Tuesday 21 May 2013

MEMBANGUN KEKAYAAN LEWAT REKSADANA DAN PROTEKSI ASET

Cara yang efektif untuk membangun kekayaan adalah mengalahkan tingkat inflasi melalui reksadana dalam jangka panjang dan memproteksinya dengan asuransi jiwa dan kesehatan.

ADA TIGA LANDASAN UTAMA dalam mempelajari wealth management. Bagaimana melindungi dan menjaga kekayaan ( Wealth protection and Preservation ), menumbuhkan kekayaan ( Wealth Accumulation and Growth ), dan bagaimana mendistribusikan kekayaan dan menghadapi transisi dari bekerja menjadi pensiun ( Wealth Distribution and Transition ). Membangun kekayaan tidak selalu identik dengan berinvestasi pada surat berharga. Membangun kekayaan dapat diakukan dengan cara menempatkan uang pada deposito, membeli asuransi, berinvestasi pada instrumen saham, obligasi, reksadana, valas, properti atau bahkan berspekulasi pada instrumen yang memiliki resiko tinggi seperti index dan Futures trading.

Bagaimana cara membangun kekayaan tentu disesuaikan dengan tingkat pengetahuan, ketersediaan dana dan waktu yang dimiliki masing-masing orang. Meski demikian, banyak dari alternatif instrumen yang disebutkan di atas mengharuskan masyarakat untuk memiliki tingkat pengetahuan yang memadai dan menyisihkan waktu yang cukup agar bisa mendapatkan keuntungan. Jika tidak, bukannya untung, malah buntung yang didapat.

Dari alternatif instrumen investasi di atas, instrumen investasi yang paling komplit dan sesuai untuk masyarakat dengan karakter pengetahuan dan waktu yang terbatas adalah reksadana. Mengapa demikian? Mari kita ulas keunggulan Reksadana. Reksadana dikelola oleh para profesional yang menguasai tentang seluk beluk berinvestasi di pasar modal. Resiko Investasi diminimalkan melalui diversifikasi. Reksadana adalah instrumen yang likuid dengan pencairan dana maksimum tujuh hari kerja.

Reksadana lebih aman karena disimpan di Bank Kustodian. Regulasi yang ketat dari Bapepam-LK dan Bank Indonesia ( jika dijual melalui Bank ). Akses ke saham dan obligasi dengan minimum investasi kecil ( mulai dari Rp 100.000 ) dan fasilitas investasi berkala membantu supaya investor lebih disiplin. Selain itu, reksadana terbebas dari pajak kupon dan capital gain atas investasinya di obligasi.

Secara umum, ada dua cara yang dapat dilakukan untuk berinvestasi di reksadana. Cara yang pertama yaitu investasi semua sekaligus di awal atau dikenal dengan metode investasi lump sum. Metode ini cocok untuk investor yang memiliki dana besar. Sementara untuk investor yang tidak memiliki dana besar, dapat memilih alternatif cara kedua dengan cara mencicil setiap bulan atau dikenal dengan istilah Rupiah Cost Averaging ( RCA ).

Kedua cara tersebut, dalam jangka panjang memang akan memberikan keuntungan bagi investor. Namun secara logika, tingkat return yang diberikan dengan metode lump sum tentu akan lebih tinggi dibandingkan metode RCA yang memasukkan investasi secara berkala. Keunggulan metode RCA, membantu menurunkan resiko investasi. Pada saat bursa saham mengalami penurunan, investor akan diuntungkan karena masih memiliki dana untuk berinvestasi sehingga mendapatkan rata-rata harga yang lebih murah. Selain itu, investasi dengan metode RCA membantu investor untuk melatih diri agar menjadi lebih disiplin.

Investor dapat memilih cara investasi yang paling sesuai dengan kondisinya masing-masing. Kedua cara ini secara efektif dapat meningkatkan kekayaan investor secara signifikan dalam jangka panjang. Untuk membuktikan hal tersebut penulis melakukan simulasi investasi suatu reksadana saham dengan dua metode yaitu lump sum dan RCA.

