Tuesday 3 September 2013

Berinvestasi Dalam Jangka Panjang Sebaiknya Dengan Cara Mencicil Setiap Bulan


Peran media dan Perencana Keuangan serta institusi keuangan dalam mensosialisasikan produk investasi rupanya cukup sukses. Terbukti dengan kenaikan jumlah dana yang diinvestasikan dalam produk-produk keuangan. 

Namun kenaikan ini rupanya masih dirasa kurang dari sisi sosialisasi maupun informasi tentang produk investasi dan resiko-resiko investasinya. Terbukti masih banyaknya pertanyaan yang masuk yang bernada ketakutan dan panik baik melalui acara di TV, radio, maupun media cetak dan elektronik.

 Pertanyaan seperti, apakah investasi kita masih aman, apakah kondisi seperti ini sementara, apakah Indonesia akan masuk ke krisis lagi, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mirip seperti ini. Atau mungkin konsep Perencanaan Keuangan yang menganjurkan berinvestasi untuk jangka panjang masih belum 'matang' diterima oleh masyarakat. 

 Atau banyak juga dari masyarakat yang mungkin hanya belajar sepotong-sepotong, terlalu bersemangat berinvestasi setelah membaca atau melihat tayangan TV dan Radio, akibatnya belum memahami esensi dari investasi tersebut. Banyak juga dari masyarakat yang mempunyai “Mental Trader” alias berdagang alias memasang posisi jual dan beli ketika pasar turun ataupun naik.

Seperti yang sudah sering kali dijelaskan, bahwa berinvestasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung (melalui produk keuangan) akan selalu mengandung risiko. Beberapa risiko di antaranya adalah: hasil investasi naik atau turun, nilai investasi kita naik dan turun, investasi kita hilang sama sekali, inflasi dan masih banyak lagi risiko-risiko lainnya yang mungkin saja terjadi pada investasi kita.

 Risiko investasi turun seperti yang kita alami saat ini adalah salah satu contoh yang mungkin atau bahkan bisa dikatakan sering terjadi. Kalau kita melihatnya dari kacamata jangka pendek penurunan ini memang mengerikan.

Apalagi kalau kita baru investasi di awal tahun atau di saat IHSG sedang tinggi-tingginya sudah pasti gemeteran. Akan tetapi apabila kita melihatnya dari kacamata jangka panjang, penurunan ini akan di iringi lagi dengan kenaikan.

Pertanyaannya adalah, kapan? Dan tidak ada yang tahu secara pasti jawabannya serta kapan akan naiknya. Yang pasti sejarah mencatat, bahwa ketika kita berinvestasi untuk minimum 5 tahun ke atas maka hasil rata-rata ketika kita menjual/mencairkan investasi kita 5-10 tahun lagi sudah lebih tinggi dari uang yang kita investasikan sebelumnya. Meskipun hasil ini tidak memberikan jaminan alias garansi bahwa akan selalu seperti ini, tapi kemungkinan besarnya terjadi.

Lalu, bagaimana kita mengantisipasi penurunan seperti yang terjadi sekarang ini? Salah satu rumus yang sering dipakai oleh investor di banyak negara adalah DCA alias Dollar Cost Averaging. Berhubung di Indonesia pakainya Rupiah berarti Rupiah Cost Averaging.

Dengan kata lain, ketika kita berinvestasi memang sebaiknya dicicil saja berlahan-lahan setiap minggu atau setiap bulan. Dengan demikian, nilai nominal investasi kita mendapatkan harga rata-rata.

Ketika harga-harga saham sedang turun seperti sekarang, maka apabila kita berinvestasi secara rutin (baik langsung maupun melalui reksa dana), maka kita akan membeli di harga yang lebih rendah. Otomatis investasi kita di bulan-bulan lalu yang rugi sekarang kerugian menjadi menurun karena harga rata-rata investasi kita yang lebih rendah.

