Di zaman modern sekarang ini sudah umum suami istri bekerja untuk 
menghidupi keluarga. Ada banyak alasan yang dikemukakan, penghasilan 
dari satu orang tidak cukup, sang istri ingin bekerja untuk mengabdikan 
ilmunya, istri yang bekerja untuk membantu keluarganya sendiri (uang 
sekolah keponakan, biaya hidup ayah ibunya) karena malu minta pada 
suami, dan masih banyak alasan lainnya.
Namun dalam perjalanan waktu, tak jarang pula penghasilan keluarga yang double income harus menjadi single income.
 Banyak pula hal yang jadi penyebabnya, istri ingin mengasuh anak secara
 penuh, suami pindah tugas membawa seluruh keluarga sehingga istri tidak
 bisa bekerja lagi, dan lainnya.
Memang biasanya keputusan ini tidak diambil secara mendadak, mungkin 
ada proses 1-3 bulan sebelumnya. Tapi perubahan penghasilan bagi 
keluarga seperti ini akan sangat mempengaruhi kondisi keuangan. Banyak 
hal yang harus dipersiapkan agar keuangan keluarga tetap stabil. Dengan 
asumsi istri yang akan berhenti memberi penghasilan, maka beberapa hal 
yang harus dilakukan antara lain:
Siapkan dana darurat lebih banyak
Pada saat double income, jika terjadi risiko kehilangan 
penghasilan dari suami atau istri (karena kehilangan pekerjaan, atau 
cacat) maka keuangan keluarga masih bisa ditopang dari penghasilan 
pasangannya sehingga dana darurat yang harus disiapkan bisa lebih kecil.
 Nah, karena akan hanya ada satu pemberi nafkah, maka dana darurat harus
 ditambah. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan semua penghasilan
 istri saat ini ke dalam rekening dana darurat. Hal ini juga dilakukan 
untuk membiasakan diri mengelola keuangan dari satu sumber penghasilan. 
Jadi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Cek kemampuan angsuran 
Pada awal mengambil fasilitas kredit, biasanya yang akan dijadikan 
acuan dalam menentukan kemampuan angsuran adalah dari dua penghasilan (join income).
 Tujuannya agar dapat memperoleh kredit yang lebih besar. Tapi waktu 
 sebuah keluarga memutuskan untuk menjadi satu sumber penghasilan, 
mereka sebaiknya memeriksa rasio total angsuran terhadap penghasilan. 
Apakah masih bisa di bawah 30% atau sudah melampaui 30%. Jika lebih dari
 30%, periksa angsuran mana yang memberikan beban bunga paling besar.
Lunasilah kredit konsumtif dengan angsuran bunga paling besar 
(seperti kartu kredit, KTA, kredit mobil). Pelunasan secara bertahap 
dengan menggunakan seluruh penghasilan istri saat ini atau pelunasan 
secara sekaligus dengan menggunakan dana investasi untuk tujuan keuangan
 yang tidak prioritas (contoh dana liburan). Sebab, bunga kartu 
kredit/KTA/kredit mobil jauh lebih besar daripada imbal hasil investasi.
 Jadi daripada net investasi Anda negatif karena lebih rendah daripada 
bunga utang, lebih baik lunasi utang Anda segera agar tidak membebani 
keuangan keluarga.
Jika keluarga hanya punya satu angsuran (biasanya angsuran KPR), maka
 bicarakan dengan pihak bank untuk meminta penyesuaian angsuran. 
Biasanya bank dapat memberikan opsi untuk memperpanjang masa KPR 
sehingga angsuran bisa lebih kecil.
Cek kecukupan pertanggungan asuransi jiwa
Seseorang yang memberi kontribusi pada penghasilan keluarga secara 
signifikan perlu memiliki asuransi jiwa. Apalagi jika orang ini belum 
memiliki penghasilan pasif yang dapat menghidupi keluarganya dari aset 
produktif. Misalnya, properti yang disewakan, bunga obligasi, dividen 
saham, bunga deposito.
Periksa apakah uang pertanggungan asuransi atas nama suami saat ini 
sudah memadai? Apalagi jika istri sama sekali tidak berencana untuk 
bekerja kembali. Maksudnya, uang pertanggungan asuransi jiwa tersebut 
harus bisa membiayai hidup keluarga yang ditinggalkan sampai anak-anak 
mandiri, membayar utang, dan memastikan dana pensiun untuk kehidupan 
istri telah memadai.
