Sunday 8 September 2013

Tips Yang Harus Kita Lakukan Dalam Kondisi Keuangan Kritis


Bursa saham turun-turun dan turun. Dolar naik-naik dan naik. Sebenarnya itu tidak seberapa karena hanya mempengaruhi segelintir orang saja yang memang menempatkan uangnya (investasi) di bursa.

Tapi yang cukup berasa bagi kebanyakan orang masyarakat Indonesia adalah biaya hidup yang dirasakan semakin berat dan semakin mahal. Entah apa karena disebabkan oleh inflasi, atau disebabkan oleh impor barang yang belum masuk atau disebabkan panen gagal atau apapun alasannya, yang pasti kenaikan harga cabai, jengkol, daging dan sekarang kedelai tidak bisa dipungkiri dan hal ini cukup memukul masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.

Lalu apa yang harus kita lakukan? Beberapa tips simpel yang bisa kita lakukan dalam kondisi keuangan kritis.

 Prioritas

Yang pertama dilakukan dan sebaiknya dilakukan adalah menyusun ulang prioritas pengeluaran dan penggunaan keuangan bulanan kita. Sering kali banyak di antara kita mengeluh “boro-boro, duit masuk rekening langsung keluar lagi”.

Tapi berapa banyak dari kita yang pernah duduk sekitar 3 jam dan membuat daftar tertulis berisi pengeluaran secara detil dan terinci. Membuat daftar tertulis dengan memikirkan di otak kita saja mempunyai efek yang sangat berbeda.

Dari daftar tersebut kemudian buat tanda (pakai pewarna dll) mana saja pengeluaran yang sifatnya prioritas. Coba jujur pada diri kita. Kata kuncinya adalah, apabila pengeluaran ini saya tunda apakah bisa mencelakakan saya dan keluarga sekarang dan ke depannya? Kalau jawabnya tidak, berarti belum menjadi prioritas.

 Berburu Sale

Di saat kondisi keuangan ngepas atau sulit, maka ketika berbelanja, termasuk berbelanja kebutuhan pokok, tidak ada salahnya kita berburu barang-barang sale. Barang bisa dijual murah alias diskon dengan berbagai alasan, misalnya: tanggal kadaluarsa sudah dekat, keluar barang baru menggantikan barang lama, toko mempunyai stok barang baru dan harus secepatnya menghabiskan stok barang lama, memang sedang ada promo, dan banyak lagi yang lainnya.

Yang terpenting apabila kita membeli barang ini untuk tetap memperhatikan kualitas barang jangan sampai barang yang dibeli tidak layak pakai atau tidak layak konsumsi.

 Belajar Menabung/Investasi

Wah duit lagi cekak kok tetap disuruh menabung & investasi? Ya, betul sekali. Apapun alasan uang kita pas-pasan, kita tetap harus selalu berusaha untuk menyisihkan sebagian kecil dari uang kita untuk ditabung dan investasi, misalnya 10% atau 15% dari penghasilan.

Kalau jumlahnya terlalu besar, kita bisa mulai dengan Rp 250 ribu, Rp 100 ribu bahkan hanya dengan Rp 50 ribu saja. Yang terpenting di sini adalah membentuk mentalitas bahwa dalam kondisi apapun kita tetap bisa membagi keuangan kita dengan baik dan tetap ada pos di mana kita menyimpan uang kita dan tidak membelanjakan seluruhnya.

Lagipula, tabungan (emergency fund) kan bisa dipakai lagi kalau kondisi keuangan sedang darurat seperti sekarang ini.

Sumber dari :
 http://finance.detik.com/duit-cekak-bagusnya-gimana

Pertolongan Pertama Pada Keuangan Keluarga (P3K)


Saya yakin Anda pasti paham pentingnya menyediakan kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan atau yang biasa disebut kotak P3K di rumah Anda. Ya, kotak ajaib ini bisa memberikan pertolongan pertama pada anggota keluarga yang mengalami kecelakaan dengan cepat sebelum akhirnya mendapatkan perawatan yang lebih sempurna oleh dokter atau tenaga medis lainnya. Dengan adanya kotak P3K ini, korban setidaknya bisa terhindar dari kondisi yang lebih buruk akibat kecelakaan yang dialaminya.