 Demikian juga apabila Anda tidak berinvestasi secara rutin, penurunan harga seperti sekarang dapat dilihat sebagai kesempatan untuk membeli di harga murah. Akan tetapi ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu apabila profil risiko anda agresif alias berani mengambil risiko, kondisi pekerjaan dan keuangan baik, tidak punya kebutuhan dana dalam jangka pendek menengah, dan Anda punya dana menganggur untuk berinvestasi, maka berinvestasilah atau membelilah untuk kemudian didiamkan sampai kondisi pasar membaik kembali.

Jadi, kalau IHSG dan emas naik turun dan anda masih panik? Ya sudah jangan investasi saja.

Sumber dari :
http://finance.detik.com/ihsg-dan-emas-naik-turun-masih-bikin-panik-ya-jangan-invest

Tips Mengatur Keuangan Selama Satu Bulan


Buat sebagian orang akhir bulan atau sering diistilahkan dengan tanggal tua. Tidak jarang setelah di awal bulan sibuk membayar cicilan rumah, mobil dan kartu kredit. Kocek pun mengering di pertengahan dan akhir bulan.

Jangankan untuk belanja di tanggal tua, untuk sekadar bertahan hidup dan menunggu gajian berikutnya sangat berat.

Atas hal itu penting bagi kita untuk tahu bagaimana mengatur keuangan selama satu bulan. Siapa tahu jika kita pandai dan benar dalam mengatur keuangan bulanan tidak saja terhindar dari penyakit kantong kering, tapi bahkan bisa berbelanja di tanggal tua. kali ini saya akan berbagi tips sebagai berikut:

1. Siapkan pos-pos pengeluaran

Setelah menerima gaji di awal bulan, belilah beberapa amplop kertas, kemudian tulislah beberapa pos kebutuhan selama 1 bulan.

Bagi ke dalam 3 bagian amplop besar:
  • 1 amplop cicilan
  • 1 amplop untuk tabungan bulanan atau investasi bulanan
  • 1 amplop belanja barang dan jasa operasional bulanan
Sisihkan untuk tagihan cicilan utang Anda baik itu utang produktif dan utang konsumtif dengan total paling besar adalah 30% dari penghasilan Anda.

Kemudian sebisa mungkin disiplinkan diri Anda untuk saving dan investasi di awal bulan, tetapkan berapa kemampuan menabung rutin Anda. Jangan baru menabung kalau ada sisa. Untuk pemula, disiplinkan untuk menabung minimal 10% dari penghasilan Anda. Ubah kebiasaan ini selama 2 tahun. Anda akan terbiasa investasi dan menabung dengan sendirinya.

Segera pisahkan untuk pos pengeluaran yang pembayaran tagihan bulanan seperti koran, TV kabel, listrik, PAM, gaji pembantu dan kebutuhan bulanan lainnya.

Buat budget belanja bahan makanan untuk 1 bulan. Lalu buat untuk budget untuk hari-hari biasa dan budget untuk akhir pekan.

Budget di akhir pekan biasanya lebih besar dibandingkan hari-hari biasa. Namun ada beberapa orang juga yang lebih besar budget di hari-hari biasanya.

Budget akhir pekan bisa digunakan, bisa juga tidak. Namun sebaiknya Anda sudah mempersiapkan sebelumnya. Jadi tidak ada salahnya juga untuk bersenang-senang karena Anda sudah merencanakannya.
Isilah amplop-amplop tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan.

2. Buat daftar belanja

Membeli sepatu baru karena diskon, padahal niatnya beli bahan makanan, sering dialami bukan?
Agar terhindar dari penyakit seperti itu hendaknya membuat daftar belanja sebelum pergi ke pasar atau hypermarket.

Ini sangat membantu kita mengingat barang yang akan dibeli sekaligus menjadi panduan saat belanja. Jangan beli barang yang tidak ada dalam daftar..!!

