Wednesday, 19 June 2013

CARA MEMBUAT BUDGET KEUANGAN KELUARGA


Membuat perencanaan keuangan itu sebenarnya mudah jika Anda berusaha mencoba dan menjalankannya. Adapun yang menjadi dasar dari semua perencanaan adalah kebiasaan melakukan pencatatan.

Selanjutnya kita, kita dapat menyusun perencanaan atau budget keuangan keluarga sekaligus memonitor pelaksanaanya.

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas bagaimana menyusun budget untuk keuangan pribadi atau keuangan keluarga Anda.

APA ITU BUDGETING ?

Buat Anda yang tidak terbiasa dengan istilah ekonomi atau akuntansi, kata budgeting untuk perencanaan keuangan keluarga terasa terlalu berlebihan. Bukankah budgeting itu diperlukan untuk perencanaan keuangan negara seperti penyusunan APBN? Atau minimal budgeting diperlukan oleh perusahaan untuk memprediksi untung dan rugi di tahun mendatang?

Benar, budget yang saya maksudkan kurang lebih seperti itu. Bedanya kali ini kita akan menyusun budget untuk keuangan keluarga. Secara sederhana budgeting adalah proses menyusun anggaran, baik dana yang masuk maupun yang keluar. Lebih spesifik lagi terkait perencanaan keuangan keluarga, budgeting adalah proses menyusun dan merencanakan berapa banyak pendapatan yang Anda hasilkan dalam periode waktu tertentu, dan berapa banyak pengeluaran yang akan dibelanjakan pada periode yang sama. Dengan melakukan budgeting, Anda dapat melihat apakah keuangan saat ini surplus, impas, atau minus. Berita baiknya adalah: dengan budgeting, setidaknya kondisi Anda dapat dipaksakan supaya minimal impas.

PERSIAPAN MENYUSUN BUDGETING.

Apakah Anda sudah mulai melakukan pencatatan keuangan  Jika ya, mari kita buka catatan tersebut. Perhatikan apa saja yang Anda beli selama beberapa bulan terakhir dan amati pola yang muncul. Apakah ada pola tertentu di sana? Jika ya, Anda sudah dengan mudah mengetahui apa saja jenis pengeluaran dan pemasukan yang secara rutin Anda lakukan.

Secara umum budgeting untuk keluarga terdiri dari pengeluaran sebagai berikut:

1. HUTANG

Apakah Anda memiliki kredit rumah, kredit mobil, atau lainnya? Tentukan berapa banyak yang harus Anda keluarkan untuk masing-masing hutang tadi.

2. ZAKAT, INFAK DAN SADAQAH

Sebagai seorang yang taat beragama dan menginginkan kebersihan dalam harta. Keluarkanlah zakat, infak maupun sadaqah. Anda bisa menghitung apakah sudah termasuk wajib zakat atau tidak dan budgetkan. Jika tidak, dikhawatirkan bagian dari harta yang harusnya dikeluarkan sebagai zakat tersebut dapat termakan oleh Anda sehingga mengurangi keberkahannya.

Jika Anda juga seorang tulang punggung keluarga yang ikut membantu orangtua maupun keluarga lainnya, budgetkan pengeluaran untuk hal tersebut sehingga secara reguler Anda dapat membantu orang-orang yang Anda kasihi.

Selebihnya tergantung kemampuan dan kerelaan Anda untuk mengeluarkannya sebagai infak ataupun sadaqah.

3. TABUNGAN

Pos kedua setelah hutang adalah tabungan. Agar aman, budgetkan tabungan di awal dan anggap sebagai pengeluaran. Dengan demikian, Anda tidak akan merasa berat untuk melakukannya. Jangan menabung dari sisa anggaran yang tersedia karena besar kemungkinan tidak ada sisanya.

Termasuk tabungan di sini adalah sesuatu yang Anda persiapkan untuk masa depan seperti: tabungan pendidikan, dana darurat dan lainnya.

