Friday 30 August 2013

Cara Merencanakan Single Income


Di zaman modern sekarang ini sudah umum suami istri bekerja untuk menghidupi keluarga. Ada banyak alasan yang dikemukakan, penghasilan dari satu orang tidak cukup, sang istri ingin bekerja untuk mengabdikan ilmunya, istri yang bekerja untuk membantu keluarganya sendiri (uang sekolah keponakan, biaya hidup ayah ibunya) karena malu minta pada suami, dan masih banyak alasan lainnya.

Namun dalam perjalanan waktu, tak jarang pula penghasilan keluarga yang double income harus menjadi single income. Banyak pula hal yang jadi penyebabnya, istri ingin mengasuh anak secara penuh, suami pindah tugas membawa seluruh keluarga sehingga istri tidak bisa bekerja lagi, dan lainnya.

Memang biasanya keputusan ini tidak diambil secara mendadak, mungkin ada proses 1-3 bulan sebelumnya. Tapi perubahan penghasilan bagi keluarga seperti ini akan sangat mempengaruhi kondisi keuangan. Banyak hal yang harus dipersiapkan agar keuangan keluarga tetap stabil. Dengan asumsi istri yang akan berhenti memberi penghasilan, maka beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:

Siapkan dana darurat lebih banyak

Pada saat double income, jika terjadi risiko kehilangan penghasilan dari suami atau istri (karena kehilangan pekerjaan, atau cacat) maka keuangan keluarga masih bisa ditopang dari penghasilan pasangannya sehingga dana darurat yang harus disiapkan bisa lebih kecil. Nah, karena akan hanya ada satu pemberi nafkah, maka dana darurat harus ditambah. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan semua penghasilan istri saat ini ke dalam rekening dana darurat. Hal ini juga dilakukan untuk membiasakan diri mengelola keuangan dari satu sumber penghasilan. Jadi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Cek kemampuan angsuran 

Pada awal mengambil fasilitas kredit, biasanya yang akan dijadikan acuan dalam menentukan kemampuan angsuran adalah dari dua penghasilan (join income). Tujuannya agar dapat memperoleh kredit yang lebih besar. Tapi waktu  sebuah keluarga memutuskan untuk menjadi satu sumber penghasilan, mereka sebaiknya memeriksa rasio total angsuran terhadap penghasilan. Apakah masih bisa di bawah 30% atau sudah melampaui 30%. Jika lebih dari 30%, periksa angsuran mana yang memberikan beban bunga paling besar.

Lunasilah kredit konsumtif dengan angsuran bunga paling besar (seperti kartu kredit, KTA, kredit mobil). Pelunasan secara bertahap dengan menggunakan seluruh penghasilan istri saat ini atau pelunasan secara sekaligus dengan menggunakan dana investasi untuk tujuan keuangan yang tidak prioritas (contoh dana liburan). Sebab, bunga kartu kredit/KTA/kredit mobil jauh lebih besar daripada imbal hasil investasi. Jadi daripada net investasi Anda negatif karena lebih rendah daripada bunga utang, lebih baik lunasi utang Anda segera agar tidak membebani keuangan keluarga.

Jika keluarga hanya punya satu angsuran (biasanya angsuran KPR), maka bicarakan dengan pihak bank untuk meminta penyesuaian angsuran. Biasanya bank dapat memberikan opsi untuk memperpanjang masa KPR sehingga angsuran bisa lebih kecil.

Cek kecukupan pertanggungan asuransi jiwa

Seseorang yang memberi kontribusi pada penghasilan keluarga secara signifikan perlu memiliki asuransi jiwa. Apalagi jika orang ini belum memiliki penghasilan pasif yang dapat menghidupi keluarganya dari aset produktif. Misalnya, properti yang disewakan, bunga obligasi, dividen saham, bunga deposito.

Periksa apakah uang pertanggungan asuransi atas nama suami saat ini sudah memadai? Apalagi jika istri sama sekali tidak berencana untuk bekerja kembali. Maksudnya, uang pertanggungan asuransi jiwa tersebut harus bisa membiayai hidup keluarga yang ditinggalkan sampai anak-anak mandiri, membayar utang, dan memastikan dana pensiun untuk kehidupan istri telah memadai.

