12 juta per semester. Jika diasumsikan, besar inflasi biaya kuliah di tempat tersebut 15% per tahun, maka pada 10 tahun ke depan, biaya kuliah bisa membengkak jadi Rp 48,55 juta per semester.

Satu-satunya cara membiakkan duit untuk melawan inflasi adalah dengan menginvestasikan dana yang kita miliki sekarang. Produk investasi menjadi pilihan utama karena potensi return produk ini mampu melampaui inflasi.

Apa saja produk investasi itu? Saham, reksadana, obligasi, emas, perhiasan, properti, dan seterusnya, tergolong instrumen investasi. Kenaikan harga sebuah saham sebagai contoh,  bisa menembus dua digit bahkan tiga digit dalam satu tahun.

Karena potensi return produk investasi cukup tinggi, risikonya pun sebanding. Yakni, risiko penurunan nilai investasi hingga tergerusnya modal yang Anda tanam.

Ya, memang tidak ada makan siang gratis. Anda bisa mengelola risiko berinvestasi dengan melakukan diversifikasi portofolio dan rutin menggelar financial check-up. Insyaallah, ikhtiar Anda menyiapkan dana pendidikan anak berjalan lancar

Nah, bagi Anda yang ogah menanggung risiko itu mungkin berpaling ke produk konservatif, seperti tabungan rencana atau deposito. Yang menjadi pertanyaan, seberapa kencang laju pertumbuhan dana Anda bila ditanam di produk nyaris tanpa risiko itu?

Prita memberikan ilustrasi, kebutuhan dana kuliah anak di universitas swasta 18 tahun lagi mencapai Rp 555.991.731. Target dana itu bisa Anda capai dengan cara menginvestasikan dana Rp 263.975 per bulan di reksadana saham berimbal hasil 20% per tahun, selama 18 tahun (lihat ilustrasi).

Namun, jika Anda memilih menabung di tabungan bank yang cuma memberi imbal hasil rata-rata 2% per tahun, maka Anda harus menyisihkan Rp 2.137.009 per bulan selama 18 tahun. Perbedaannya jauh sekali, bukan? Dengan berinvestasi, dana yang harus kita sisihkan relatif lebih ringan.

Freddy Pieloor, perencana keuangan MoneynLove, membeberkan, tingkat inflasi biaya pendidikan nan tinggi tidak memungkinkan diimbangi oleh pertumbuhan hasil pembiakan duit di produk bank. "Produk investasi yang agresif lebih tepat untuk investasi menengah hingga panjang," ujarnya.

Jika Anda butuh duit kuliah anak 3 tahun lagi, tentu tidak tepat jika Anda berinvestasi di produk saham atau reksadana saham. Produk investasi yang lebih tepat adalah reksadana pendapatan tetap atau reksadana pasar uang.

Konsekuensi lain dari tenggat yang sudah sangat dekat adalah Anda harus menyisihkan dana jauh lebih besar tinimbang jika bersiap dari jauh-jauh hari. Moral cerita, menyiapkan pendanaan dari jauh-jauh hari akan sangat meringankan beban Anda ke depan.

Mulai berinvestasi

Kini Anda sudah mengantongi perencanaan keuangan nan lengkap. Lantas, tunggu apa lagi? Mulailah berinvestasi. Manfaatkan fasilitas autodebet atau autoinvest yang banyak tersedia di bank-bank penjaja produk reksadana.

Memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut akan sangat membantu disiplin anggaran Anda. Dus, saat ada obral besar di mal atau online shop, Anda tak lagi mudah tergoda. Semua demi masa depan anak tercinta! 

Sumber dari :
http://personalfinance.kontan.co.id/news/meretas-rencana-mengantar-si-buah-kati-kuliah