Ada banyak metode untuk menghitung berapa nilai uang pertanggungan 
yang dibutuhkan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah 
satu teknik sederhana adalah menghitung uang pertanggungan sebagai 
pengganti pendapatan keluarga untuk 6-10 tahun adalah pengeluaran rutin +
 total utang yang dimiliki – benefit dari perusahaan (sesuai dengan UU 
Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003) dan Jamsostek jika terjadi risiko 
kematian. Untuk teknik-teknik lain yang lebih detail silakan menghubungi
 konsultan perencana keuangan independen untuk berkonsultasi.
Cek kecukupan asuransi kesehatan
Pastikan bahwa seluruh anggota keluarga telah mendapatkan fasilitas 
kesehatan yang layak segera setelah keputusan menjadi satu sumber 
penghasilan diambil. Fasilitas kesehatan tersebut dapat diperoleh dari 
perusahaan tempat suami bekerja, atau dengan membeli asuransi sendiri. 
Terutama jika suami berwirausaha atau perusahaan tidak memberi fasilitas
 kesehatan untuk keluarga, atau jika fasilitas kesehatan yang ada 
dianggap tidak memadai.
Cek berapa harga kamar untuk rawat inap di RS yang dirasa nyaman. Ada
 banyak pilihan asuransi kesehatan di pasaran. Pilihlah asuransi 
kesehatan yang bekerja sama dengan RS terdekat atau RS besar dengan 
cakupan penggantian biaya yang cukup memadai. Atau gunakan asuransi 
kesehatan dengan sistem reimbursement untuk mendapatkan fleksibilitas pemilihan RS.
Periksa keranjang investasi untuk tujuan-tujuan keuangan keluarga 
Jika saat ini Anda sudah berinvestasi secara rutin untuk mencapai 
tujuan-tujuan keuangan (dana pendidikan, dana pensiun) dengan 
menggunakan dua sumber penghasilan, maka lakukan evaluasi apakah 
investasi tersebut masih bisa berjalan seperti biasa atau ada tujuan 
keuangan yang harus direvisi. Lakukan evaluasi mana tujuan keuangan yang
 merupakan prioritas utama dan mana tujuan yang bisa ditunda.
Siap dengan perubahan gaya hidup
Berkurangnya penghasilan mau tidak mau menyebabkan orang harus 
menyesuaikan gaya hidup, menurunkan pengeluaran, menjadi lebih cermat 
dalam mengelola penghasilan. Penyesuaian ini dapat dilakukan dengan 
melakukan analis dan simulasi.
Periksa pos pengeluaran yang bisa diturunkan, seperti pos 
transportasi, pengeluaran pribadi (kosmetik, pakaian, pulsa HP, makan di
 luar, hiburan, mainan anak), pekerja rumah. Misalnya, dari 1 baby 
sitter dan 1 pembantu, menjadi 1 pembantu saja. Periksa juga pos 
pengeluaran yang bisa meningkat, misalnya premi asuransi jiwa, asuransi 
kesehatan.
Lakukan simulasi dengan hidup hanya menggunakan penghasilan suami 
saja, sedangkan penghasilan istri digunakan untuk menambah dana darurat 
dan melunasi utang.
Mencari alternatif penghasilan 
Setelah melakukan analis dan simulasi tersebut di atas, suami istri 
perlu berdiskusi. Jika ternyata satu sumber penghasilan belum memadai 
dan pengeluaran yang penting sulit untuk diturunkan, maka alternatif 
lain adalah menambah penghasilan. Hal ini bisa dilakukan dengan sang  
suami mencari pekerjaan baru dengan penghasilan lebih tinggi atau 
meningkatkan penghasilan dari wirausaha.  Kemungkinan lainnya, sang 
istri mencari penghasilan sampingan yang bisa dilakukan di rumah, 
misalnya bisnis online, membuka usaha di rumah, atau menjadi penerjemah.
Dalam mengambil keputusan menjadi keluarga dengan satu sumber 
penghasilan diperlukan kerjasama suami dan istri juga anak-anak. 
Semuanya harus siap dengan perubahan. Pastikan perencanaan keuangan 
keluarga Anda tetap berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan-tujuan 
keuangan keluarga menuju keluarga yang sejahtera dan bahagia.
Tips:
- Tambahlah dana darurat
 - Kurangi / lunasi kredit dengan bunga tinggi
 - Evaluasilah tujuan-tujuan keuangan
 - Lakukan simulasi perubahan gaya hidup dengan satu sumber penghasilan
 - Istri dapat memiliki penghasilan dengan usaha yang bisa dilakukan di rumah.
 - Jika anak sudah dapat diajak berkomunikasi, latihlah untuk cerdas menggunakan uang.
 
Sumber dari :
 http://ifpc.kontan.co.id/single-income-apa-yang-harus-dipersiapkan/







0 komentar:
Post a Comment