4. KONSUMSI RUTIN BULANAN

Bagian terakhir baru tetapkan untuk konsumsi rutin yang Anda keluarkan mulai dari biaya pendidikan, belanja rumah tangga, dan tagihan-tagihan lainnya. Konsumsi rutin ini bisa dibagi dalam beberapa kategori :
  • Pendidikan
    • Uang sekolah
    • Uang semester
       
  • Belanja rumah tangga
    • Beras xx kg
    • Gula
    • Minyak goreng
    • Lauk Pauk
       
  • Transportasi
    • Bensin
    • Service kendaraan
    • Tol dan Parkir
       
  • Tagihan
    • Listrik
    • Air
    • Telepon
    • Handphone
    • Internet
    • Iuran RT
       
  • Gaji Pembantu
     
  • Hiburan
    • Rekreasi
    • Makan di luar
    • Nonton

5. KONSUMSI RUTIN TAHUNAN

Nah, ini adalah bagian yang sering dilupakan orang. Anda harus menyisihkan dana untuk membayar jenis pengeluaran yang sifatnya enam bulanan, tahunan atau dua tahunan. Kelalaian dalam melakukan hal ini akan berakibat pada saat jatuh tempo Anda tidak memiliki dana yang cukup untuk membayarnya dan terpaksa mencari pinjaman ke sana sini.

Berikut beberapa jenis pengeluaran Rutin Tahunan yang biasa muncul:
  • Kontrak rumah Jika Anda mengontrak rumah, pastikan setiap bulan Anda mencicil sejumlah tertentu sehingga ketika tiba pembayaran periode berikutnya dana yang tersedia sudah cukup. Misal Anda membayar kontrakan setiap tahun sebesar 12 juta. Maka sisihkan 1 juta setiap bulannya.
  • Uang kuliah Jika Anda masih kuliah atau perlu membiayai anggota keluarga yang kuliah, biasanya pengeluaran jenis ini muncul setiap enam bulan. Jika biaya kuliah sebesar 3 juta, maka Anda harus menyisihkan 500.000 ribu rupiah setiap bulan.
  • Pajak Kendaraan, perpanjangan STNK, Asuransi Kendaraan Pengeluaran ini juga penting karena nilainya biasanya lumayan. Sering kali orang lupa dan pada saatnya jatuh tempo maka terpaksa mengorbankan budget lainnya. Padahal jika direncanakan dengan baik hal itu tak akan terjadi.
Setelah melakukan penyusunan, budget Anda mungkin akan terlihat seperti ini:

Sample-budget

Bagaimana menurut Anda, tidak terlalu sulit bukan? Dengan membuat budgeting seperti ini, Anda akan mulai 
menyadari seberapa besar pengeluaran untuk masing-masing pos. Jika dana Anda tidak bisa memenuhi semuanya, maka saatnya menentukan prioritas sesuai tingkat kebutuhan dan kepentingannya masing-masing.

Anda punya komentar tentang penyusunan budget? Silakan sampaikan pendapat Anda.

 

BAGAIMANA MEWUJUDKAN PERENCANAAN KEUANGAN KELUARGA ?


Banyak orang harus menggaji profesional di bidang Perencanaan Keuangan Keluarga untuk membantu merencanakan semua aspek yang berkaitan dengan keuangan keluarga di masa kini dan yang akan datang. Saya ingin membagi sedikit pengetahuan sehubungan dengan keuangan keluarga ini.

Secara sederhana dapat kita katakan perencanaan keluarga ini mempunyai beberapa pertanyaan penting seputar hidup anda dan keluarga sebagai berikut:

1. Berapa penghasilan anda sekarang termasuk bersama istri atau penghasilan tambahan lainnya?
  2. Apakah anda berpenghasilan tetap atau tidak?
  3. Bagaimana anda membuat proyeksi penghasilan anda ke depan? 
  4. Berapa anggota keluarga anda dan apa saja kebutuhan utama untuk pendidikan yang anda harus sediakan di masa datang? Apakah anda berniat menambah anak atau hal lainnya seperti adopsi.
  5. Berapa tahun lagi anda pensiun dan bagaimana anda merencanakan lifestyle hidup anda setelah pensiun?
  6. Bagaimana pola hidup anda saat ini berkaitan dengan kepribadian, pekerjaan, makanan dan hobby anda?
  7. Bagaimana pola hidup masing-masing keluarga anda saat ini termasuk keinginan untuk berlibur dan lainnya?
  8. Apakah anda sudah mempunyai rumah? Kalau belum bagaimana impian rumah anda dan adakah target tertentu? Kalau sudah apakah anda berniat untuk mempunyai rumah yang lebih besar dan apakah ada target tertentu?
  9. Apakah anda mempunyai hutang jangka panjang seperti KPR atau jangka pendek seperti kartu kredit? Kalau ada berapa?
 
