Tuesday 18 June 2013

KESALAHAN YANG SERING TERJADI DALAM PERENCANAAN KEUANGAN KELUARGA


Banyak orang tua baru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam perencanaan keuangan keluarga. Baca tulisan di bawah untuk menghindarkan keluarga Anda dari permasalahan financial.

Saat Anda baru saja memiliki momongan dan hari-hari Anda dipenuhi dengan kesibukan mengisi botol susu, mengganti diaper, dan malam-malam panjang melelahkan tanpa tidur karena si kecil kerap terbangun, adalah mudah untuk mengesampingkan berbagai hal yang sebenarnya krusial dalam hidup. Apalagi jika hal yang dimaksud sangat membosankan seperti: merencanakan keuangan keluarga. Karena itu para orang tua baru sering kali melakukan kesalahan dalam mengelola keuangan mereka, justru pada masa paling penting dalam rumah tangga (karena kehadiran anggota keluarga baru). Kabar baiknya: Sebenarnya, cukup dengan sedikit perhatian dan perencanaan yang tepat, Anda bisa menghindarkan diri dari berbagai kesalahan finansial.

Kesalahan 1

Tidak Memiliki Asuransi Jiwa Yang Tepat

Mungkin Anda sudah menyadari pentingnya memiliki asuransi jiwa sebagai jaring pengaman bagi anak seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan. (Jika Anda belum menyadarinya, kini Anda tahu: Segera daftarkan asuransi jiwa Anda!). Tapi kadangkala, bahkan orang tua yang sudah mendaftarkan diri mengikuti asuransi jiwa tidak mendapatkan perlindungan yang maksimall. "Banyak orang yang tidak mendapatkan klaim yang pantas," ujar Tim Wyman, financial planner di Southfield, Michigan. "Mereka tidak menyadari berapa nilai klaim yang pantas agar keluarga dapat tetap bertahan hidup dengan normal jika kepala keluarga sebagai sumber pendapatan meninggal dunia."

Nilai yang pantas adalah mendapatkan tujuh hingga sepuluh kali lipat dari pendapatan kotor per tahun saat anak-anak masih berusia muda. (Jika seandainya Anda memiliki penghasilan Rp 60 juta per tahun, Anda seharusnya diasuransikan sebesar Rp 420 juta hingga Rp 600 juta). Bahkan para orang tua yang bekerja dari rumah juga sebaiknya memiliki asuransi jiwa: Keluarga Anda juga pasti tetap membutuhkan biaya untuk perawatan anak dan berbagai keperluan lain seperti biaya pendidikan jika terjadi sesuatu pada Anda. Kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda, jadi berkonsultasilah dulu dengan konsultan keuangan.

Kebanyakan konsultan keuangan akan menyarankan Anda untuk memilih "asuransi jiwa berjangka", polis ini memiliki premi yang harus Anda bayarkan dalam jangka waktu tertentu (misalnya 20 tahun). Anda tidak disarankan untuk memilih "asuransi jiwa seumur hidup" atau "asuransi permanen" dimana keluarga Anda hanya akan dilindungi oleh asuransi selama Anda terus membayar preminya. Biasanya, polis permanen-lah yang dianggap sebagai investasi yang paling baik, meski kenyataannya tidak demikian. Banyak orang beranggapan bahwa membayar premi asuransi dengan nilai kecil dan stabil seumur hidup, lebih baik daripada membayar premi dengan jumlah yang lebih besar dalam jangka waktu tertentu. "Sebenarnya tidak demikian," ujar Wyman. "Yang justru lebih penting adalah Anda sudah berhasil memiliki jumlah uang yang cukup besar saat anak-anak masih kecil dan belum lepas dari tanggung jawab Anda."

Penting juga untuk Anda ketahui :

  • Membeli asuransi jiwa untuk anak Anda yang masih bayi. Asuransi ini memiliki premi yang sangat kecil. Tapi seandainya anak Anda bukan seorang bintang sinetron terkenal, ia tidak membutuhkannya. Tujuan utama asuransi adalah untuk menggantikan sumber pendapatan yang hilang seandainya terjadi sesuatu. Kebanyakan bayi tidak memiliki pekerjaan.
  • Asuransi Anda tidak memberi perlindungan terhadap resiko cacat tubuh. Jika Anda pekerja kantoran, tanyakan pada perusahaan seberapa besar dari pendapatan Anda yang dapat Anda klaim jika terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cacat tubuh: seringkali perusahaan hanya bisa memberi kompensasi sebesar 60 sampai 70 persen dari penghasilan Anda. Jika nominal tersebut tidak mencukupi untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari, Anda bisa mengajukan polis asuransi cacat yang dikeluarkan oleh swasta.
 Kesalahan 2

Menunda Untuk Mulai Menabung Dana Pensiun

Dengan semua perhatian yang tercurahkan pada si kecil, sangat mudah untuk melupakan kebutuhan bagi Anda sendiri. Banyak orang tua baru yang justru berhenti menabung untuk dana pensiun mereka supaya bisa mulai membuka dana pendidikan untuk kuliah si kecil. Ini adalah kesalahan yang sangat serius. "Ada banyak program dana pendidikan dan pinjaman dari bank yang bisa Anda ambil untuk membantu membiayai kuliah anak, tapi tidak ada program peminjaman untuk orang-orang yang memasuki masa pensiun," ujar Katrina Miller, financial planner di Golden, Colorado.