3. Hindari belanja pada saat lapar

Hipermarket biasanya menyediakan berbagai jenis barang kebutuhan, mulai dari sayuran hingga alat elektronik, dan juga hidangan siap saji. Pastikan saat Anda berbelanja, perut sudah terisi dari rumah. Pasalnya semua makanan yang ada bisa terlihat sangat enak dan pasti Anda membelinya dalam jumlah yang berlebih.

4. Usahakan bawa bekal makan siang sendiri saat bekerja
Banyak keuntungan yang didapatkan jika Anda membawa bekal makan siang sendiri. Pertama Anda akan mendapatkan makan siang yang sesuai selera Anda, kedua Anda tidak perlu ke luar kantor atau meminta tolong OB untuk membelikan makan siang, ketiga Anda mendapatkan makan siang yang lebih bersih dan higienis.

Coba hitung jika sekali makan siang Anda mengeluarkan biaya sebesar 20 ribu atau 25 ribu rupiah, jika dikali dengan 22 hari kerja berarti Anda sudah menghemat 440.000 sampai dengan 550.000 rupiah, jika setahun sama dengan 5,28 juta sampai dengan 6,6 juta. Bayangkan jika Anda mempunyai masa kerja 20 tahun, dana 550 ribu per bulan tersebut Anda alihkan investasi ke reksadana saham dengan return 25% per tahun, maka di tahun ke 20 Anda akan mendapatkan hasil 3.772.502.385 (tiga miliar tujuh ratus tujuh puluh dua juta lima ratus dua ribu)

Atau jika Anda mempunyai masa kerja 25 tahun dengan contoh tersebut di atas maka hasilnya akan 13.065.217.874 (tiga belas miliar enam puluh lima juta dua ratus tujuh belas).
Perbedaan yang luar biasa bukan? Perbedaan waktu hanya lima tahun sudah mengakibatkan perbedaan hasil signifikan, yaitu 10 miliar. Itulah kekuatan bunga majemuk. Waktu akan sangat berpengaruh, bukan besarnya investasi yang akan Anda lakukan nanti, tapi berapa pun yang investasikan hari ini akan sangat berguna pada masa depan Anda nantinya.

5. Menggunakan promosi kartu kredit

Sah-sah saja menggunakan kartu kredit untuk berbelanja bulanan. Apalagi banyak supermarket yang menawarkan diskon jika kita menggunakan kartu kredit tertentu. Wah, lebih hemat, nih!

Idealnya belanja bulanan, menggunakan uang tunai atau kartu debit. Tapi jika memang ada diskon, boleh menggunakan kartu kredit dengan syarat dana untuk belanja itu sudah siap. Di sini kartu kredit digunakan untuk pembayaran bukan berutang. Maksudnya, kita, kan sudah tahu berapa nominal yang kita pakai dengan kartu kredit, jadi begitu digunakan, langsung transfer untuk melunasinya.

6. Sesuaikan kebutuhan, kemampuan dan keinginan

Belanja berarti kita harus pintar becermin. Terkadang sulit membedakan apa yang dibutuhkan dengan apa yang diinginkan. Belum lagi pada tahap mengukur kemampuan kita. Untuk itulah sebelum membeli barang, Anda harus bertanya pada diri sendiri, apakah barang atau jasa ini pantas saya beli sesuai dengan kebutuhan dan penghasilan saya?

Idealnya besarnya keinginan Anda adalah kurang atau sama dengan kebutuhan Anda.

Dan besar kebutuhan tersebut lebih kecil dari kemampuan Anda.

Anda dapat saja membeli sesuatu sesuai keinginan Anda yang di luar kemampuan Anda. Namun akibatnya Anda memaksakan diri dengan berutang. Jadi memang Anda sebenarnya tidak layak membeli barang tersebut.

Dengan berbekal kemampuan manajerial keuangan yang baik, disiplin dan kecerdikan mencari tambahan penghasilan, Anda akan terhindar dari mimpi buruk di tanggal tua.

