Krisis 2008 sempat menekan penjualan produk unit link jenis equity funds alias
produk berbasis investasi saham turun drastis. Contohnya, menurut
Manager Marketing & Nonagency Commonwealth Life Dekih Sofyan
Budiman, nilai produk equity funds Commonwealth Life di 2008 sempat turun 50,96 persen.
Tak heran,banyak nasabah unit link pun trauma terhadap produk ini. Benny Putranto, misalnya, mengaku jerih melihat duitnya sekitar Rp 150 juta di unit link merosot drastis. Tak lama, ia menutup produk unit link ini dan putus hubungan dengan perusahaan asuransi penerbit unit link tersebut. Hingga kini, dia belum berani mencoba membeli produk unit link lagi.
Mengapa ini terjadi? Sederhana saja jawabannya, Banyak nasabah
ternyata belum memahami betul produk asuransi berbalut investasi ini.
Tak hanya belum paham betul struktur dan tujuan investasi di unitlink,
banyak pula yang beranggapan, unit link itu bebas risiko.
Padahal, prinsip utama membeli produk asuransi maupun investasi adalah kenalilah produk yang Anda beli. Selain itu, belilah produk yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan fmansial Anda sendiri.
Biar tidak bingung berhadapan dengan unit link, mari kita kenali ragam produk unit link yang kini ada di pasaran.
Berdasarkan penempatan dana
Seperti sudah disinggung pada halaman sebelumnya, unit link masuk
dalam golongan asuransi nontradisional. Adapun produk asuransi
tradisional terdiri atas asuransi jiwa berjangka alias term life dan whole life atau endowment.
Produk
unit link merupakan campuran dua produk keuangan, yakni asuransi jiwa
dan produk invstasi. Jadi. premi yang disetor oleh nasabah dibagi
menjadi dua keperluan.Pertama, untuk keperluan proteksi. Kedua, untuk pengembangan dana alias investasi. Biasanya, dana investasi diputar di reksadana.
Berdasarkan penempatan dana investasinya, unit link dibagi menjadi
empat macam. Empat jenis itu adalah unit link pasar uang atau unit cash fund unit link, unit link pendapatan tetap alias fixed income fund unit link, managed fund unit link atau unit link pendapatan campuran, dan equity fund unit link alias unit link saham.
Selain itu, kini berkembang produk unit link yang menginvestasikan
dananya secara syariah atau unit link syariah. Kita anggap saja, jenis
ini sebagai jenis yang kelima.
Mengapa pembagian berdasarkan penempatan dana mirip dengan istilah
investasi di produk reksa dana? Sudah disinggung pula, ini karena
strategi investasi unit link berupa penempaan aset di penyertaan
reksadana.
Dekih bilang, tipe rekomendasi ke nasabah unit link juga sama dengan
rekomendasi terhadap nasabah-nasabah reksadana, yaitu sesuai dengan
sifat atau pola investasi mereka: agresif, modest, atau konservatif. “Tapi, tetap di produk unit link ini, pilihan akhir ada di tangan nasabah,” tutur Dekih.
Oleh karena itu, Dekih berpesan, memilih unit link juga perlu
menyesuaikan dengan karakter investasi Anda dan sikap Anda terhadap
risiko. Misalnya, Pandji Harsanto, Perencana Keuangan Money & Love mencontohkan, jika tergolong nasabah agresif, maka produk equity funds cocok untuk Anda.
Demikian sebalikma prouk equity funds tak cocok untuk
golongan konservatif. Sebab. nilai unit penyertaan produk berbasis saham
ini mengikuti gerak indeks saham yang fluktuatif. Jadi, perkembangan
dana investasi Anda pun akan mengikuti tren indeks saham.
Lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu jenis produknya. Produk unit cash funds atau
pasar uang akan menempatkan porsi dana investasinya di instrumen pasar
uang, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan
surat uaang dengan tenor di bawah satu tahun.
Unit link pasar uang, menurut Pandji, cocok bagi Anda yang tak
terbiasa dengan risiko yang besar. Selain tenornya pendek, risiko
investasinya juga paling rendah.
Berikutnya, produk unit link pendapatan tetap. Biasanya. produk ini
akan menempatkan porsi dana investasi si pemegang polis minimal 80
persen di instrumen surat utang. Baru selebihnya di instrumen pasar
uang. Bagi Anda yang ingin memperoleh tingkat keuntungan yang relatif
stabil, produk unit link pendapatan tetap bisa menjadi pilihan.
Sementara pada produk managed fund unit link, penempatan
porsi dana untuk investasinya bisa beragam, seperti saham, surat utang,
dan instrumen pasar uang. Contohnya, investasi akan ditaruh di saham,
obligasi, atau pasar uang. Jenis unit link ini cocok untuk kalangan
nasabah yang mengincar pendapatan memadai sembari mengharap hasil
investasi jangka panjang.