Hal-hal diatas harus anda pikirkan dan pahami dengan baik dan dibuat di dalam sebuah catatan khusus untuk family fact sheet. Mengapa? karena di dalam perencanaan keluarga ada beberapa faktor penting yang akan menjadi asumsi dasar sebagai berikut:
 
1. Apakah anda membutuhkan asuransi kesehatan? Kalau anda seorang yang menjalankan pola hidup sehat maka kebutuhan anda tidaklah besar untuk asuransi kesehatan, atau anda bisa mulai membeli asuransi pada saat usia anda sudah cukup matang. Sama juga hal ini dengan asuransi jiwa, apabila anda adalah seorang yang sangat berhati-hati dan jarang melakukan perjalanan tentu anda tidak memerlukan asuransi jiwa ini dalam waktu dekat.
  2. Berapa tabungan yang perlu anda sisihkan daripada setiap penghasilan anda untuk membiayai kebutuhan biaya di masa datang.
  3. Bagaimana seharusnya anda menginvestasikan tabungan anda sehingga tabungan anda dan pengembalian investasinya mencukupi pembiayaan masa depan anda.
 
 

Tuesday, 18 June 2013

TIPS MERENCANAKAN KEUANGAN UNTUK MUDIK


Wah, tak terasa, sebentar lagi lebaran tiba! Nah biasanya pengeluaran Anda bakal membengkak karena banyak pengeluaran yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Salah satu sebabnya bisa karena pengeluaran untuk biaya mudik ke kampung halaman

Walaupun kegiatan mudik ini mungkin selalu Anda lakukan bersama keluarga setiap tahun, sayangnya belum banyak dari kita yang merencanakannya dengan matang dari segi keuangan. Akibatnya, banyak yang merasa mudik merupakan agenda yang cukup merepotkan. Apalagi bagi Anda yang punya penghasilan terbatas.

Untuk itu jika Anda tidak ingin agenda mudik Anda terasa berat, penting untuk mempersiapkannya dengan baik dan penuh perencanaan. Langkah awalnya adalah mengetahui pos-pos pengeluaran yang harus dialokasikan. Kategorikan pengeluaran Anda ke dalam 4 pos paling penting, yaitu: 
  1. Anggaran transportasi pulang pergi
  2. Anggaran hadiah atau uang lebaran buat keluarga
  3. Rekreasi – termasuk makan di luar bersama keluarga besar, misalnya
  4. Biaya tak terduga minimal 10% dari total anggaran mudik Anda.
Bagi Anda yang berpenghasilan terbatas, disiplinlah dengan jenis pengeluaran di atas. Kalau perlu, buat catatan dan pisahkan ke dalam amplop berbeda untuk setiap posnya.

Nah, untuk membantu Anda dalam mempersiapkan keuangan Anda menjelang mudik, ada beberapa tips bagi Anda, yaitu:
  1. Sebaiknya anggaran mudik sudah disiapkan jauh-jauh hari. Bila perlu sisihkan penghasilan bulanan Anda 10% untuk pos mudik ini.
  2. Jangan menggunakan anggaran mudik dari gaji bulanan Anda yang biasanya diberikan bersamaan dengan THR oleh kantor. Ambillah dari THR dan tabungan mudik yang disisihkan tadi.
  3. Pilih jenis transportasi perjalanan yang sesuai budget jauh-jauh hari. Bila Anda memiliki kendaraan pribadi akan jauh lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan umum. Bagi yang berpenghasilan terbatas, carilah informasi “kegiatan mudik bareng” yang biasanya marak ditawarkan. Sedangkan, yang menggunakan pesawat, belilah tiket pesawat Anda minimal 3 bulan sebelumnya.
  4. Bawalah uang tunai secukupnya. Cukup disini artinya sesuai dengan keperluan yang sudah Anda hitung mulai dari berangkat, tiba di kampung hingga balik kembali
  5. Tetap bawa kartu ATM, kartu debet, kartu kredit atau cek perjalanan bila Anda takut membawa uang tunai yang besar. Namun ingat, semua pengeluaran harus sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
  6. Sebagai bentuk perlindungan, asuransikan perjalanan mudik Anda pada perusahaan asuransi yang telah dikenal. Produk ini pada dasarnya adalah sejenis produk jiwa term life dengan jangka waktu rata-rata tidak lebih dari 30 hari.
Dengan melakukan berbagai persiapan yang matang, kegiatan mudik akan menjadi momen yang tidak akan membuat Anda justru merasa nestapa ketika kembali ke rumah.