Sumber dari :
 http://ifpc.kontan.co.id/cegah-kantong-cekak-di-akhir-bulan/

Beberapa Kebiasaan Yang Mengganggu Kondisi Keuangan


Manusia adalah kumpulan kebiasaan-kebiasaan kecil, kebiasaan yang bermula dari hal-hal yang dimulai sesekali kemudian menimbulkan rasa ketagihan hingga akhirnya berulang-ulang dilakukan. Ketika berulang-ulang dilakukan maka yang terjadi adalah bagian tubuh kita tempat kita berpikir menjadi begitu terlatih melakukannya sehingga akhirnya apa yang dilakukan itu menjadi sangat otomatis bahkan hampir dapat dikatakan dilakukan tanpa disadari. Yang kita pikirkan hanyalah bagaimana hal tersebut bisa mendorong kita melakukannya tanpa kita bisa menghentikannya.

Sebenarnya tidak ada kebiasaan baik ataupun buruk, yang ada adalah kebiasaan yang akan membawa kita menuju ke tujuan utama kita dalam kehidupan, atau bahkan membawa kita menjauhi tujuan kita. Problemnya adalah karena kebiasaan bersifat sangat otomatis, maka sering kali pengetahuan semata tidak sanggup atau cukup mudah untuk membuatnya berubah. Dibutuhkan motivasi dari dalam yang sangat besar, serta menggantikan kebiasaan yang kurang sesuai dengan tujuan kita dengan kebiasaan lainnya yang lebih sesuai dan sejalan.

 Menyembunyikan pengeluaran dan penghasilan tertentu dari pasangan adalah salah satu contoh selingkuh

 Berikut adalah beberapa kebiasaan yang cukup mengganggu yang dirangkum oleh DR. Ted dan Brad Klontz yang bisa mempengaruhi kondisi keuangan dari yang ringan hingga yang berat:

 Belanja kompulsif

Kebiasaan belanja kompulsif ditandai dengan obsesi terhadap aktivitas belanja dan membeli, perilaku ini mendorong pelakunya untuk membelanjakan uang baik yang dimilikinya atau bahkan bisa saja uang yang belum atau tidak dimiliki. Di dunia yang sangat konsumtif seperti saat ini, kebanyakan pola belanja kompulsif didorong oleh motivasi untuk identitas dan status atau sosio ekonomi, untuk memperlihatkan kemampuan dan rasa percaya diri, tetapi tidak menutup kemungkinan sebagai penyeimbang emosional, karena pada orang yang melakukan belanja kompulsif perilaku belanja menjadi saat yang sangat dinantikan, didambakan dan menimbulkan kepuasan luar biasa dan rasa senang yang membebaskan dirinya dari rasa cemas dan stress dan sering kali disebut sebagai terapi belanja.

Berjudi dan berspekulasi

Kebiasaan ini tidak hanya berjudi secara harfiah, tetapi juga bisa terjadi ketika seseorang berpikir bahwa dia melakukan investasi padahal sesungguhnya dia berspekulasi. Berharap dalam waktu dekat pilihan investasinya akan meningkat dengan cepat dan memperoleh keuntungan dalam waktu singkat dan berlipat-ganda. Orang yang melakukan spekulasi adalah orang yang senang tertantang dan cenderung menyukai risiko, motto mereka adalah “keuntungan sebesar-besarnya atau rugi”. Berspekulasi secara terstruktur pada dasarnya tidak berbahaya, problemnya adalah ketika risiko yang ditanggung sangat besar dan cenderung membahayakan kondisi keuangan secara keseluruhan. Berspekulasilah sesuai dengan kemampuan dan kapasitas keuangan.

Berjudi dan berspekulasi dapat mengakibatkan ketagihan, ketika kalah orang yang melakukan spekulasi cenderung untuk terdorong melakukan spekulasi lebih jauh untuk mengurangi tingkat kerugian yang ditimbulkan sebelumnya, sedangkan untuk yang berhasil maka orang tersebut cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk kemudian berspekulasi lebih besar lagi.

