Tuesday 25 June 2013

4 TAHAP MENYUSUN ANGGARAN KELUARGA SECARA SEDERHANA

Agar pengelolaan keuangan keluarga Anda lebih terencana, Anda perlu menyusun anggaran alias rancangan budget. Dari sini Anda bisa melihat dengan rinci lalu lintas keuangan Anda: pemasukan dan pengeluaran. Berikut ini adalah step-by-step menyusun anggaran secara sederhana:
Tahap 1: Kelola gaji atau penghasilan Anda. Bila Anda dan suami bekerja atau punya usaha, maka penghasilan Anda berdua adalah pemasukan keluarga. Masukkan juga pemasukan dari bukan gaji (rutin), seperti bisnis sampingan, hasil jual-beli properti, dividen saham, bunga deposito dan lainnya.
Tahap 2: Datalah semua pengeluaran sebulan mulai dari pengeluaran rumah tangga sampai keperluan anak dan diri sendiri: listrik, telepon, transportasi (termasuk suku cadang, servis, bensin), anak (uang sekolah, ongkos dan lainnya), pekerja (pengasuh, pembantu, sopir). Jangan lupa memasukkan cicilan hutang (kredit mobil dan KPR), biaya kesehatan, dana untuk pribadi (keperluan diri sendiri dan pasangan).
Tahap 3: Masukkan ke daftar pengeluaran Anda sejumlah uang untuk dana darurat. Ini penting karena dalam keadaan genting, Anda harus bisa menjamin keluarga tetap dapat menjalani hidup dengan layak dari dana ini. Tak kalah penting adalah sejumlah uang untuk ditabung dalam pengeluaran Anda.
Tahap 4: Setelah menghitung jumlah penghasilan dan pengeluaran, hitunglah sisanya. Jika masih ada sisa yang cukup, berarti keuangan keluarga Anda sehat. Waspada bila ternyata keuangan Anda menunjukkan saldo negatif. Pola keuangan kita seringkali memang cukup memalukan untuk diakui. Pendapat Anda kurang?! Belum tentu! Menurut, ahli perencana keuangan Ligwina Hananto, "It's not about how much you earn, but how much you spend". Terdengar sangat akrab dengan situasi Anda?!

Sumber dari :
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/Keuangan/cara.sederhana.menyusun.anggaran

BAGAIMANA CARA MENGUBAH PENGELUARAN MENJADI ASET ?

 
Membayar diri sendiri, memprioritaskan pos pengeluaran yang lebih sedikit, mengutamakan kebutuhan dan mengantisipasi pengeluaran yang akan datang harus dilakukan seorang pekerja dan pekerja lepas. Tindakan tersebut dapat mengubah pengeluaran menjadi aset.
 
1. Membayar diri sendiri sebelum membayar yang lain

Untuk mengubah pengeluaran menjadi aset, kita harus membayar diri sendiri terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran untuk memenuhi kebutuhan apapun. Membayar diri sendiri adalah menyisihkan sebagian penghasilan kita secara rutin dalam jumlah tertentu sebelum uang yang diperoleh kita pergunakan untuk membayar berbagai keperluan. Membayar diri sendiri dapat mengubah pengeluaran menjadi aset.

Membayar diri sendiri sama artinya dengan mengambil sebagian penghasilan yang kita peroleh dan dimasukkan dalam rekening tabungan. Tindakan ini akan memberikan jaminan kepada kita sebagai pemilik uang untuk menikmati hasil jerih payah kita dalam bentuk dana tabungan, sebelum penghasilannya tersebut dinikmati oleh pihak lain.  Membayar diri sendiri harus jadi prioritas dan dilakukan di awal. Bila dilakukan belakangan atau di akhir bisa jadi tidak ada yang tersisa lagi yang digunakan untuk membayar diri sendiri tersebut.

2. Memprioritaskan pengeluaran yang lebih sedikit

Pos pengeluaran yang harus dibayarkan untuk biaya hidup pada umumnya lebih banyak dibandingkan dengan pos pengeluaran untuk membayar utang. Memprioritaskan pos pengeluaran yang lebih sedikit, misalnya membayar utang. Utang harus diprioritaskan pembayarannya agar semua pos pengeluaran dapat terbayar lunas. Memprioritaskan pengeluaran yang lebih sedikit dapat mengubah pemasukan menjadi aset.