Kunci dari memiliki dana pensiun yang cukup, berhubungan erat dengan seberapa lama Anda mulai menabung. Semakin lama Anda berinvestasi, semakin besar hasil yang Anda akan terima. Karena itulah, jika Anda berhenti menabung dana pensiun, Anda beresiko membahayakan masa depan keuangan keluarga. Meskipin keuangan Anda sedang ketat, Anda harus tetap berusaha menyisihkan sebagian uang untuk dana pensiun kelak. (Idealnya, orang tua harus bisa menyisihkan minimal 10 persen dari pendapatan total keluarga setiap bulan).

Selain hal tersebut, Anda pun perlu menyisihkan pendapatan bulanan untuk dana pensiun, coba mulai menyisihkan sebagian lagi untuk dana pendidikan anak, meski hanya Rp 100.000 per bulan. Lebih cepat lebih baik: jika Anda baru mulai menyisihkan uang saat si kecil sudah berusia 5 tahun daripada saat ia baru lahir, Anda harus menyimpan 75 persen lebih banyak untuk mendapatkan jumlah nominal yang sama besarnya saat anak berusia 18 tahun, 

Kesalahan 3

Tidak Berfikir Untuk Membuat Surat Wasiat

 Tidak ada orang yang ingin lama-lama berfikir tentang kematian, apalagi jika Anda punya anak yang masih kecil dan masih menggantungkan hidupnya pada Anda. Tapi jika Anda tidak membuat surat wasiat dan dana perwalian bagi anak, kemungkinan besar si kecil akan terlantar secara financial dan emosional jika Anda tiba-tiba meninggal dunia.

Jika perusahaan tempat Anda bekerja memberi fasilitas kesehatan, segera lakukan reimbursement setelah Anda melakukan pengeluaran. Jika Anda menunda klaim, uang Anda bisa dianggap hangus.

Alasan nomor satu mengapa orang tua membutuhkan surat wasiat: Agar Anda, dan bukan pengadilan atau yayasan kesejahteraan anak yang akan menentukan wali bagi anak-anak Anda. "Saya sering melihat pertengkaran antara mertua, saudara kandung, sepupu bahkan kerabat dekat yang memperebutkan hak asuh anak," ujar Robin Giles, financial planner di Laguna Niguel, California. "Adalah langkah yang lebih cerdas untuk membiarkan semua orang tahu keinginan Anda saat Anda masih hidup."

Hal yang tidak kalah penting adlah mendirikan dana perwalian yang menjelaskan kapan anak Anda bisa mendapatkan dan mengelola sendiri warisan orang tuanya. Tanpa dana perwalian yang jeas, anak-anak akan otomatis menerima dana tersebut saat mereka berusia 18 tahun. "Ini adalah jumlah uang yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk dikelola oleh anak berusia 18 tahun," ujar financial planner Chris Cooper di Toledo, Ohio.

Pilihan terbaik adalah berkonsultasi dengan pengacara untuk membuat wasiat dan dana perwalian yang tepat.

Kesalahan 4

Melakukan Pemborosan dalam Keuangan

Saat Anda baru saja menjadi orang tua, akan ada banyak tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup seperti memberi makan anak-anak, pakaian dan hiburan. Sangat sulit rasanya mencari waktu untuk duduk sejenak dan mencatat besarnya pengeluaran setiap bulan. Padahal tindakan ini sangat perlu. Anda harus memastikan bahwa Anda tidak melakukan pembelanjaan yang lebih besar dari pendapatan Anda. "Anda juga harus bisa mengerem keinginan untuk membeli berbagai barang yang sebenarnya tidak perlu, seperti keranjang tidur yang mahal atau stroller dari designer ternama." Ujar Miller, "Bayi Anda tidak akan peduli terhadap hal ini."

Para ahli keuangan setuju bahwa akan sangat sulit untuk bisa menstabilkan keuangan saat Anda sudah terlilit banyak hutang. "Banyak para ibu baru yang memutuskan untuk berhenti bekerja, lalu menghamburkan uang mereka membeli berbagai barang mahal bagi si bayi dengan anggapan bahwa mereka akan bisa menyimpan uang saat kembali bekerja beberapa tahun kemudian," ujar Miller. "Tapi kemudian mereka menyadari bahwa hal ini tidak akan terjadi karena biaya hidup naik setiap tahunnya."

Adalah hal yang sangat penting bagi ibu rumah tangga untuk mengatur keuangan keluarga dengan baik. "Kebanyakan wanita merasa mereka tidak berhak untuk membuat keputusan dalam hal keuangan karena mereka bukan sumber pendapatan keluarga," ujar Mary Claire Allvine, financial planner di Atlanta. "Sesungguhnya baik suami maupun istri harus ikut terlibat dalam perencanaan keuangan keluarga yang bisa membantu Anda berdua mencapai keamanan financial di kemudian hari."

0 komentar:

Post a Comment