 Menimbun

Orang yang menimbun memiliki kecenderungan terikat kepada barang-barang milik pribadinya. Hal ini bisa ditandai dengan kondisi di rumah. Seorang penimbun bisa saja menimbun barang-barang yang kemungkinan sudah tidak terpakai yang sesungguhnya dapat bermanfaat untuk orang-orang lain di sekitarnya. Motto mereka adalah “suatu saat nanti jika dibutuhkan”. Sehingga akhirnya kondisi rumahnya dipenuhi dengan barang-barang usang yang tak terpakai. Dampak dari kebiasaan menimbun adalah rasa cemas akan kekurangan, ketakutan, dan kikir dan rasa tidak pernah cukup akan uang dan harta yang dimiliki.

 Ketergantungan finansial

Kebiasaan keuangan yang satu ini dapat berbentuk berbagai hal, termasuk bergantung secara keuangan kepada pasangan, kepada orangtua, perusahaan atau bahkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan keuangannya. Perilaku ini mengakibatkan rasa rendah diri, incompetent di dunia kerja dan mengganggu kreativitas diri.

 Pengingkaran

Pengingkaran adalah mekanisme pertahanan klasik yang didesain untuk mengurangi kegelisahan dan rasa malu tentang kondisi diri. Pengingkaran terjadi ketika kita berusaha mengurangi masalah keuangan dengan mencoba sebisa mungkin untuk tidak memikirkan kondisi keuangan kita daripada berusaha menghadapi kenyataannya. Orang yang melakukan pengingkaran sering kali takut atau enggan untuk melihat saldo tabungannya, melihat tagihan kartu kredit ataupun membicarakan kondisi keuangan mereka dengan pasangan. Pengingkaran finansial hampir selalu menimbulkan efek buruk. Motto mereka adalah “jika aku tidak membicarakan atau mengetahuinya, maka kemungkinan besar tidak akan ada masalah”. Akibatnya, masalah yang ada akan terus ada dan justru cenderung berlarut-larut hingga memburuk.

 Selingkuh

Menyembunyikan pengeluaran dan penghasilan tertentu dari pasangan adalah salah satu contohnya. Tidak bisa dihindari kebanyakan pasangan sulit untuk membicarakan masalah keuangan karena uang adalah salah satu topik yang sensitif dan emosional antar pasangan. Beberapa orang bahkan bisa saja melakukan pembelian rumah atau kendaraan kedua tanpa persetujuan pasangan, melakukan investasi berisiko yang tidak diketahui pasangan hingga keputusan bisnis dan karier.

Ketika terkuak, kejadian ini bisa mengganggu harmonisasi rumah tangga dan hubungan dengan pasangan dan menghapus kepercayaan. Dan meskipun perselingkuhan ini tidak terkuak pun, adalah tidak sehat untuk hidup bersama dalam kondisi penuh kerahasiaan dan kebohongan.

 Sulit menolak

Kebiasaan ini adalah kebiasaan keuangan yang cenderung hadir pada diri seseorang atas dasar sikap irasional untuk membantu orang lain secara finansial baik dia mampu melakukannya ataupun tidak mampu melakukannya dan bahkan meskipun bantuannya itu tidak berdampak positif terhadap diri orang yang ia bantu. Biasanya kebiasaan ini muncul akibat mengaitkan uang dengan kasih sayang, membuat orang yang dibantu tetap berada dekat di sekitar mereka bahkan mungkin hingga bisa dikendalikan meskipun biasanya akhirnya orang yang dibantu menjadi tergantung secara finansial kepada mereka. Sering kali tujuan mereka baik, tetapi hasilnya tidak. Sebut saja misalnya adalah bantuan orangtua yang diberikan kepada anak mereka ketika mereka sudah dewasa, akhirnya semakin sulit bagi anak itu untuk mengembangkan kemampuan finansialnya. Ia akan menjadi kerdil baik secara finansial maupun emosional.