Selanjutnya, jenis produk unit link equity fund. Kata Dekih,
porsi investasi di produk ini sangat beragam. Namun, pada umumnya porsi
terbesar ditempatkan di instrumen saham. Jika Anda bertipe agresif,
yang mengharap hasil investasi tinggi dan terbiasa dengan risiko tinggi,
produk ini pas untuk Anda.
Nah, equity funds ini pun masih banyak variannya, tergantung
perusahaan asuransi yang menawarkan. Ada perusahaan asuransi yang fokus
pada sahamsaham emiten infrastruktur, nusalnya, atau bisa juga jenis
unit link yang menempatkan dana investasinya khusus di emitenemiten
komoditas.
Terakhir, produk unit link syariah yang pendmpatan dana investasinya
berdasarkan prinsip syariah. Pada produk unit link syariah, juga memuat
empat kategori tersebut. Misalnya, unit link syariah penempatan tetap.
Kebijakan penempatan dana investasi pada produk ini adalah di Surat
Wadiah Bank Indonesia (SBI khusus syariah) dan obligasi syariah.
Sementara produk unit link syariah jenis equity fund, dana
investasi biasanya ditempatkan di saham-saham eminten yang masuk dalam
daftar Jakarta Islamic Index. Maksudnya, saham perusahaan terbuka yang
bisnis pasarnya tak menyalahi prinsip syariah, seperti memproduksi
minuman keras atau barang produksi yang haram.
Nah, kategori jenis penempatan dana ini akan menjadi dasar bagi
perusahaan asuransi dalam menerbitkan produk-produk unit link mereka.
Berdasarkan tujuan investasi
Di samping penempatan dana investasi, produk-produk unit, link juga
bisa dibedakan berdasarkan tujuan proteksi dan investasinya. Namun,
sebenarnya tujuan investasi ini bukan sebuah produk tersendiri,
melainkan program milik perusahaan asuransi dalam rangka menyesuaikan
kebutuhan si nasabah.
Sebut saja unit link yang tujuan investasinya untuk pendidikan atau
pensiun. Ada juga unit link keluarga atau unit link profesional. Menurut
Dekih, ini hanya semacam paket saja dalam cara perusahaan asuransi
menawarkan produknya.
Berdasarkan pembayaran premi
Selain penempatan dana dan tujuan investasi, unit link juga bisa
dibedakan berdasarkan jenis setoran preminya, yaitu tunggal dan berkala.
Perencana Keuangan The Light Financial Planning Consultancy Group
Donny A. Wiguna menjelaskan, pada unit link premi tunggal, nasabah harus
membayar premi sekaligus di muka. Selanjutnya, nasabah tak ada
kewajiban untuk membayar premi lagi.
Skema pembayaran premi tunggal ini lebih cocok bagi seseorang yang
telah mapan secara finansial. Maklum, setoran premi hanya terjadi satu
kali selama masa proteksi polis asuransi. Alhasil nilai premi pun
tergolong paling besar di antara jenis asuransi lainnya.
Sementara, pada sistem premi berkala, nasabah wajib membayar premi
secara bertahap. Tahapan pembayarannya bisa tiap bulan, tiap kuartal,
atau tiap tahun hingga kurun waktu tertentu. Jenis unit link premi
berkala ini cocok untuk nasabah yang ingin mendapatkan perlindungan
sekaligus investasi, tetapi mempunyai kapasitas kantong yang terbatas.
Biasanya, produk ini menjadi pilihan mereka yang masih berusia muda.
Sebagai catatan tambahan, jika memilih tipe ini, dana investasi Anda tidak boleh ditarik alias dikunci selama kurun waktu tertentu, misalnya enam atau tujuh tahun. Sebab, hingga tahun kelima, biasanya premi Anda habis untuk biaya akuisisi. Baru setelah itu, premi yang Anda setor bisa disisihkan untuk keperluan investasi.
Ketika sudah menghasilkan pun, ada biaya-biaya yang dipotongkan dari sini, seperti biaya pengelolaan dana, biaya administrasi dan lain-lain. Akibatnya, hasil investasi atau return akan
berkurang cukup besar. Mungkin, sebenarnya imbal basil investasi sebuah
unit link bisa mencapai 30persen, tapi dana ini dipotong sehingga
nasabah hanya akan menerima 20persen.
Barangkali, tidak terlalu menjadi persoalan jika pengelolaan investasi tersebut bisa memberikan imbal hasil yang tinggi. Yang jadi masalah adalah ketika perusahaan asuransi jiwa gagal menghasilkan return yang
cukup besar. Alhasil, begitu dipotong, hasilnya mungil. Jadi, pada
kondisi seperti ini, skema penguncian dapat merugikan nasabah.
Sumber dari :
http://pandjiharsanto.com/mari-mengenal-produk-unit-link