Membayar utang harus diprioritaskan daripada membayar biaya hidup, karena jumlah pos utang biasanya lebih sedikit daripada pos biaya hidup. Jumlah pos pengeluaran untuk membayar utang hanya berkisar 1 – 5 pos saja, sedangkan jumlah pos pengeluaran untuk membayar biaya hidup bisa mencapai puluhan. Pengeluaran biaya hidup kita pun dapat dihemat dan dapat pula dipenuhi dengan menggeser pemenuhannya dengan alternatif lain.

3. Mengutamakan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan

Dalam setiap pengeluaran uang, kita harus mengutamakan pemenuhan kebutuhan daripada mengejar keinganan. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi atau suatu hal yang harus diprioritaskan dan kalau tidak dipenuhi akan kekurangan, sedangkan keinginan menunjukan sesuatu yang melebihi keharusan atau sesuatu yang dilakukan setelah kebutuhan terpenuhi. Mengutamakan kebutuhan daripada keinginan dapat mengubah pengeluaran menjadi aset.

Untuk membeli rumah misalnya, belilah rumah tinggal yang sesuai kebutuhan dan jangan membeli rumah berdasarkan keinginan semata atau diatas kemampuan kita. Membeli rumah baru yang lebih besar, mewah dan sesuai keinginan kita untuk mengganti rumah lama kita namun dibeli dengan harga diatas kemampuan akan menciptakan utang. Membeli rumah baru, rumah kedua, ketiga dan seterusnya kita lakukan untuk menambah pemasukan dan memperbesar aset dengan jalan menyewakannya.

Membeli rumah mewah atau barang-barang mewah lainnya harus menjadi prioritas terakhir dan bukan prioritas pertama walaupun sudah memiliki banyak uang. Contohlah orang-orang kaya yang berusaha memiliki barang-barang mewah setelah benar-benar menjadi kaya. Kaya artinya aset yang dimilikinya jauh melebihi jumlah pengeluaran yang dibutuhkannya. Semakin besar aset yang dimiliki dibanding dengan pengeluarannya dapat dikatakan semakin kaya.

4. Mengantisipasi kebutuhan yang akan datang

Manusia  tidak hanya memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk saat ini saja, namun menyangkut kebutuhan di masa yang akan datang. Mengantisipasi pengeluaran yang akan datang harus kita lakukan semenjak saat ini, karena pengeluaran itu pasti dibutuhkan dan hanya masalah waktu kapan hal itu benar-benar diperlukan. Mengantisipasi pengeluaran yang akan datang dapat mengubah pengeluaran menjadi aset.

Memenuhi pos pengeluaran yang akan datang perlu kita lakukan walaupun pengeluarannya masih lama, misalnya 10 tahun lagi, sehingga kita lebih ringan dalam mewujudkannya dan lebih siap ketika hal tersebut dibutuhkan.  Pos pengeluaran yang akan datang, misalnya biaya hidup saat kita pensiun kelak, biaya perawatan kesehatan ketika kita menderita sakit, menyekolahkan anak ke perguruan tinggi setelah anak kita lulus SMTA, melakukan perjalanan wisata atau ibadah di hari tua, dan sebagainya..

Mengantisipasi pos pengeluaran yang akan datang dapat dilakukan dengan membeli dana pensiun yang akan dinikmati hasilnya ketika kita sudah tidak bekerja lagi. Dana pensiun yang dipilih adalah dana pensiun yang sudah terkenal reputasinya yang baik, sehingga terhindar dari resiko kerugian yang tidak perlu. Untuk keperluan pendidikan perlu membeli asuransi pendidikan, tabungan pendidikan berasuransi atau asuransi jiwa untuk pendidikan anak.