Ada banyak metode untuk menghitung berapa nilai uang pertanggungan yang dibutuhkan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu teknik sederhana adalah menghitung uang pertanggungan sebagai pengganti pendapatan keluarga untuk 6-10 tahun adalah pengeluaran rutin + total utang yang dimiliki – benefit dari perusahaan (sesuai dengan UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003) dan Jamsostek jika terjadi risiko kematian. Untuk teknik-teknik lain yang lebih detail silakan menghubungi konsultan perencana keuangan independen untuk berkonsultasi.

Cek kecukupan asuransi kesehatan

Pastikan bahwa seluruh anggota keluarga telah mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak segera setelah keputusan menjadi satu sumber penghasilan diambil. Fasilitas kesehatan tersebut dapat diperoleh dari perusahaan tempat suami bekerja, atau dengan membeli asuransi sendiri. Terutama jika suami berwirausaha atau perusahaan tidak memberi fasilitas kesehatan untuk keluarga, atau jika fasilitas kesehatan yang ada dianggap tidak memadai.

Cek berapa harga kamar untuk rawat inap di RS yang dirasa nyaman. Ada banyak pilihan asuransi kesehatan di pasaran. Pilihlah asuransi kesehatan yang bekerja sama dengan RS terdekat atau RS besar dengan cakupan penggantian biaya yang cukup memadai. Atau gunakan asuransi kesehatan dengan sistem reimbursement untuk mendapatkan fleksibilitas pemilihan RS.

Periksa keranjang investasi untuk tujuan-tujuan keuangan keluarga 

Jika saat ini Anda sudah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan (dana pendidikan, dana pensiun) dengan menggunakan dua sumber penghasilan, maka lakukan evaluasi apakah investasi tersebut masih bisa berjalan seperti biasa atau ada tujuan keuangan yang harus direvisi. Lakukan evaluasi mana tujuan keuangan yang merupakan prioritas utama dan mana tujuan yang bisa ditunda.

Siap dengan perubahan gaya hidup

Berkurangnya penghasilan mau tidak mau menyebabkan orang harus menyesuaikan gaya hidup, menurunkan pengeluaran, menjadi lebih cermat dalam mengelola penghasilan. Penyesuaian ini dapat dilakukan dengan melakukan analis dan simulasi.

Periksa pos pengeluaran yang bisa diturunkan, seperti pos transportasi, pengeluaran pribadi (kosmetik, pakaian, pulsa HP, makan di luar, hiburan, mainan anak), pekerja rumah. Misalnya, dari 1 baby sitter dan 1 pembantu, menjadi 1 pembantu saja. Periksa juga pos pengeluaran yang bisa meningkat, misalnya premi asuransi jiwa, asuransi kesehatan.

Lakukan simulasi dengan hidup hanya menggunakan penghasilan suami saja, sedangkan penghasilan istri digunakan untuk menambah dana darurat dan melunasi utang.

Mencari alternatif penghasilan 

Setelah melakukan analis dan simulasi tersebut di atas, suami istri perlu berdiskusi. Jika ternyata satu sumber penghasilan belum memadai dan pengeluaran yang penting sulit untuk diturunkan, maka alternatif lain adalah menambah penghasilan. Hal ini bisa dilakukan dengan sang  suami mencari pekerjaan baru dengan penghasilan lebih tinggi atau meningkatkan penghasilan dari wirausaha.  Kemungkinan lainnya, sang istri mencari penghasilan sampingan yang bisa dilakukan di rumah, misalnya bisnis online, membuka usaha di rumah, atau menjadi penerjemah.


Dalam mengambil keputusan menjadi keluarga dengan satu sumber penghasilan diperlukan kerjasama suami dan istri juga anak-anak. Semuanya harus siap dengan perubahan. Pastikan perencanaan keuangan keluarga Anda tetap berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan keluarga menuju keluarga yang sejahtera dan bahagia.

Tips:
  1. Tambahlah dana darurat
  2. Kurangi / lunasi kredit dengan bunga tinggi
  3. Evaluasilah tujuan-tujuan keuangan
  4. Lakukan simulasi perubahan gaya hidup dengan satu sumber penghasilan
  5. Istri dapat memiliki penghasilan dengan usaha yang bisa dilakukan di rumah.
  6. Jika anak sudah dapat diajak berkomunikasi, latihlah untuk cerdas menggunakan uang.
Sumber dari :
 http://ifpc.kontan.co.id/single-income-apa-yang-harus-dipersiapkan/

0 komentar:

Post a Comment