Nah, bagaimana dengan kotak Pertolongan Pertama pada Keuangan (P3K) Anda?

Ternyata tidak hanya tubuh manusia saja yang bisa mengalami kecelakaan, keuangan kita pun bisa mengalaminya juga. Sayangnya, tidak banyak orang yang menyadari bahwa kondisi keuangannya sedang mengalami “kecelakaan”. “Kecelakaan” dalam istilah keuangan dapat dikatakan sebagai keadaan darurat – keadaan sulit yang tidak disangka-sangka yang memerlukan penanganan segera. Dari pengertian ini, kondisi darurat juga bermakna kondisi yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terprediksi yang membuat kita tidak happy, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), ban kendaraan yang tiba-tiba bocor di tengah jalan, biaya kesehatan akibat suatu kecelakaan yang tidak tercover asuransi, atap rumah ataupun pipa instalasi yang bocor, dan lain sebagainya. Jadi, sudah jelas ya kalau midnight sale bukan termasuk kondisi darurat? :D 

Sebagian masyarakat membayar biaya-biaya darurat tersebut dengan mengambil dari tabungan, sementara sebagian yang lain terpaksa harus meminjam atau menggadaikan aset yang mereka miliki demi mendapatkan uang cash dengan cepat. Apapun opsi yang dipilih memang bisa membantu “menyelesaikan” kondisi darurat, tapi konsekuensinya adalah ada harga lain yang harus Anda bayar yang sebenarnya tidak perlu jika Anda memiliki dana darurat.

Apabila Anda menggunakan tabungan Anda untuk membiayai kondisi darurat yang Anda alami, maka tentu saja dana yang sudah Anda siapkan untuk tujuan keuangan jangka pendek akan berkurang atau bahkan habis sama sekali. Sementara, apabila Anda meminjam, mungkin yang hadir di benak Anda pertama kali adalah meminjam kepada orang atau kerabat terdekat Anda. Hal ini tentu tidak menjadi masalah ketika orang yang Anda mintai pinjaman memiliki dananya, tapi bagaimana bila orang tersebut juga tidak memiliki dananya?

Skenario selanjutnya yang mungkin terjadi adalah berutang ke bank melalui KTA, KTM, atau kartu kredit, atau menggadaikan aset Anda untuk mendapatkan uang cash. Cara ini tentu saja membuat Anda harus membayar lebih dari jumlah uang yang seharusnya Anda keluarkan, seperti biaya bunga atas utang, biaya administrasi, dan biaya-biaya lainnya.

Bagaimana jika Anda memiliki aset investasi, tapi belum memiliki dana darurat?

Saya yakin Anda tentu tidak mau mencairkan aset investasi yang Anda miliki ketika nilainya sedang turun. Saya juga yakin Anda tentu tidak mau kehilangan peluang atas kenaikan nilai aset investasi tersebut di masa yang akan datang.

Selain risiko yang berhubungan dengan nilai aset investasi, Anda juga menghadapi risiko bahwa aset investasi yang Anda miliki belum tentu bisa langsung dicairkan saat itu juga. Butuh waktu yang mungkin tidak sebentar untuk bisa mengonversikan aset tersebut menjadi cash, sementara kondisi darurat yang Anda hadapi tidak bisa menunggu.

Nah, bagaimana dengan Anda? Sudah mulai berpikir untuk menyiapkan kotak P3K dana darurat Anda sendiri?

 Yuk, persiapkan dari sekarang.

Semoga bermanfaat.

Sumber dari :
 http://ifpc.kontan.co.id/pentingnya-dana-darurat/

Tuesday 3 September 2013

Berinvestasi Dalam Jangka Panjang Sebaiknya Dengan Cara Mencicil Setiap Bulan


Peran media dan Perencana Keuangan serta institusi keuangan dalam mensosialisasikan produk investasi rupanya cukup sukses. Terbukti dengan kenaikan jumlah dana yang diinvestasikan dalam produk-produk keuangan. 