 Kebiasaan-kebiasaan keuangan tersebut muncul dari berbagai latar belakang seseorang, lingkungan, pendidikan dan pola asuh orangtua serta program yang sudah tertanam di bawah sadarnya. Penting untuk mengetahui berbagai kelainan keuangan ini agar kita bisa belajar darinya dan bertindak lebih waspada di kemudian hari, meskipun mungkin program kebiasaan ini masih dapat hadir dalam kehidupan seseorang terutama di saat seseorang itu tertekan.

Sumber dari :
 http://ifpc.kontan.co.id/kebiasaan-yang-merusak-kondisi-keuangan/

Saturday 31 August 2013

Cara Menjadi Kaya Dengan Mengerti Tentang Perbedaan Asset Dan Kewajiban


Aturan pertama untuk menjadi kaya adalah tahu perbedaan antara asset dan kewajiban.

 Keterangan: Defenisi asset dan kewajiban menurut orang kaya versi Robert T.Kiyosaki berbeda dengan definisi menurut akuntan pada umumnya. Asset menurut Robert T.Kiyosaki adalah semua hal yang menghasilkan pemasukan, sedangkan kewajiban menurut Robert T.Kiyosaki adalah semua hal yang menyebabkan pengeluaran. Rumah menurut akuntansi biasa adalah termasuk asset, menurut Robert T.Kiyosaki belum tentu. Banyak orang kelas menengah yang merasa ketika mereka mencicil rumahnya menganggap rumah mereka adalah asset padahal bukan, karena setiap bulan mengakibatkan pengeluaran dari kantong kita.

 Banyak orang menengah mengira bahwa ketika mereka mempunyai rumah lebih dari satu tanpa perlu mencicil lagi mereka menganggap sebagai asset padahal belum tentu, selama rumah tersebut setiap bulan membebani kita atau menyebabkan pengeluaran maka rumah tersebut merupakan kewajiban.Ada juga orang yang salah, merasa bahwa mencicil rumah pasti kewajiban padahal belum tentu, contoh: Seseorang mempunyai hutang 200 juta untuk membeli rumah dan kemudian cicilannya adalah Rp 2 juta/bulan, kemudian rumah tersebut dikapling dan dikostkan sehingga menghasilkan perbulannya Rp 3 juta/bulan, maka rumah tersebut adalah asset karena memberikan penghasilkan Rp 1 juta/bulan.

  Sebenarnya masih lumayan rumah disewakan dan dibayar dengan cara dicicil daripada tidak membawa pemasukan sama sekali. Hal ini merupakan kewajiban dari si pemilik, kemudian saat dijual bila membawa keuntungan atau pemasukan kemungkinan terjadinya akan jauh lebih tinggi dibandingan bila orang mencicil kendaraan bermotor yang tidak membawa pemasukan waktu dijual menjadi kewajiban karena rugi ditambah dengan turun harga.

 Kembali lagi orang kaya selalu fokus bagaimana menghasilkan asset yang  terus akanmenghasilkan pemasukan baik dengan atau tanpa bekerja.

Sumber dari :
 http://www.tribunnews.com/bisnis/aturan-menjadi-kaya-untuk-meningkatkan-keuangan

Friday 30 August 2013

Cara Merencanakan Single Income


Di zaman modern sekarang ini sudah umum suami istri bekerja untuk menghidupi keluarga. Ada banyak alasan yang dikemukakan, penghasilan dari satu orang tidak cukup, sang istri ingin bekerja untuk mengabdikan ilmunya, istri yang bekerja untuk membantu keluarganya sendiri (uang sekolah keponakan, biaya hidup ayah ibunya) karena malu minta pada suami, dan masih banyak alasan lainnya.

Namun dalam perjalanan waktu, tak jarang pula penghasilan keluarga yang double income harus menjadi single income. Banyak pula hal yang jadi penyebabnya, istri ingin mengasuh anak secara penuh, suami pindah tugas membawa seluruh keluarga sehingga istri tidak bisa bekerja lagi, dan lainnya.