Selamat mudik!

Sumber dari : www.mywealth.co.id
 

CARA MENGENALKAN PENDIDIKAN FINANSIAL PADA ANAK


Mengajarkan pendidikan finansial pada anak sangat penting, karena jika tidak maka anak akan belajar dari lingkungan yang belum tentu baik untuknya. Ada orang tua yang tidak mau untuk mengajarkan hal tersebut, karena takut anaknya menjadi “matre”. Padahal karena tidak diajarkan, maka anak tidak punya filter mana baik dan buruk. 
 
Pendidikan finansial pada anak sangat berkaitan dengan pola asuh orang tua. Jangan harap bisa instan, perlu proses dan orang tua pun harus ikut berubah.

Uang saku. Tujuannya bukan untuk membatasi atau mnyengsarakan anak. Tapi membuat anak belajar mengambil keputusan dan tanggung jawab.

Untuk anak TK, yang baru belajar berhitung, belajar nilai uang, dan belum kuat ingatan timelinenya, bisa anda batasi jumlah atau frekuensi jajannya saja. Jika sudah bisa menghitung, dan sudah bisa mengingat timeline, bisa mulai biasakan uang saku harian. Walo mngkin uangnya masih dipegang oleh orang tua. Dan kietika anak sudah bisa berhitung, mengingat timeline (besok, lusa, kemarin, pekan depan, dst),  anak sdh siap diberi uang saku harian.

Agar bisa belajar menahan keinginan, mengatur diri dan belajar mengambil keputusan, Anak SD akhir sudah bisa dicoba untuk diberi uang saku selama satu pekan atau tetap harian. Yang penting ada aturan konsisten. Sedangkan untuk anak SMP anda sudah boleh dikenalkan dengann uang saku pekanan. Sedangkan untuk anak SMA, sudah bisa dicoba memberikan uang saku secara bulanan atau tetap per-pekan, tergantung pada kondisi anak. Tapi jika sudah sampai pada level mahasiswa, sebaiknya anak diberikan uang saku secara bulanan saja.

Bagaimana supaya uang saku tetap ‘aman’ ditangan anak? Kunci penerapan uang saku yang perlu diperhatikan:

1. Aturan yg jelas (mana yangg masuk uang saku, mana yang tanggung jawab orang tua),

2. KONSISTEN (termasuk orang tua) 

Bagaimana jika anak tidak diberikan uang saku? anak tidak diberi uang dan hanya meminta jika si anak butuh? Tanpa uang saku, anak tidak belajar untuk mengambil keputusan. Tidak perlu pilih A ato B, atau tidak perlu tunda besok sampai uang cukup. Tanpa uang saku, anak bahkan dengan enaknya tidak perlu membuat keputusan sama sekali. Mau apa saja tinggal minta sama orang tua, itu tidak baik untuk perkembangan secara psikologisnya.

Selain pemberian uang saku, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang tua dalam memberikan edukasi finansial pada anak. Apa saja itu: 