Kita bisa juga mulai merintis bisnis sedari sekarang dengan melakukan kerja sama dengan mitra yang dapat dipercaya. Kerja sama yang dapat dilakukan, umpamanya menitipkan modal kepada orang lain yang terpercaya, membuka usaha namun yang mengelola anggota keluarga atau sahabat yang dapat dipercaya, dan sebagainya. Membeli properti berupa tanah, rumah, atau mobil untuk disewakan juga merupakan antisipasi terhadap pengeluaran yang akan datang ketika sudah tidak bekerja dan mendapatkan penghasilan lagi.

Sumber dari :
 http://mulyowiharto.wordpress.com/2011/05/21/mengubah-pengeluaran-menjadi-aset/


7 CARA MELAKUKAN PENGHEMATAN DAN MENGELOLA KEUANGAN KELUARGA


Untuk menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran keuangan pribadi dibutuhkan kecakapan dalam mengelola keuangan, berikut beberapa cara pengematan dan pengaturan keuangan pribadi: 
1. Penghematan makan
Bagi para pekerja, pengeluaran untuk makan di luar tanpa disadari bisa menjadi pos pengeluaran yang sangat besar. Sebagai contoh, seorang karyawan dengan gaji Rp 3.000.000,00 yang selalu makan di luar maka total pengeluarannya hanya untuk makan saja adalah sebesar:
  • Makan pagi        : Rp 10.000 x 26 hari    =       Rp 260.000
  • Makan siang       : Rp 20.000 x 26 hari    =       Rp 520.000
  • Makan malam     : Rp 20.000 x 26 hari    =       Rp 520.000
  • Snack                 : Rp 5.000   x 26 hari    =       Rp 130.000
Total : Rp 1.430.000

Bayangkan, berapa uang yang dapat Anda hemat bila Anda mengurangi kebiasaan untuk makan di luar? Anda dapat melakukan penghematan dengan cara:
  • Membawa bekal makan dari rumah. Anda tidak perlu malu melakukannya, lebih baik makan bekal daripada makan di luar dan menambah utang.
  • Sebaiknya makan di rumah sebelum bepergian seperti misalnya jalan-jalan ke mall.
  • Sesuaikan makan dengan budget. Makanan bergizi tidak harus mahal.
  • Bila diajak makan oleh rekan kerja ke tempat makan yang melebihi budget, tolaklah secara halus.
  • Bila sulit membawa bekal makan setiap hari, maka tetapkanlah 3 hari dalam seminggu untuk makan semurah mungkin namun tetap bergizi, dan tidak perlu membeli kudapan pada hari itu.
  • Bila menonton bioskop, tidak perlu membeli cemilan dan minuman. Usahakan membawa dari rumah.
 2. Penghematan biaya komunikasi
Pernahkan Anda menghitung berapa kali anda menelepon dan mengirim SMS dalam 1 hari?
Misalnya dalam 1 hari Anda menelepon dengan HP sebanyak 5 kali dan mengirim SMS sebanyak 15 kali, maka perkiraan biaya yang Anda keluarkan adalah:
  • Telepon     :  5   x  Rp1.000 x 30    =  Rp 150.000
  • SMS         :  15 x  Rp150    x 30    =  Rp 67.500
Total : Rp 217.500