Namun kenaikan ini rupanya masih dirasa kurang dari sisi sosialisasi maupun informasi tentang produk investasi dan resiko-resiko investasinya. Terbukti masih banyaknya pertanyaan yang masuk yang bernada ketakutan dan panik baik melalui acara di TV, radio, maupun media cetak dan elektronik.

 Pertanyaan seperti, apakah investasi kita masih aman, apakah kondisi seperti ini sementara, apakah Indonesia akan masuk ke krisis lagi, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mirip seperti ini. Atau mungkin konsep Perencanaan Keuangan yang menganjurkan berinvestasi untuk jangka panjang masih belum 'matang' diterima oleh masyarakat. 

 Atau banyak juga dari masyarakat yang mungkin hanya belajar sepotong-sepotong, terlalu bersemangat berinvestasi setelah membaca atau melihat tayangan TV dan Radio, akibatnya belum memahami esensi dari investasi tersebut. Banyak juga dari masyarakat yang mempunyai “Mental Trader” alias berdagang alias memasang posisi jual dan beli ketika pasar turun ataupun naik.

Seperti yang sudah sering kali dijelaskan, bahwa berinvestasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung (melalui produk keuangan) akan selalu mengandung risiko. Beberapa risiko di antaranya adalah: hasil investasi naik atau turun, nilai investasi kita naik dan turun, investasi kita hilang sama sekali, inflasi dan masih banyak lagi risiko-risiko lainnya yang mungkin saja terjadi pada investasi kita.

 Risiko investasi turun seperti yang kita alami saat ini adalah salah satu contoh yang mungkin atau bahkan bisa dikatakan sering terjadi. Kalau kita melihatnya dari kacamata jangka pendek penurunan ini memang mengerikan.

Apalagi kalau kita baru investasi di awal tahun atau di saat IHSG sedang tinggi-tingginya sudah pasti gemeteran. Akan tetapi apabila kita melihatnya dari kacamata jangka panjang, penurunan ini akan di iringi lagi dengan kenaikan.

Pertanyaannya adalah, kapan? Dan tidak ada yang tahu secara pasti jawabannya serta kapan akan naiknya. Yang pasti sejarah mencatat, bahwa ketika kita berinvestasi untuk minimum 5 tahun ke atas maka hasil rata-rata ketika kita menjual/mencairkan investasi kita 5-10 tahun lagi sudah lebih tinggi dari uang yang kita investasikan sebelumnya. Meskipun hasil ini tidak memberikan jaminan alias garansi bahwa akan selalu seperti ini, tapi kemungkinan besarnya terjadi.

Lalu, bagaimana kita mengantisipasi penurunan seperti yang terjadi sekarang ini? Salah satu rumus yang sering dipakai oleh investor di banyak negara adalah DCA alias Dollar Cost Averaging. Berhubung di Indonesia pakainya Rupiah berarti Rupiah Cost Averaging.

Dengan kata lain, ketika kita berinvestasi memang sebaiknya dicicil saja berlahan-lahan setiap minggu atau setiap bulan. Dengan demikian, nilai nominal investasi kita mendapatkan harga rata-rata.

Ketika harga-harga saham sedang turun seperti sekarang, maka apabila kita berinvestasi secara rutin (baik langsung maupun melalui reksa dana), maka kita akan membeli di harga yang lebih rendah. Otomatis investasi kita di bulan-bulan lalu yang rugi sekarang kerugian menjadi menurun karena harga rata-rata investasi kita yang lebih rendah.

 Demikian juga apabila Anda tidak berinvestasi secara rutin, penurunan harga seperti sekarang dapat dilihat sebagai kesempatan untuk membeli di harga murah. Akan tetapi ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu apabila profil risiko anda agresif alias berani mengambil risiko, kondisi pekerjaan dan keuangan baik, tidak punya kebutuhan dana dalam jangka pendek menengah, dan Anda punya dana menganggur untuk berinvestasi, maka berinvestasilah atau membelilah untuk kemudian didiamkan sampai kondisi pasar membaik kembali.