Metode Investasi LUMP SUM                Rencana Cerdas                           IHSG

Nominal Investasi 31 Des ' 00                Rp    100.000.000              Rp  100.000.000
Nilai Investasi Akhir 31 Des ' 09             Rp 1.048.810.000             Rp   608.750.000
Keuntungan 9 Tahun                                 Rp    948.810.000              Rp    508.750.000
Keuntungan 9 Tahun (%)                                        948,81%                          508,75%


Metode Investasi Rupiah Cost Averaging      Rencana Cerdas                IHSG

Nominal Investasi Bulanan                               Rp   1.000.000         Rp   1.000.000
Frekuensi Investasi                                                     108 kali                    108 kali
Total Investasi                                                  Rp  108.000.000         Rp  108.000.000
Nilai Investasi Akhir 31 Des ' 09                   Rp  450.640.765         Rp   342.077.456
Keuntungan 9 Tahun                                       Rp  342.640.765         Rp   234.077.456
Keuntungan 9 Tahun (%)                                         317,26%                       216,74%

Simulasi dijalankan dengan menggunakan data reksdana saham selama 9 tahun dari Desember 2000-Desember 2009. Supaya lebih riil, reksadana saham yang digunakan menggunakan contoh sebenarnya yaitu Rencana Cerdas ( Reksadana yang diterbitkan salah satu Perusahaan Asset Management di Indonesia ). Sebagai pembanding digunakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Karena Manajer Investasi dianggap sebagai orang yang lebih memahami pasar modal, maka sudah seharusnya tingkat investasi yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan jika berinvestasi langsung pada IHSG. Hasil simulasi dapat dilihat pada tabel.

INVESTASI DILAKUKAN SETIAP AKHIR BULAN

 Dari hasil simulasi di atas dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang, hasil investasi dari reksadana mengalahkan kinerja IHSG. Kedua cara ini juga terbukti efektif, karena hasil yang dicapai sudah melalui berbagai masa, baik bullish (naik) ataupun bearish(turun). Return investasi yang dicapai juga cukup besar 508% untuk strategi investasi lump sum dan 317% untuk rupiah cost averaging.

Hasil simulasi di atas membuktikan, salah satu cara yang efektif untuk membangun kekayaan (mengembangkan aset pokok kita dengan mengalahkan tingkat inflasi selama periode pengumpulannya) melalui investasi reksadana. Kunci sukses dalam membangun kekayaan melalui reksadana adalah investasi dalam jangka panjang, investasi secara regular/disiplin, dan ayng terpenting memilih produk yang tepat dengan track record yang cukup panjang dan baik dari pengelolanya. Apapun metode investasi yang akan dilakukan akan sangat bermanfaat untuk mengembangkan aset kita dan yang terpenting lagi adalah memproteksi aset-aset kita dengan asuransi jiwa.



Monday 20 May 2013

PERBEDAAN ANTARA REKSADANA DAN ASURANSI JIWA UNIT LINK


Dari beberapa saran yang saya baca, untuk lebih mengoptimalkan
investasi, lebih baik kita memisahkan antara produk asuransi dan produk
investasi (dalam hal ini reksadana), karena dengan demikian kita bisa
lebih memantau investasi kita. Gabungan produk investasi dan asuransi
biasa disebut unit link, inipun juga tidak salah, khususnya buat yang
malas memantau dan mondar mandir ke bank.

Kurang lebih begini ni perbedaan keuntungan dan kerugian unitlink & reksadana :