Bila dijumlahkan dengan pengeluaran untuk makan di poin no 1 tadi, maka sudah melebihi setengah dari gaji sang karyawan tadi.
Hal-hal yang bisa anda lakukan untuk menghemat biaya komunikasi antara lain:
  • Apabila telepon menggunakan HP, bicaralah seperlunya.
  • Gunakan SMS hanya untuk mengirim informasi penting.
  • Saat ber-SMS menanyakan suatu hal, biasakan sekaligus mengucapkan terima kasih sehingga tidak perlu membalas sms lagi.
  • Tidak perlu membuat ringtone tambahan atau nada sambung pribadi, karena akan memotong saldo pulsa.
  • Jangan tergoda iklan untuk mengirim SMS dengan tarif premium karena akan menghabiskan pulsa Anda.
  • Pentingkan fungsi dan bukan fancy. Selama HP Anda masih berfungsi dengan baik, jangan tergerak untuk mengganti HP model terbaru.
  • Koleksi casing dan tempat HP tidak terasa akan menambah pengeluaran.
 3. Penghematan Belanja
Berapa kali Anda belanja pergi ke mall atau supermarket dalam satu bulan? Semakin sering Anda pergi ke mall atau supermarket, semakin banyak pengeluaran Anda karena sulit sekali untuk menahan diri tidak belanja saat kita berkunjung ke mall atau supermarket. Apabila Anda memang harus belanja, maka hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk menghemat pengeluaran Anda antara lain:
  • Usahakan untuk belanja secara tunai, sesuai dengan uang yang ada di dompet Anda.
  • Hati-hati bila belanja di supermarket. Biasakan untuk tetap fokus pada barang-barang yang ada pada daftar belanjaan Anda. Umumnya, kebutuhan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi atau sabun cuci selalu ditempatkan di rak bagian belakang dan sepanjang jalan menuju ke sana banyak barang-barang yang bisa membuat Anda tergoda.
  • Ingatlah bahwa promosi, obral maupun diskon semurah apapun tujuan adalah memberi keuntungan bagi penjual.
  • Janganlah tergoda pada potongan harga untuk kemudian membeli dalam jumlah banyak. Belilah sesuai dengan yang Anda butuhkan.
  • Teliti saat menghitung di kasir. Ada kemungkinan terjadi selisih jumlah yang dapat merugikan Anda.
  • Sebisa mungkin belanjalah di pasar tradisional, karena Anda masih bisa menawar dan mendapatkan harga yang lebih murah. 
 4.   Penghematan Biaya Transportasi
  • Untuk jarak pendek, cobalah berjalan kaki
  • Manfaatkan angkutan umum massal seperti bus atau Trans Jakarta.
  • Apabila memungkinkan mulailah bersepeda ke tempat kerja, selain murah juga sehat.
  • Apabila menggunakan kendaraan pribadi, usahakan berangkat lebih awal untuk menghindari kemacetan..
  • Rawatlah kendaraan pribadi dengan baik untuk menghindari kerusakan yang membutuhkan biaya perbaikan.
 5.  Berusahalan untuk selalu mengeluarkan uang di bawah budget yang Anda tetapkan dan tabunglah sisanya.
Misalnya jika budget belanja harian Anda sebesar Rp 30.000, maka usahakan untuk belanja seharga Rp 25.000 dan tabunglah Rp 5.000 sisanya. Sediakan tempat khusus untuk menyimpan uang ini dan bukalah hanya pada periode tertentu seperti misalnya tiga atau enam bulan sekali. Segera masukkan hasil tabungan Anda tersebut ke rekening bank.

 6. Catatlah pengeluaran Anda setiap hari sedetil mungkin. Lalu jumlahkan dalam 1 bulan. Hal ini akan membantu Anda selanjutnya untuk berpikir lebih bijak sebelum membelanjakan uang.
 
7. Gunakan microsoft excel untuk membantu menghitunng pengeluaran anda, atau bisa juga menggunakan software di http://kaspri.blogspot.com/2009/07/budaya-menulis-catatan-keuangan-pribadi.html untuk mendownload, dan juga sediakan buku kecil untuk menulis pengeluaran mendesak anda ketika berada di satu tempat.
 
Sumber dari :
 http://motivator87.blogspot.com/2012/12/7-cara-menghemat-dan-mengatur-keuangan.html


Sunday 23 June 2013

TIPS MERENCANAKAN KEUANGAN BUAT KELUARGA MUDA


Menimang buah hati masih menjadi keinginan mayoritas pasangan suami-isteri yang menikah. Kehadiran anak, bahkan, dianggap sebagai penanda kesempurnaan sebuah rumahtangga. Sayangnya, keluarga muda kerap lupa bahwa dengan kehadiran anak berarti ada tanggung jawab finansial lebih yang harus dipersiapkan, mulai dari pemenuhan kebutuhan primer hingga kebutuhan pendidikan di masa yang akan datang.

Kalau keluarga muda tak memiliki kesadaran finansial, bukan tak mungkin justru kebutuhan anak menjadi telantar. Anda tentu tak ingin hal ini menimpa pada sang buah hati bukan? Karena itu, ketika anak  pertama mulai hadir dalam keluarga muda, mereka mesti menilik neraca keuangan.
 