Jadi, kalau IHSG dan emas naik turun dan anda masih panik? Ya sudah jangan investasi saja.

Sumber dari :
http://finance.detik.com/ihsg-dan-emas-naik-turun-masih-bikin-panik-ya-jangan-invest

Tips Mengatur Keuangan Selama Satu Bulan


Buat sebagian orang akhir bulan atau sering diistilahkan dengan tanggal tua. Tidak jarang setelah di awal bulan sibuk membayar cicilan rumah, mobil dan kartu kredit. Kocek pun mengering di pertengahan dan akhir bulan.

Jangankan untuk belanja di tanggal tua, untuk sekadar bertahan hidup dan menunggu gajian berikutnya sangat berat.

Atas hal itu penting bagi kita untuk tahu bagaimana mengatur keuangan selama satu bulan. Siapa tahu jika kita pandai dan benar dalam mengatur keuangan bulanan tidak saja terhindar dari penyakit kantong kering, tapi bahkan bisa berbelanja di tanggal tua. kali ini saya akan berbagi tips sebagai berikut:

1. Siapkan pos-pos pengeluaran

Setelah menerima gaji di awal bulan, belilah beberapa amplop kertas, kemudian tulislah beberapa pos kebutuhan selama 1 bulan.

Bagi ke dalam 3 bagian amplop besar:
  • 1 amplop cicilan
  • 1 amplop untuk tabungan bulanan atau investasi bulanan
  • 1 amplop belanja barang dan jasa operasional bulanan
Sisihkan untuk tagihan cicilan utang Anda baik itu utang produktif dan utang konsumtif dengan total paling besar adalah 30% dari penghasilan Anda.

Kemudian sebisa mungkin disiplinkan diri Anda untuk saving dan investasi di awal bulan, tetapkan berapa kemampuan menabung rutin Anda. Jangan baru menabung kalau ada sisa. Untuk pemula, disiplinkan untuk menabung minimal 10% dari penghasilan Anda. Ubah kebiasaan ini selama 2 tahun. Anda akan terbiasa investasi dan menabung dengan sendirinya.

Segera pisahkan untuk pos pengeluaran yang pembayaran tagihan bulanan seperti koran, TV kabel, listrik, PAM, gaji pembantu dan kebutuhan bulanan lainnya.

Buat budget belanja bahan makanan untuk 1 bulan. Lalu buat untuk budget untuk hari-hari biasa dan budget untuk akhir pekan.

Budget di akhir pekan biasanya lebih besar dibandingkan hari-hari biasa. Namun ada beberapa orang juga yang lebih besar budget di hari-hari biasanya.

Budget akhir pekan bisa digunakan, bisa juga tidak. Namun sebaiknya Anda sudah mempersiapkan sebelumnya. Jadi tidak ada salahnya juga untuk bersenang-senang karena Anda sudah merencanakannya.
Isilah amplop-amplop tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan.

2. Buat daftar belanja

Membeli sepatu baru karena diskon, padahal niatnya beli bahan makanan, sering dialami bukan?
Agar terhindar dari penyakit seperti itu hendaknya membuat daftar belanja sebelum pergi ke pasar atau hypermarket.

Ini sangat membantu kita mengingat barang yang akan dibeli sekaligus menjadi panduan saat belanja. Jangan beli barang yang tidak ada dalam daftar..!!

3. Hindari belanja pada saat lapar

Hipermarket biasanya menyediakan berbagai jenis barang kebutuhan, mulai dari sayuran hingga alat elektronik, dan juga hidangan siap saji. Pastikan saat Anda berbelanja, perut sudah terisi dari rumah. Pasalnya semua makanan yang ada bisa terlihat sangat enak dan pasti Anda membelinya dalam jumlah yang berlebih.