Keuntungan Unit Link :
  1. Praktis, tinggal pencet no telp bank/agen penjual, staf marketing dengan rayuan mautnya akan segera meluncur ke tempat anda.
  2. Termasuk apply di rumah anda !
  3. Satu paket, jadi gak usah ribet beli asuransi dan investasi.
Kerugian Unit Link :
  1. Biasanya dua tahun pertama, iuran digunakan untuk premi asuransi
    (otomatis uang anda hilang !), baru tahun berikutnya bisa cuti premi
    dan dihitung sebagai investasi (tapi ada beberapa unitlink yang
    langsung memperhitungkan sebagai investasi dari tahun pertama,
    tetapi....setelah 2 tahun baru bisa kita tarik dananya)
  2. Hasil pengembangan investasi terbatas, kita tidak bisa memantau
    kinerja manajer investasi (MI) setiap saat kita ingin. Dan bila kinerja
    MI tidak bagus, kita gak boleh protes !
  3. Resiko investasi sama besar dengan reksadana.
Kerugian Reksadana :
  1. Kalau anda ingin mengetahui reksadana anda harus cari informasi
    sendiri sebanyak mungkin, minimal harus dateng ke Bank dan ketemu
    marketing reksadana di bank. Tapi kalau anda mengharapkan marketingnya
    bisa tinggal telpon dan dia meluncur langsung ke tempat anda (seperti
    halnya unitlink)...sepertinya saya belum pernah denger.
  2. Tidak ada tanggungan asuransi.
Keuntungan Reksadana :
  1. Minimal dengan belajar di awal sebelum berinvestasi, kita bisa lebih
    mengetahui resiko dari berinvestasi itu sendiri. Istilahnya, ibarat
    kita berlari, memang kita akan lebih cepat sampai tujuan, tapi dengan
    mengetahui bahwa ternyata resiko lari itu jatuh, dengan demikian kita
    jadi lebih waspada, berlari dengan pasang mata dan hati2.
  2. Kita bisa ikut aktif memantau perkembangan investasi kita. Kalau
    seumpama kinerja manager investasi kurang baik, kita tinggal pindah
    kelain hati.
  3. Untuk kondisi emergency, kita bisa mencairkan dana setiap saat
    (kurang lebih dana diterima 1 minggu dari waktu pencairan/redeem)
  4. Sekarang reksadana bisa dimulai dari RP. 100 ribu, jadi terjangkau
    oleh semua kalangan (termasuk saya yang cuma ibu erte, hehehe...)
  5. Beberapa bank sudah seperti supermarket reksadana (kita tinggal
    duduk manis di depan komputer, dan beli secara online, contohnya,
    commbank, sorryyy...nyebut merk, sayangnya redeem/pencairannya belum
    bisa online). Jadi resiko malu bawa duit 100 ribu ke bank untuk beli
    reksadana bisa diminimalisasi, hehehe...(salah satu keuntungan juga !)
  6. Keuntungan terakhir (sementara ini), dengan mencari informasi
    sebanyak mungkin tentang reksadana dengan gratis, otomatis anda
    browsing kan di web, dan ketemulah web portal reksadana ini, disini
    selain ilmu kita juga bisa cari temen, sodara, or ilmu-ilmu yang lain
    diluar reksadana (keuntungan non material lah). 
Untuk Kpnsultasi Silakan Menghubungi :

Tjan Budi Tanudjaja
HP          : 0812 1624 2520
Flexi        : 031 781 30181
Email       : tjanbudi1028pru@gmail.com

Sunday 19 May 2013

BERINVESTASI MELALUI REKSADANA SAHAM

Reksadana saham merupakan jenis investasi yang dianjurkan untuk dibeli pada 2013. "Kami lihat tahun ini potensi besar reksadana saham lebih besar daripada SUN maupun obligasi," kata Director Retail Investment & Customer Treasury Head Citi Indonesia Harsya Prasetyo di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, hal ini karena potensi penghasilan dari instrumen investasi yang berupa obligasi dan surat utang negara (SUN) semakin rendah. Pada 2012, potensinya masih cukup tinggi, namun akan semakin turun tahun 2013.

"Dengan SUN yang sangat rendah ini memang yield-nya bisa turun seberapa rendah lagi?" katanya.

Bagi masyarakat yang belum siap untuk membeli reksadana saham karena risikonya yang tinggi, menurut Harsya, investor bisa membagi investasi dalam dua strategi yakni membeli reksadana inti dan taktis.

Reksadana taktis lebih tinggi pergerakan nilainya sehingga bagi investor yang konservatif bisa membeli reksadana inti dengan porsi yang lebih banyak daripada reksadana taktis. "Penempatan pada core harus lebih besar daripada taktisnya," katanya.