Memang biasanya keputusan ini tidak diambil secara mendadak, mungkin ada proses 1-3 bulan sebelumnya. Tapi perubahan penghasilan bagi keluarga seperti ini akan sangat mempengaruhi kondisi keuangan. Banyak hal yang harus dipersiapkan agar keuangan keluarga tetap stabil. Dengan asumsi istri yang akan berhenti memberi penghasilan, maka beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:

Siapkan dana darurat lebih banyak

Pada saat double income, jika terjadi risiko kehilangan penghasilan dari suami atau istri (karena kehilangan pekerjaan, atau cacat) maka keuangan keluarga masih bisa ditopang dari penghasilan pasangannya sehingga dana darurat yang harus disiapkan bisa lebih kecil. Nah, karena akan hanya ada satu pemberi nafkah, maka dana darurat harus ditambah. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan semua penghasilan istri saat ini ke dalam rekening dana darurat. Hal ini juga dilakukan untuk membiasakan diri mengelola keuangan dari satu sumber penghasilan. Jadi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Cek kemampuan angsuran 

Pada awal mengambil fasilitas kredit, biasanya yang akan dijadikan acuan dalam menentukan kemampuan angsuran adalah dari dua penghasilan (join income). Tujuannya agar dapat memperoleh kredit yang lebih besar. Tapi waktu  sebuah keluarga memutuskan untuk menjadi satu sumber penghasilan, mereka sebaiknya memeriksa rasio total angsuran terhadap penghasilan. Apakah masih bisa di bawah 30% atau sudah melampaui 30%. Jika lebih dari 30%, periksa angsuran mana yang memberikan beban bunga paling besar.

Lunasilah kredit konsumtif dengan angsuran bunga paling besar (seperti kartu kredit, KTA, kredit mobil). Pelunasan secara bertahap dengan menggunakan seluruh penghasilan istri saat ini atau pelunasan secara sekaligus dengan menggunakan dana investasi untuk tujuan keuangan yang tidak prioritas (contoh dana liburan). Sebab, bunga kartu kredit/KTA/kredit mobil jauh lebih besar daripada imbal hasil investasi. Jadi daripada net investasi Anda negatif karena lebih rendah daripada bunga utang, lebih baik lunasi utang Anda segera agar tidak membebani keuangan keluarga.

Jika keluarga hanya punya satu angsuran (biasanya angsuran KPR), maka bicarakan dengan pihak bank untuk meminta penyesuaian angsuran. Biasanya bank dapat memberikan opsi untuk memperpanjang masa KPR sehingga angsuran bisa lebih kecil.

Cek kecukupan pertanggungan asuransi jiwa

Seseorang yang memberi kontribusi pada penghasilan keluarga secara signifikan perlu memiliki asuransi jiwa. Apalagi jika orang ini belum memiliki penghasilan pasif yang dapat menghidupi keluarganya dari aset produktif. Misalnya, properti yang disewakan, bunga obligasi, dividen saham, bunga deposito.

Periksa apakah uang pertanggungan asuransi atas nama suami saat ini sudah memadai? Apalagi jika istri sama sekali tidak berencana untuk bekerja kembali. Maksudnya, uang pertanggungan asuransi jiwa tersebut harus bisa membiayai hidup keluarga yang ditinggalkan sampai anak-anak mandiri, membayar utang, dan memastikan dana pensiun untuk kehidupan istri telah memadai.

Ada banyak metode untuk menghitung berapa nilai uang pertanggungan yang dibutuhkan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu teknik sederhana adalah menghitung uang pertanggungan sebagai pengganti pendapatan keluarga untuk 6-10 tahun adalah pengeluaran rutin + total utang yang dimiliki – benefit dari perusahaan (sesuai dengan UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003) dan Jamsostek jika terjadi risiko kematian. Untuk teknik-teknik lain yang lebih detail silakan menghubungi konsultan perencana keuangan independen untuk berkonsultasi.