4. Usahakan bawa bekal makan siang sendiri saat bekerja
Banyak keuntungan yang didapatkan jika Anda membawa bekal makan siang sendiri. Pertama Anda akan mendapatkan makan siang yang sesuai selera Anda, kedua Anda tidak perlu ke luar kantor atau meminta tolong OB untuk membelikan makan siang, ketiga Anda mendapatkan makan siang yang lebih bersih dan higienis.

Coba hitung jika sekali makan siang Anda mengeluarkan biaya sebesar 20 ribu atau 25 ribu rupiah, jika dikali dengan 22 hari kerja berarti Anda sudah menghemat 440.000 sampai dengan 550.000 rupiah, jika setahun sama dengan 5,28 juta sampai dengan 6,6 juta. Bayangkan jika Anda mempunyai masa kerja 20 tahun, dana 550 ribu per bulan tersebut Anda alihkan investasi ke reksadana saham dengan return 25% per tahun, maka di tahun ke 20 Anda akan mendapatkan hasil 3.772.502.385 (tiga miliar tujuh ratus tujuh puluh dua juta lima ratus dua ribu)

Atau jika Anda mempunyai masa kerja 25 tahun dengan contoh tersebut di atas maka hasilnya akan 13.065.217.874 (tiga belas miliar enam puluh lima juta dua ratus tujuh belas).
Perbedaan yang luar biasa bukan? Perbedaan waktu hanya lima tahun sudah mengakibatkan perbedaan hasil signifikan, yaitu 10 miliar. Itulah kekuatan bunga majemuk. Waktu akan sangat berpengaruh, bukan besarnya investasi yang akan Anda lakukan nanti, tapi berapa pun yang investasikan hari ini akan sangat berguna pada masa depan Anda nantinya.

5. Menggunakan promosi kartu kredit

Sah-sah saja menggunakan kartu kredit untuk berbelanja bulanan. Apalagi banyak supermarket yang menawarkan diskon jika kita menggunakan kartu kredit tertentu. Wah, lebih hemat, nih!

Idealnya belanja bulanan, menggunakan uang tunai atau kartu debit. Tapi jika memang ada diskon, boleh menggunakan kartu kredit dengan syarat dana untuk belanja itu sudah siap. Di sini kartu kredit digunakan untuk pembayaran bukan berutang. Maksudnya, kita, kan sudah tahu berapa nominal yang kita pakai dengan kartu kredit, jadi begitu digunakan, langsung transfer untuk melunasinya.

6. Sesuaikan kebutuhan, kemampuan dan keinginan

Belanja berarti kita harus pintar becermin. Terkadang sulit membedakan apa yang dibutuhkan dengan apa yang diinginkan. Belum lagi pada tahap mengukur kemampuan kita. Untuk itulah sebelum membeli barang, Anda harus bertanya pada diri sendiri, apakah barang atau jasa ini pantas saya beli sesuai dengan kebutuhan dan penghasilan saya?

Idealnya besarnya keinginan Anda adalah kurang atau sama dengan kebutuhan Anda.

Dan besar kebutuhan tersebut lebih kecil dari kemampuan Anda.

Anda dapat saja membeli sesuatu sesuai keinginan Anda yang di luar kemampuan Anda. Namun akibatnya Anda memaksakan diri dengan berutang. Jadi memang Anda sebenarnya tidak layak membeli barang tersebut.

Dengan berbekal kemampuan manajerial keuangan yang baik, disiplin dan kecerdikan mencari tambahan penghasilan, Anda akan terhindar dari mimpi buruk di tanggal tua.

Sumber dari :
 http://ifpc.kontan.co.id/cegah-kantong-cekak-di-akhir-bulan/

Beberapa Kebiasaan Yang Mengganggu Kondisi Keuangan


Manusia adalah kumpulan kebiasaan-kebiasaan kecil, kebiasaan yang bermula dari hal-hal yang dimulai sesekali kemudian menimbulkan rasa ketagihan hingga akhirnya berulang-ulang dilakukan. Ketika berulang-ulang dilakukan maka yang terjadi adalah bagian tubuh kita tempat kita berpikir menjadi begitu terlatih melakukannya sehingga akhirnya apa yang dilakukan itu menjadi sangat otomatis bahkan hampir dapat dikatakan dilakukan tanpa disadari. Yang kita pikirkan hanyalah bagaimana hal tersebut bisa mendorong kita melakukannya tanpa kita bisa menghentikannya.