 Dengan edukasi yang berkesinambungan kepada investor, maka jenis investasi yang akan diambil selanjutnya akan bergantung pada profil risiko dari pribadi investor itu sendiri. Melalui proses tersebut, diharapkan investor bisa lebih mengerti tentang keputusan investasi yang akan diambilnya.

"Dengan pengetahuan yang bertambah, porsi ke saham bisa ditingkatkan secara perlahan, diharapkan ujung-ujungnya investor punya risk profil yang cocok sesuai tujuan dia," katanya.

Harsya menyarankan agar investor secara bertahap meningkatkan investasinya dengan membeli reksadana pasar uang dengan risiko yang kecil dan selanjutnya bisa membeli reksadana saham yang memiliki potensi kenaikan yang tinggi dalam jangka panjang. 

PENGERTIAN REDENOMINASI

Menurut Wikipedia, Redenominasi adalah Penyederhanaan Nilai Mata Uang menjadi Lebih Kecil tanpa mengubah Nilai Tukarnya. Proses tersebut dilakukan dengan mengurangi angka nol pada mata uang yang berlaku sekarang sehingga Rp 1.000 menjadi 1 dan Rp 10.000 menjadi 10 dan seterusnya. Informasi lebih lengkap mengenai alasan, latar belakang redenominasi bisa dibaca di sumber wikipedia ini.

Sudah banyak pro kontra mengenai urgensi mengenai kebijakan tersebut. Namun, pembahasan kali ini, saya akan lebih fokus kepada jika seandainya kebijakan “Potong Nol” ini dilakukan, apa kira2 efeknya terhadap investasi reksa dana di Indonesia.

 Meski masih simpang siur apakah kebijakan ini jadi dijalankan atau tidak, mengingat kita masih keteteran dengan kenaikan harga sapi, bawang, dan belakangan ini cabe, pada berbagai sumber yang saya baca, memang sudah disiapkan tahapannya. Mulai dari sosialisasi, draft tampilan mata uang yang baru, istilah Rupiah Lama dan Rupiah Baru, hingga pemberlakuan secara total dengan penghilangan istilah Rupiah Lama. Berikut ini adalah draft bentuk mata uang baru yang saya peroleh dari website detik.com.




 Apabila kebijakan ini berlaku, maka PR yang harus dilakukan banyak sekali. PR tersebut bukan hanya dari pihak pemerintah namun juga pihak swasta. Sebab tidak semua sistem yang digunakan di Indonesia terhubung dengan jaringan sistem internet dan menggunakan sistem operasi yang sama. Begitu kebijakan tersebut dilakukan, maka semua sistem perbankan, penggajian, label harga dan barcode di supermarket, pembayaran melalui kartu kredit, harga aplikasi di apps store dan google play, sistem pencatatan di reksa dana di bank kustodian dan segala sesuatu sistem yang berhubungan dengan uang perlu disesuaikan. Ini baru pada keuangan, bagaimana pada semua Surat Perjanjian yang biayanya dinyatakan dalam Rupiah, berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk merevisi dan menandatangani ulang semua surat perjanjian tersebut?


Sekedar sharing pengalaman, saat ini perusahaan tempat saya bekerja memiliki hubungan dengan lebih dari 1 bank kustodian, dan masing-masing kustodian meskipun memberikan jasa yang sama, sistem yang digunakan tidak sepenuhnya sama. Belum lagi kebijakannya. Bagi perusahaan Indonesia yang memiliki induk perusahaan di luar negeri, tentu perubahan sistem bukan masalah kecil karena sistem yang mereka buat harus sepenuhnya mendapat persetujuan dan sesuai dengan sistem mereka di kantor pusat.