1. Jangan bertransaksi tidak tunai (hutang, bayar dengan kartu) di depan anak kecil tanpa penjelasan apapun.

2. Hindari mengambil uang di ATM dengan disaksikan anak, tanpa memberikan penjelasan apapun.

Kemudian, pendidikan finansial kurang lengkap tanpa pembelajaran investasi. Mari kita telusuri lebih lanjut. Investasi atau dalam bahasa anak-anaknya sering kita sebut ‘celengan’. Pada tahap pertama, menabung untuk anak adalah dengan celengan, kalau bisa anak pilih sendiri, supaya lebih merasa tanggung jawab. Kesalahan yang sering dilakukan orang tua dalam mengajarkan anaknya menabung adalah “Sisakan uang jajan utk ditabung”, Itu cara lama dan sungguh tidak efektif. Bagaimana dengan yang efektif? katakan “Ini uang jajanmu, masukan celengan dulu, sisanya boleh dihabiskan”. Itu lebih efektif dan jauh lebih menyenangkan untuk anak. Jika perlu, orang tua bisa menambahkan setoran celengan agar anak lebih semangat. Dalam memilih ukuran celengan, jangan terlalu besar sehingga anak tidak merasa ‘putus asa’ karena celengannya tidak penuh-penuh. Mulailah dari yangg kecil terlebih dulu. Dan bagi orang tua, prinsip “Saving dulu baru shopping” berlaku untuk orang tua juga, artinya anda sebagai orang tua juga harus memberikan modeling yang baik untuk anak.

Jika sudah mulai teratur dan memiliki uang yang cukup, dan anak sudah mengerti konsep bank (usia SD), buatkan rekening untuknya di bank. It’s fun for them. Buka rekening atas nama anak, biarkan ia simpan bukunya. Jika meggunakan fasilitas ATM, simpan atau harus dalam pengawasan orang tua sampai anak siap.

Dalam hal teknisnya, Orang tua jangan “menabungkan” ke bank, tapi anak harus ikut ke bank. Berikan interaksi langsung pada anak. Ketika beranjak SMP, anda tidak perlu mengantarkan, anak sudah bisa ke bank sendiri. Ingat! Orang tua DILARANG menggunakan tabungan anak tanpa izin. Hargai usaha anak yang telah menabung.

Kemudian yang tak kalah pentingnya, ajarkan anak untuk bersedekah. Bukan hanya karena disuruh Ibu Guru di sekolah, tapi berikan pengertian tentang sedekah kepada anak, supaya ada pemahaman yang benar dan ada nilai-nilai luhur yang tertanam pada anak.

Jangan lupa juga anak untuk melihat proses anda, ajak ke kantor, toko atau pasar. Biarkan anak melihat apa yang dilakukan oleh anda. So, saatnya memberikan pendidikan finansial kepada anak sejak dini.

Sumber dari : www.ahmadgozali.com
 












KESALAHAN YANG SERING TERJADI DALAM PERENCANAAN KEUANGAN KELUARGA


Banyak orang tua baru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam perencanaan keuangan keluarga. Baca tulisan di bawah untuk menghindarkan keluarga Anda dari permasalahan financial.

Saat Anda baru saja memiliki momongan dan hari-hari Anda dipenuhi dengan kesibukan mengisi botol susu, mengganti diaper, dan malam-malam panjang melelahkan tanpa tidur karena si kecil kerap terbangun, adalah mudah untuk mengesampingkan berbagai hal yang sebenarnya krusial dalam hidup. Apalagi jika hal yang dimaksud sangat membosankan seperti: merencanakan keuangan keluarga. Karena itu para orang tua baru sering kali melakukan kesalahan dalam mengelola keuangan mereka, justru pada masa paling penting dalam rumah tangga (karena kehadiran anggota keluarga baru). Kabar baiknya: Sebenarnya, cukup dengan sedikit perhatian dan perencanaan yang tepat, Anda bisa menghindarkan diri dari berbagai kesalahan finansial.

Kesalahan 1

Tidak Memiliki Asuransi Jiwa Yang Tepat

Mungkin Anda sudah menyadari pentingnya memiliki asuransi jiwa sebagai jaring pengaman bagi anak seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan. (Jika Anda belum menyadarinya, kini Anda tahu: Segera daftarkan asuransi jiwa Anda!). Tapi kadangkala, bahkan orang tua yang sudah mendaftarkan diri mengikuti asuransi jiwa tidak mendapatkan perlindungan yang maksimall. "Banyak orang yang tidak mendapatkan klaim yang pantas," ujar Tim Wyman, financial planner di Southfield, Michigan. "Mereka tidak menyadari berapa nilai klaim yang pantas agar keluarga dapat tetap bertahan hidup dengan normal jika kepala keluarga sebagai sumber pendapatan meninggal dunia."