Sebenarnya tidak ada kebiasaan baik ataupun buruk, yang ada adalah kebiasaan yang akan membawa kita menuju ke tujuan utama kita dalam kehidupan, atau bahkan membawa kita menjauhi tujuan kita. Problemnya adalah karena kebiasaan bersifat sangat otomatis, maka sering kali pengetahuan semata tidak sanggup atau cukup mudah untuk membuatnya berubah. Dibutuhkan motivasi dari dalam yang sangat besar, serta menggantikan kebiasaan yang kurang sesuai dengan tujuan kita dengan kebiasaan lainnya yang lebih sesuai dan sejalan.

 Menyembunyikan pengeluaran dan penghasilan tertentu dari pasangan adalah salah satu contoh selingkuh

 Berikut adalah beberapa kebiasaan yang cukup mengganggu yang dirangkum oleh DR. Ted dan Brad Klontz yang bisa mempengaruhi kondisi keuangan dari yang ringan hingga yang berat:

 Belanja kompulsif

Kebiasaan belanja kompulsif ditandai dengan obsesi terhadap aktivitas belanja dan membeli, perilaku ini mendorong pelakunya untuk membelanjakan uang baik yang dimilikinya atau bahkan bisa saja uang yang belum atau tidak dimiliki. Di dunia yang sangat konsumtif seperti saat ini, kebanyakan pola belanja kompulsif didorong oleh motivasi untuk identitas dan status atau sosio ekonomi, untuk memperlihatkan kemampuan dan rasa percaya diri, tetapi tidak menutup kemungkinan sebagai penyeimbang emosional, karena pada orang yang melakukan belanja kompulsif perilaku belanja menjadi saat yang sangat dinantikan, didambakan dan menimbulkan kepuasan luar biasa dan rasa senang yang membebaskan dirinya dari rasa cemas dan stress dan sering kali disebut sebagai terapi belanja.

Berjudi dan berspekulasi

Kebiasaan ini tidak hanya berjudi secara harfiah, tetapi juga bisa terjadi ketika seseorang berpikir bahwa dia melakukan investasi padahal sesungguhnya dia berspekulasi. Berharap dalam waktu dekat pilihan investasinya akan meningkat dengan cepat dan memperoleh keuntungan dalam waktu singkat dan berlipat-ganda. Orang yang melakukan spekulasi adalah orang yang senang tertantang dan cenderung menyukai risiko, motto mereka adalah “keuntungan sebesar-besarnya atau rugi”. Berspekulasi secara terstruktur pada dasarnya tidak berbahaya, problemnya adalah ketika risiko yang ditanggung sangat besar dan cenderung membahayakan kondisi keuangan secara keseluruhan. Berspekulasilah sesuai dengan kemampuan dan kapasitas keuangan.

Berjudi dan berspekulasi dapat mengakibatkan ketagihan, ketika kalah orang yang melakukan spekulasi cenderung untuk terdorong melakukan spekulasi lebih jauh untuk mengurangi tingkat kerugian yang ditimbulkan sebelumnya, sedangkan untuk yang berhasil maka orang tersebut cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk kemudian berspekulasi lebih besar lagi.

 Menimbun

Orang yang menimbun memiliki kecenderungan terikat kepada barang-barang milik pribadinya. Hal ini bisa ditandai dengan kondisi di rumah. Seorang penimbun bisa saja menimbun barang-barang yang kemungkinan sudah tidak terpakai yang sesungguhnya dapat bermanfaat untuk orang-orang lain di sekitarnya. Motto mereka adalah “suatu saat nanti jika dibutuhkan”. Sehingga akhirnya kondisi rumahnya dipenuhi dengan barang-barang usang yang tak terpakai. Dampak dari kebiasaan menimbun adalah rasa cemas akan kekurangan, ketakutan, dan kikir dan rasa tidak pernah cukup akan uang dan harta yang dimiliki.