Perencana keuangan dari Taatadana Consulting Felicia Imansyah mengatakan, awal pernikahan merupakan masa penting pembangunan pondasi keuangan keluarga untuk masa yang akan datang. Sebab, makin lama kebutuhan keluarga akan semakin kompleks dengan bertambahnya anak, usia, dan kebutuhan hidup. “Karena itu, keluarga muda harus hemat dan cermat sejak awal berkeluarga,” kata perempuan yang biasa disapa Lici ini.

Perencana keuangan dari Fin-Ally Financial Planning and Consulting Pandji Harsanto mengoreksi kebiasaan tidak baik yang dilakukan keluarga muda ketika mendapatkan anak pertama, yakni membeli kebutuhan untuk sang buah hati secara berlebihan. Sebut saja, membeli pakaian dan perlengkapan bayi hingga menumpuk. Padahal, masa pertumbuhan yang cukup pesat pada usia bawah lima tahun (balita) menyebabkan sandang tak akan dipakai dalam waktu yang lama.

Saran Pandji, sebaiknya keluarga membeli keperluan bayi secukupnya saja. “Kalau dapat pinjaman stroller dari saudara misalnya, tidak perlu malu memakainya. Atau, bisa menyewa saja perlengkapan bayi,” kata Pandji. Kekeliruan yang dilakukan keluarga muda tersebut biasa terjadi karena saking senangnya mendapatkan momongan.

A. Pos-pos penting

Alih-alih memboroskan uang untuk keperluan yang bersifat sementara, para perencana keuangan menyarankan agar keluarga segera melengkapi pos-pos kebutuhan yang bertalian dengan kepentingan anak. Nah, berikut ini beberapa pos yang harus segera dialokasikan:
 
1. Menambah dana darurat

Sebelum melebarkan sayap dengan membeli proteksi atau berinvestasi, keluarga wajib memiliki dana darurat. Dana darurat ini bertujuan untuk kas cadangan jika sewaktu-waktu sumber pendapatan terganggu.
Perencana keuangan mengatakan ketika keluarga muda belum memiliki anak, dana darurat bisa dicadangkan tiga hingga enam kali dari total pengeluaran bulanan. Jadi, semisal pengeluaran bulanan Rp 7 juta maka dana darurat yang mesti terkumpul Rp 21 juta – Rp 42 juta.

Namun, ketika sang buah hati mulai melengkapi hidup keluarga Anda, dana darurat harus segera diinjeksi lebih banyak menjadi enam hingga sembilan kali. Masih dengan contoh yang sama, yakni pengeluaran bulanan Rp 7 juta, maka dana darurat yang harus dipenuhi adalah Rp 42 juta – Rp 63 juta.

Pandji memaklumi pemenuhan dana darurat sebanyak sembilan kali tak akan mudah bagi semua keluarga muda. Solusi dia, pada permulaan bisa dikumpulkan 30% dari sembilan kali dana darurat dulu. Atau, jika melanjutkan contoh dia atas, dana darurat yang harus dipenuhi di awal sebesar Rp 18,9 juta.

Nah, sambil jalan, keluarga muda bisa memenuhi porsi yang disarankan tersebut. Dengan modal 30% dari dana darurat sudah terpenuhi saja, keluarga muda bisa menginjak pada pos selanjutnya, yakni membeli asuransi jiwa.

Catatan Lici, dana darurat harus likuid alias mudah dicairkan. Karena itu, dia menyarankan dana ditempatkan di tabungan, deposito, logam mulia, atau reksadana pasar uang.
 
2. Membeli asuransi jiwa

Ketika mulai memiliki anak, sebaiknya keluarga membeli asuransi jiwa. Asuransi jiwa ini  bertujuan untuk melindungi risiko finansial si pencari nafkah dalam keluarga. Dengan harapan, jika terjadi sesuatu pada pencari nafkah yang menyebabkan sumber pendapatan macet, ada asuransi yang bisa menggantikan fungsi tersebut.