Nilai yang pantas adalah mendapatkan tujuh hingga sepuluh kali lipat dari pendapatan kotor per tahun saat anak-anak masih berusia muda. (Jika seandainya Anda memiliki penghasilan Rp 60 juta per tahun, Anda seharusnya diasuransikan sebesar Rp 420 juta hingga Rp 600 juta). Bahkan para orang tua yang bekerja dari rumah juga sebaiknya memiliki asuransi jiwa: Keluarga Anda juga pasti tetap membutuhkan biaya untuk perawatan anak dan berbagai keperluan lain seperti biaya pendidikan jika terjadi sesuatu pada Anda. Kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda, jadi berkonsultasilah dulu dengan konsultan keuangan.

Kebanyakan konsultan keuangan akan menyarankan Anda untuk memilih "asuransi jiwa berjangka", polis ini memiliki premi yang harus Anda bayarkan dalam jangka waktu tertentu (misalnya 20 tahun). Anda tidak disarankan untuk memilih "asuransi jiwa seumur hidup" atau "asuransi permanen" dimana keluarga Anda hanya akan dilindungi oleh asuransi selama Anda terus membayar preminya. Biasanya, polis permanen-lah yang dianggap sebagai investasi yang paling baik, meski kenyataannya tidak demikian. Banyak orang beranggapan bahwa membayar premi asuransi dengan nilai kecil dan stabil seumur hidup, lebih baik daripada membayar premi dengan jumlah yang lebih besar dalam jangka waktu tertentu. "Sebenarnya tidak demikian," ujar Wyman. "Yang justru lebih penting adalah Anda sudah berhasil memiliki jumlah uang yang cukup besar saat anak-anak masih kecil dan belum lepas dari tanggung jawab Anda."

Penting juga untuk Anda ketahui :

  • Membeli asuransi jiwa untuk anak Anda yang masih bayi. Asuransi ini memiliki premi yang sangat kecil. Tapi seandainya anak Anda bukan seorang bintang sinetron terkenal, ia tidak membutuhkannya. Tujuan utama asuransi adalah untuk menggantikan sumber pendapatan yang hilang seandainya terjadi sesuatu. Kebanyakan bayi tidak memiliki pekerjaan.
  • Asuransi Anda tidak memberi perlindungan terhadap resiko cacat tubuh. Jika Anda pekerja kantoran, tanyakan pada perusahaan seberapa besar dari pendapatan Anda yang dapat Anda klaim jika terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cacat tubuh: seringkali perusahaan hanya bisa memberi kompensasi sebesar 60 sampai 70 persen dari penghasilan Anda. Jika nominal tersebut tidak mencukupi untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari, Anda bisa mengajukan polis asuransi cacat yang dikeluarkan oleh swasta.
 Kesalahan 2

Menunda Untuk Mulai Menabung Dana Pensiun

Dengan semua perhatian yang tercurahkan pada si kecil, sangat mudah untuk melupakan kebutuhan bagi Anda sendiri. Banyak orang tua baru yang justru berhenti menabung untuk dana pensiun mereka supaya bisa mulai membuka dana pendidikan untuk kuliah si kecil. Ini adalah kesalahan yang sangat serius. "Ada banyak program dana pendidikan dan pinjaman dari bank yang bisa Anda ambil untuk membantu membiayai kuliah anak, tapi tidak ada program peminjaman untuk orang-orang yang memasuki masa pensiun," ujar Katrina Miller, financial planner di Golden, Colorado.

Kunci dari memiliki dana pensiun yang cukup, berhubungan erat dengan seberapa lama Anda mulai menabung. Semakin lama Anda berinvestasi, semakin besar hasil yang Anda akan terima. Karena itulah, jika Anda berhenti menabung dana pensiun, Anda beresiko membahayakan masa depan keuangan keluarga. Meskipin keuangan Anda sedang ketat, Anda harus tetap berusaha menyisihkan sebagian uang untuk dana pensiun kelak. (Idealnya, orang tua harus bisa menyisihkan minimal 10 persen dari pendapatan total keluarga setiap bulan).