Cek kecukupan asuransi kesehatan

Pastikan bahwa seluruh anggota keluarga telah mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak segera setelah keputusan menjadi satu sumber penghasilan diambil. Fasilitas kesehatan tersebut dapat diperoleh dari perusahaan tempat suami bekerja, atau dengan membeli asuransi sendiri. Terutama jika suami berwirausaha atau perusahaan tidak memberi fasilitas kesehatan untuk keluarga, atau jika fasilitas kesehatan yang ada dianggap tidak memadai.

Cek berapa harga kamar untuk rawat inap di RS yang dirasa nyaman. Ada banyak pilihan asuransi kesehatan di pasaran. Pilihlah asuransi kesehatan yang bekerja sama dengan RS terdekat atau RS besar dengan cakupan penggantian biaya yang cukup memadai. Atau gunakan asuransi kesehatan dengan sistem reimbursement untuk mendapatkan fleksibilitas pemilihan RS.

Periksa keranjang investasi untuk tujuan-tujuan keuangan keluarga 

Jika saat ini Anda sudah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan (dana pendidikan, dana pensiun) dengan menggunakan dua sumber penghasilan, maka lakukan evaluasi apakah investasi tersebut masih bisa berjalan seperti biasa atau ada tujuan keuangan yang harus direvisi. Lakukan evaluasi mana tujuan keuangan yang merupakan prioritas utama dan mana tujuan yang bisa ditunda.

Siap dengan perubahan gaya hidup

Berkurangnya penghasilan mau tidak mau menyebabkan orang harus menyesuaikan gaya hidup, menurunkan pengeluaran, menjadi lebih cermat dalam mengelola penghasilan. Penyesuaian ini dapat dilakukan dengan melakukan analis dan simulasi.

Periksa pos pengeluaran yang bisa diturunkan, seperti pos transportasi, pengeluaran pribadi (kosmetik, pakaian, pulsa HP, makan di luar, hiburan, mainan anak), pekerja rumah. Misalnya, dari 1 baby sitter dan 1 pembantu, menjadi 1 pembantu saja. Periksa juga pos pengeluaran yang bisa meningkat, misalnya premi asuransi jiwa, asuransi kesehatan.

Lakukan simulasi dengan hidup hanya menggunakan penghasilan suami saja, sedangkan penghasilan istri digunakan untuk menambah dana darurat dan melunasi utang.

Mencari alternatif penghasilan 

Setelah melakukan analis dan simulasi tersebut di atas, suami istri perlu berdiskusi. Jika ternyata satu sumber penghasilan belum memadai dan pengeluaran yang penting sulit untuk diturunkan, maka alternatif lain adalah menambah penghasilan. Hal ini bisa dilakukan dengan sang  suami mencari pekerjaan baru dengan penghasilan lebih tinggi atau meningkatkan penghasilan dari wirausaha.  Kemungkinan lainnya, sang istri mencari penghasilan sampingan yang bisa dilakukan di rumah, misalnya bisnis online, membuka usaha di rumah, atau menjadi penerjemah.


Dalam mengambil keputusan menjadi keluarga dengan satu sumber penghasilan diperlukan kerjasama suami dan istri juga anak-anak. Semuanya harus siap dengan perubahan. Pastikan perencanaan keuangan keluarga Anda tetap berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan keluarga menuju keluarga yang sejahtera dan bahagia.

Tips:
  1. Tambahlah dana darurat
  2. Kurangi / lunasi kredit dengan bunga tinggi
  3. Evaluasilah tujuan-tujuan keuangan
  4. Lakukan simulasi perubahan gaya hidup dengan satu sumber penghasilan
  5. Istri dapat memiliki penghasilan dengan usaha yang bisa dilakukan di rumah.
  6. Jika anak sudah dapat diajak berkomunikasi, latihlah untuk cerdas menggunakan uang.
Sumber dari :
 http://ifpc.kontan.co.id/single-income-apa-yang-harus-dipersiapkan/