Uang pertanggungan asuransi bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup si anak hingga dewasa. Saran Lici, keluarga harus menghitung benar proyeksi kebutuhan anak hingga dewasa. Besaran uang pertanggungan (UP) yang diinginkan tersebut akan mempengaruhi berapa besar premi yang mesti dialokasikan. Sebab, besar-kecil premi ini tentu akan menggerus pemasukan bulanan keluarga.

Jika kondisinya suami maupun isteri bekerja, apakah perlu masing-masing membeli asuransi jiwa? Perencana keuangan dari Fahima Advisory Fauziah Arsiyanti bilang, tergantung fungsi dari masing-masing gaji. Bila gaji suami dan isteri menjadi sumber pokok pemenuhan kebutuhan keluarga, masing-masing wajib membeli asuransi jiwa. Sebaliknya, jika salah satu gaji tidak menopang pemasukan keluarga secara signifikan, pemilik gaji tidak perlu membeli asuransi jiwa.

Pandji menambahkan, bahkan bisa saja, baik suami maupun isteri, tak membeli asuransi jiwa. Dengan catatan, “Selama memutar roda ekonomi, ada passive income dari kepemilikan aset yang jumlahnya jauh lebih besar dari gaji bulanan,” terang Pandji.

Selain asuransi jiwa, asuransi lain yang wajib ditambahkan adalah asuransi kesehatan bagi si buah hati. Rata-rata perusahaan asuransi mensyaratkan minimal usia kepesertaan asuransi kesehatan adalah 30 hari. Sebaiknya, sejak usia tersebut anak dibelikan asuransi kesehatan. Saran perencana keuangan, keluarga bisa membeli asuransi kesehatan kumpulan. Dengan begitu, premi yang dibayar bisa lebih mini.

3. Investasi pendidikan

Bukan cuma kebutuhan sandang atau pangan anak yang menyedot dana besar, tapi juga pendidikan. Perencana keuangan menyarankan, sejak anak hadir dalam hidup Anda, harus segera dibikin pos dana pendidikan. Lici bilang, investasi pendidikan bisa dibagi berdasar jenjang pendidikan, misal tingkat play group, TK, SD, SMP, SMU, dan perguruan tinggi.

Pemilihan keranjang investasi bisa disesuaikan dengan jenjang pendidikan tersebut. Makin jauh jenjang pendidikan yang akan dituju tentu pilihan keranjang investasi bisa makin agresif dengan harapan mendapat imbal hasil lebih besar. Pilihan produk investasinya, seperti logam mulia untuk jangka pendek, reksadana campuran untuk jangka menengah, dan reksadana saham untuk investasi jangka panjang.

Jika keluarga muda kesulitan memenuhi semua jenjang investasi pendidikan sekaligus, keluarga bisa mencicil dari pos investasi pendidikan terjauh dulu. Misal, dari berinvestasi untuk pendidikan di perguruan tinggi kemudian berkelanjutan hingga jenjang pendidikan terdekat. “Sebab dana investasi di jenjang pendidikan terjauh justru yang terkecil,” kata Pandji.
 
B. Mengencangkan ikat pinggang

Penambahan ketiga pos pengeluaran yang harus dicadangkan tersebut tentu akan membengkakkan pengeluaran keluarga. Jika sumber pendapatan Anda tetap, artinya harus ada strategi yang harus dilakukan. Dengan tujuan, semua pos terpenuhi tapi kebutuhan pokok tak terganggu.

Pandji menawarkan tiga solusi. Pertama, mengurangi pengeluaran. Misal, saat belum punya anak, Anda dan pasangan punya hobi makan malam di restoran atau rekreasi, kebiasaan ini bisa dikurangi. Tilik ulang pengeluaran, seperti penggunaan telepon pascabayar atau kebutuhan hiburan, seperti berlangganan televisi berbayar.

Kedua, menurunkan kelas konsumsi. Taruh kata, Anda dan pasangan semula ke mana-mana hampir selalu mengendarai mobil, padahal punya sepeda motor juga. Nah, apa salahnya mengganti kebiasaan dengan lebih sering mengendarai sepeda motor saja?