Dengan hanya belasan Bank Kustodian di Indonesia saja sudah sedemikian repotnya, saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika dilakukan di industri yang lebih luas seperti bank umum, supermarket, dan jumlah perusahaan lainnya yang tidak terhitung di Indonesia. Dengan adanya undang-undang ini, sepertinya divisi IT akan menjadi bidang pekerjaan yang cukup menjanjikan di masa mendatang karena perusahaan tentu akan berinvestasi besar pada divisi tersebut. 

Sebagai contoh, jangan sampai setelah kebijakan baru berlaku, gaji masih dibayar dengan nominal Rupiah Lama. Misalnya dari 2 Juta Rupiah Lama menjadi 2000 Rupiah baru. Namun karena settingnya masih manual, yang ditransfer tetap 2 juta. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan biaya yang signifikan bagi perusahaan karena gaji naik 1000 kali lipat. Tentu ini bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh.

Kembali ke topik tulisan ini, bagaimana dampaknya terhadap reksa dana? Nah, jika seandainya kebijakan ini sungguh-sungguh diterapkan, maka ada 2 dampak yang mungkin terjadi pada reksa dana.

1. Dampak pada Kinerja.

Memang secara langsung, redenominasi tidak berefek pada kinerja reksa dana mau itu jenisnya saham, campuran, pendapatan tetap ataupun pasar uang. Namun, jangan lupa kinerja dari aset dasar reksa dana ini yaitu saham dan obligasi terkadang bisa dipengaruhi oleh inflasi. Terutama inflasi yang naik karena penyebab yang tidak diperkirakan atau tidak diinginkan. Seperti yang disebutkan pada alinea sebelumnya, sistem yang tidak siap bisa memicu lonjakan biaya bagi perusahaan. Belum lagi pembulatan ke atas, misalnya harga barang tadinya Rp 9.500, setelah berlaku Rupiah baru, harusnya menjadi 9.5 namun dibulatkan menjadi 10. Dari 9.5 ke 10 telah terjadi inflasi “karena pembulatan” sebesar 5.3%

Inflasi di atas jelas tidak diinginkan, dan sesuatu yang sifatnya demikian akan berdampak buruk pada perekonomian dan pada akhirnya berdampak buruk pada harga saham dan obligasi. Oleh karena itulah, suka disebutkan bahwa redenominasi harus dilakukan dalam kondisi ekonomi yang stabil, inflasi terkendali dan pemerintah mampu mengendalikan harga. Semoga kasus Sapi, Bawang dan Cabe kali ini menjadi latihan yang bagus pemerintah untuk mengantisipasi kondisi serupa di masa mendatang.

 2. Dampak terhadap Operasional
Secara operasional, maka fokus saya adalah lebih ke hal teknis. Karena hal teknis, maka sebaiknya penjelasan dengan menggunakan contoh.

Katakan anda membeli suatu reksa dana pada tanggal 21 Maret 2013. Harga beli anda adalah 69,288.7029 (sebagai informasi sebagian besar bank kustodian menggunakan hingga 4 angka dibelakang koma, namun entah karena keterbatasan halaman atau apa, tampilan di koran2 hanya pada 2 angka dibelakang koma). Jumlah uang yang anda investasikan adalah Rp 1.000.000 dengan asumsi biaya pembelian 0%. Berdasarkan informasi di atas, maka unit yang anda peroleh adalah 1.000.000 dibagi 69,288.7029 = 14.432367 unit.

Umumnya pencatatan bank kustodian menggunakan pembulatan 4 angka dibelakang koma, namun hingga saat ini tidak ada ketentuan yang seragam di semua kustodian apakah itu dibulatkan ke atas, ke bawah atau berdasarkan angka (di atas 0.5 bulat ke atas dan di bawah 0.5 bulat ke bawah), atau di ambil hingga angka ke 4 dibelakang koma saja tanpa ada pembulatan sama sekali. Saya asumsikan saja digunakan cara tanpa pembulatan yaitu 14.4323.