Selain hal tersebut, Anda pun perlu menyisihkan pendapatan bulanan untuk dana pensiun, coba mulai menyisihkan sebagian lagi untuk dana pendidikan anak, meski hanya Rp 100.000 per bulan. Lebih cepat lebih baik: jika Anda baru mulai menyisihkan uang saat si kecil sudah berusia 5 tahun daripada saat ia baru lahir, Anda harus menyimpan 75 persen lebih banyak untuk mendapatkan jumlah nominal yang sama besarnya saat anak berusia 18 tahun, 

Kesalahan 3

Tidak Berfikir Untuk Membuat Surat Wasiat

 Tidak ada orang yang ingin lama-lama berfikir tentang kematian, apalagi jika Anda punya anak yang masih kecil dan masih menggantungkan hidupnya pada Anda. Tapi jika Anda tidak membuat surat wasiat dan dana perwalian bagi anak, kemungkinan besar si kecil akan terlantar secara financial dan emosional jika Anda tiba-tiba meninggal dunia.

Jika perusahaan tempat Anda bekerja memberi fasilitas kesehatan, segera lakukan reimbursement setelah Anda melakukan pengeluaran. Jika Anda menunda klaim, uang Anda bisa dianggap hangus.

Alasan nomor satu mengapa orang tua membutuhkan surat wasiat: Agar Anda, dan bukan pengadilan atau yayasan kesejahteraan anak yang akan menentukan wali bagi anak-anak Anda. "Saya sering melihat pertengkaran antara mertua, saudara kandung, sepupu bahkan kerabat dekat yang memperebutkan hak asuh anak," ujar Robin Giles, financial planner di Laguna Niguel, California. "Adalah langkah yang lebih cerdas untuk membiarkan semua orang tahu keinginan Anda saat Anda masih hidup."

Hal yang tidak kalah penting adlah mendirikan dana perwalian yang menjelaskan kapan anak Anda bisa mendapatkan dan mengelola sendiri warisan orang tuanya. Tanpa dana perwalian yang jeas, anak-anak akan otomatis menerima dana tersebut saat mereka berusia 18 tahun. "Ini adalah jumlah uang yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk dikelola oleh anak berusia 18 tahun," ujar financial planner Chris Cooper di Toledo, Ohio.

Pilihan terbaik adalah berkonsultasi dengan pengacara untuk membuat wasiat dan dana perwalian yang tepat.

Kesalahan 4

Melakukan Pemborosan dalam Keuangan

Saat Anda baru saja menjadi orang tua, akan ada banyak tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup seperti memberi makan anak-anak, pakaian dan hiburan. Sangat sulit rasanya mencari waktu untuk duduk sejenak dan mencatat besarnya pengeluaran setiap bulan. Padahal tindakan ini sangat perlu. Anda harus memastikan bahwa Anda tidak melakukan pembelanjaan yang lebih besar dari pendapatan Anda. "Anda juga harus bisa mengerem keinginan untuk membeli berbagai barang yang sebenarnya tidak perlu, seperti keranjang tidur yang mahal atau stroller dari designer ternama." Ujar Miller, "Bayi Anda tidak akan peduli terhadap hal ini."

Para ahli keuangan setuju bahwa akan sangat sulit untuk bisa menstabilkan keuangan saat Anda sudah terlilit banyak hutang. "Banyak para ibu baru yang memutuskan untuk berhenti bekerja, lalu menghamburkan uang mereka membeli berbagai barang mahal bagi si bayi dengan anggapan bahwa mereka akan bisa menyimpan uang saat kembali bekerja beberapa tahun kemudian," ujar Miller. "Tapi kemudian mereka menyadari bahwa hal ini tidak akan terjadi karena biaya hidup naik setiap tahunnya."

Adalah hal yang sangat penting bagi ibu rumah tangga untuk mengatur keuangan keluarga dengan baik. "Kebanyakan wanita merasa mereka tidak berhak untuk membuat keputusan dalam hal keuangan karena mereka bukan sumber pendapatan keluarga," ujar Mary Claire Allvine, financial planner di Atlanta. "Sesungguhnya baik suami maupun istri harus ikut terlibat dalam perencanaan keuangan keluarga yang bisa membantu Anda berdua mencapai keamanan financial di kemudian hari."