Ketiga, menghilangkan kebutuhan. Kalau kedua cara sebelumnya tak manjur juga menekan pengeluaran, sepertinya Anda dan pasangan harus rela menghilangkan beberapa kebutuhan. Misal, semula Anda  hobi mengoleksi sesuatu yang menguras uang, kini, itu bisa dihilangkan. Keputusan ini tentu menuntut keikhlasan. Ibarat pepatah, berakit-rakit  ke hulu, berenang ke tepian. Prihatin dahulu, sejahtera kemudian.

Sumber dari : www.pandjiharsanto.com

MEMBANGUN PORTFOLIO INVESTASI UNTUK MENUNJANG HARI TUA


Apa yang saya perlu lakukan untuk membangun portfolio untuk waktu senja saya? Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh orang yang punya rencana dalam hidup, terutama secara keuangan. After all, seseorang tidak bisa bekerja selamanya. Akan ada waktu dimana secara produktivitas dan kemampuan, seseorang akan mengalami penurunan.

Jawaban dari pertanyaan ini dipengaruhi dua hal, yakni pengeluaran anda, dan juga pemasukan anda. dari segi pengeluaran, anda harus mengerti gaya hidup anda dan berapa yang anda perlukan untuk mempertahankan gaya hidup tersebut. Seseorang yang puas dengan Toyota Avanza, tentunya akan memerlukan lebih sedikit uang dari pada seseorang yang terbiasa diantar oleh supirnya dengan S Class. Bukan hanya dari segi harga mobil, namun dari segi maintenance saja sudah jauh berbeda.

Artikel ini akan membahas lebih banyak dari segi pemasukan. Apa yang seseorang bisa lakukan untuk membangun sebuah portfolio yang bisa menunjang di hari tua? Berapa besar jumlah uang yang diperlukan? Apa tipe investasi yang cocok?
 
Portfolio anda harus dibentuk dengan perencanaan yang matang, disiplin dan kesabaran. Dan hal ini tentu saja tidak mudah. Satu hal yang penting, tugas ini tidak dapat anda delegasikan kepada orang lain. Tidak ada orang di dunia yang lebih mengerti situasi keuangan dan ekspetasi anda dari pada anda sendiri. Anda bisa mencari konsultan, namun pada ujungnya, segala tanggung jawab perencanaan dan eksekusi berakhir pada anda sendiri.

Beberapa produk investasi yang anda bisa pergunakan di bawah ini. Saya juga sertakan ukuran kasar dari keuangan anda yang cocok dengan masing-masing produk. Saya juga urutkan menurut prioritas produk investasi.
  
1. Uang Kontan / Deposit

10 – 500 jt

Banyak orang tidak menyadari akan kekuatan uang kontan. Meskipun uang tidak memberikan return yang begitu banyak, namun uang kontan diperlukan sebagai buffer yang bisa menahan impact dari downturn ekonomi terhadap investasi anda. Ketika pasar saham rontok, bubble property pecah, anda perlu uang untuk menahan investasi anda. Bila anda dipaksa untuk menjual investasi anda dikarenakan krisis, maka anda telah melakukan kesalahan dalam money management anda.

Sebagai panduan kasar, jumlah cash yang anda perlukan adalah 10% dari total portfolio anda ditambah pengeluaran anda selama 12 bulan ke depan. Untuk return, saya sarankan anda memasukkannya ke dalam deposito dengan waktu cair yang berbeda, jadi setiap bulan, anda bisa memiliki opsi untuk mencairkan 1/12 dari total cash anda. Ada orang yang memilih untuk memasukan deposito setiap 2 bulan, dan hal itu sah-sah saja. Untuk mendapatkan bunga lebih tinggi, anda bisa mencari bank yang lebih kecil (BCA memberikan bunga paling rendah), namun memiliki reputasi, seperti Permata, BNI, Bukopin. 