 Ketergantungan finansial

Kebiasaan keuangan yang satu ini dapat berbentuk berbagai hal, termasuk bergantung secara keuangan kepada pasangan, kepada orangtua, perusahaan atau bahkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan keuangannya. Perilaku ini mengakibatkan rasa rendah diri, incompetent di dunia kerja dan mengganggu kreativitas diri.

 Pengingkaran

Pengingkaran adalah mekanisme pertahanan klasik yang didesain untuk mengurangi kegelisahan dan rasa malu tentang kondisi diri. Pengingkaran terjadi ketika kita berusaha mengurangi masalah keuangan dengan mencoba sebisa mungkin untuk tidak memikirkan kondisi keuangan kita daripada berusaha menghadapi kenyataannya. Orang yang melakukan pengingkaran sering kali takut atau enggan untuk melihat saldo tabungannya, melihat tagihan kartu kredit ataupun membicarakan kondisi keuangan mereka dengan pasangan. Pengingkaran finansial hampir selalu menimbulkan efek buruk. Motto mereka adalah “jika aku tidak membicarakan atau mengetahuinya, maka kemungkinan besar tidak akan ada masalah”. Akibatnya, masalah yang ada akan terus ada dan justru cenderung berlarut-larut hingga memburuk.

 Selingkuh

Menyembunyikan pengeluaran dan penghasilan tertentu dari pasangan adalah salah satu contohnya. Tidak bisa dihindari kebanyakan pasangan sulit untuk membicarakan masalah keuangan karena uang adalah salah satu topik yang sensitif dan emosional antar pasangan. Beberapa orang bahkan bisa saja melakukan pembelian rumah atau kendaraan kedua tanpa persetujuan pasangan, melakukan investasi berisiko yang tidak diketahui pasangan hingga keputusan bisnis dan karier.

Ketika terkuak, kejadian ini bisa mengganggu harmonisasi rumah tangga dan hubungan dengan pasangan dan menghapus kepercayaan. Dan meskipun perselingkuhan ini tidak terkuak pun, adalah tidak sehat untuk hidup bersama dalam kondisi penuh kerahasiaan dan kebohongan.

 Sulit menolak

Kebiasaan ini adalah kebiasaan keuangan yang cenderung hadir pada diri seseorang atas dasar sikap irasional untuk membantu orang lain secara finansial baik dia mampu melakukannya ataupun tidak mampu melakukannya dan bahkan meskipun bantuannya itu tidak berdampak positif terhadap diri orang yang ia bantu. Biasanya kebiasaan ini muncul akibat mengaitkan uang dengan kasih sayang, membuat orang yang dibantu tetap berada dekat di sekitar mereka bahkan mungkin hingga bisa dikendalikan meskipun biasanya akhirnya orang yang dibantu menjadi tergantung secara finansial kepada mereka. Sering kali tujuan mereka baik, tetapi hasilnya tidak. Sebut saja misalnya adalah bantuan orangtua yang diberikan kepada anak mereka ketika mereka sudah dewasa, akhirnya semakin sulit bagi anak itu untuk mengembangkan kemampuan finansialnya. Ia akan menjadi kerdil baik secara finansial maupun emosional.

 Kebiasaan-kebiasaan keuangan tersebut muncul dari berbagai latar belakang seseorang, lingkungan, pendidikan dan pola asuh orangtua serta program yang sudah tertanam di bawah sadarnya. Penting untuk mengetahui berbagai kelainan keuangan ini agar kita bisa belajar darinya dan bertindak lebih waspada di kemudian hari, meskipun mungkin program kebiasaan ini masih dapat hadir dalam kehidupan seseorang terutama di saat seseorang itu tertekan.

Sumber dari :
 http://ifpc.kontan.co.id/kebiasaan-yang-merusak-kondisi-keuangan/