2. Properti

Pendapatan bebas sekitar 5-10 jt / bulan

Ketika anda memiliki uang cash yang cukup untuk kebutuhan anda (setelah kebutuhan anak, kesehatan terpenuhi), maka properti adalah produk terbaik untuk investasi anda. Mengapa properti? Karena secara umum, properti bisa melindungi anda dari inflasi, dan pada saat yang sama merupakan alat yang bisa bekerja buat anda, atau dengan kata lain investasi pasif. Ketika anda bekerja, hanya 1 orang yang dapat menghasilkan uang dengan 24 jam dan 2 tangan anda. Namun lain halnya dengan properti, secara alami, properti dapat menghasilkan pemasukan yang stabil, walaupun dalam beberapa kasus, lebih rendah dari deposito anda. Namun untuk jangka di atas 5 tahun, deposito tidak bisa melindungi anda dari gerogotan inflasi.

Tentu saja, pemilihan properti memerlukan tidak sedikit waktu. Sebagai pedoman, bila anda tidak memiliki banyak waktu untuk riset properti, hindari properti yang dikondisikan untuk digoreng. Anda tidak akan tahu di ujung mana anda masuk ke tahapan gorengan, biasanya bila anda tidak tahu, anda sedang berada di akhir gorengan. Saya sarankan untuk mencari properti yang memiliki yield bagus, dengan kata lain berpotensial untuk disewakan (ruko/apartemen). Di Indonesia, bila anda menemukan yield 4-5%, sudah cukup bagus.

Alasan lain berinvestasi di properti adalah anda bisa menggunakan bantuan bank. Meskipun bunga yang tidak rendah, namun bila anda mendapatkan properti yang menghasilkan cash setiap bulannya, maka biaya bunga seharusnya bisa tertutupi. Bila anda disiplin, maka investasi ini bisa merupakan investasi terbaik dalam hidup anda.

3. Asuransi Jiwa

Sekitar 3 – 5 jt / bulan

Sebelum anda bergegas menelepon agen asuransi anda, tolong baca pelan-pelan lagi. Asuransi jiwa. Bukan asuransi kesehatan. Kedua hal tersebut sangat berbeda dalam esensi. Asuransi jiwa merupakan investasi, sedangkan asuransi kesehatan adalah.. well.. asuransi. Meskipun anda mungkin akan berargumen tentang validnya asuransi kesehatan sebagai investasi, namun untuk post kali ini, saya hanya bisa mengatakan bahwa ada alasannya para penjual asuransi kesehatan menawarkan asuransi kesehatan plus investasi. Bila asuransi kesehatan adalah investasi, kenapa harus ditambahkan fitur investasi ke dalamnya?

Asuransi jiwa merupakah salah satu alat investasi yang paling kuat, disebabkan karena semua manusia pasti meninggal. Asuransi kesehatan belum tentu dipakai, karena tidak semua manusia jatuh sakit, namun berbeda halnya dengan asuransi jiwa. Permasalahannya hanya asuransi jiwa menghasilkan return yang bukan dinikmati anda sendiri, namun oleh orang lain, apakah istri anda, anak anda, atau keluarga anda. Intinya, asuransi jiwa adalah asuransi yang memberikan return yang bagus, namun bukan untuk anda sendiri. 

4. Saham

Untuk solusi terakhir yang perlu anda pertimbangkan, adalah tentu saja saham. Bagi anda yang tidak punya waktu untuk memonitor saham anda (percaya atau tidak, sebagian besar orang jatuh dalam kategori anda), disarankan anda membeli reksa dana yang memiliki biaya rendah. Biaya tahunan yang lebih kecil dari 1%, dan biaya pembelian di bawah 2%. Berhati-hatilah karena biaya akan mempengaruhi performa dari investasi anda dengan signifikan.

Bagaimana anda tahu bila anda lebih baik duduk diam membeli reksa dana, atau anda lebih baik memilih saham anda sendiri? Bila anda tidak membaca berita setiap hari, tidak mengerti tentang pengaruh suku bunga, tidak bisa membedakan antara utang jangka panjang dengan pendek, tidak punya waktu untuk membaca setidaknya 4 buku keuangan dalam setahun, mata berkunang-kunang ketika melihat laporan keuangan, makan anda sebaiknya duduk manis dan membeli reksa dana. Jangan mengira bahwa dengan membaca analisa dan tips trading terhangat dari broker anda, anda bisa mendapat return yang memuaskan. Lupakan itu, and save your time and money!

Sumber dari : www.flog.co.id