Nah, bayangkan besoknya redenominasi dilakukan. Maka tentunya penyesuaian harus dilakukan pada reksa dana juga. Pertanyaannya manakah yang harus disesuaikan. Apakah:
  1. Penyesuaian dilakukan pada harga reksa dana?
  2. Penyesuaian dilakukan pada jumlah unit penyertaan reksa dana?
Jika dilakukan pada harga reksa dana dan asumsi 4 angka dibelakang koma dipertahankan maka harga reksa dana akan berubah dari 69,288.7029 menjadi 69.2887. Apabila hal tersebut dilakukan maka kekayaan anda di reksa dana dalam mata uang Rupiah baru adalah 69.2887 dikalikan 14.4323 = 999.9953. Seharusnya harta anda adalah 1000 dalam mata uang Rupiah baru, namun karena penyesuaian ini berkurang 0.0047 atau 0.00047%. Apakah angka tersebut signifikan bagi anda? Mungkin ada yang berpendapat iya ada juga yang tidak.

Jika dilakukan pada unit penyertaan, maka unit yang tadinya 14.4323 akan dibagi 1000 sehingga menjadi 0.0144. Harta anda dalam mata uang Rupiah baru yang seharusnya Rp 1000 akan menjadi 0.0144 dikalikan 69,288.7029 menjadi 997.7573 atau turun 2.25. Jika dalam persentase adalah 0.225%.

Dari simulasi di atas jelas, bahwa jika dilakukan penyesuaian pada Unit Penyertaan, dampaknya akan lebih besar dibandingkan jika dilakukan pada harga reksa dana. Tentu saja, dampak tersebut dapat diminimalkan dengan memperbanyak asumsi jumlah angka dibelakang koma dari 4 menjadi katakan 8. Atau bisa juga melakukan pembulatan ke atas. Namun, kedua opsi tersebut tentu memiliki nilai minusnya. Jika angka dibelakang koma digunakan hingga 8, maka untuk apa kita melakukan redenominasi. Jika opsi yang dipilih adalah pembulatan ke atas, apabila nilai kekayaan dalam Rupiah baru di atas 1000, siapa yang mau membiayai peningkatan tersebut?

Demikian, ini hanya sekedar sharing saya, efek dari suatu kebijakan (yang belum pasti akan dijalankan) terhadap industri reksa dana. Semoga hal ini sudah diantisipasi oleh semua pihak yang berwenang sehingga tidak terjadi kekacauan dalam prakteknya.


CARA BERINVESTASI MELALUI REKSADANA

Sekedar tips praktis, mungkin berguna bagi investor pemula dengan dana terbatas.
Ada baiknya kita mulai mencermati biaya-biaya investasi yang menjadi beban investor diantaranya adalah:
  1. Biaya pembelian dan penjualan : umum diterapkan oleh MI
  2. Biaya transfer
  3. Biaya fax bukti setoran dan form pembelian/penjualan
Point 1 sudah umum diterapkan sehingga yang perlu dicermati adalah biaya no 2 dan 3, apalagi bila kemampuan investasi kita antara 100 rb s/d 1 jt/bln. Apabila dihitung biaya transfer dan fax terhadap total investasi akan sangat besar. 

Ingin mulai investasi reksadana? Lihat dulu rekening bank yang anda miliki... Berikut tips-tips cara investasi murah berdasarkan pengalaman dan survey pribadi: 

1. Punya rekening Niaga
  • Efisien bila akan investasi di produk dari Manajer Investasi TRIM, Prospera, Jisawi, BNI Sekuritas dimana bank kustodian produk RD tsb diatas adalah bank Niaga. Sehingga bisa transfer via ATM (biaya = 0, krn antar rekening Niaga) dan diterima real time, sehingga keinginan market timing bisa diakomodasi.
  • Biaya transfer saat redeemption juga = 0
  • Terutama untuk TRIM dan BNI Sekuritas, dimana mempunyai kantor-kantor cabang di banyak kota maka biaya fax juga bisa 0. Caranya struk bukti transfer ATM tsb diserahkan ke cabang ybs dan proses selanjutnya (fax ke kantor pusat) akan dikerjakan oleh kantor cabang tsb.
  • Untuk Jisawi dan Prospera terpaksa harus mengeluarkan biaya fax.
  • Khusus produk TRIM Syariah dan Kombinasi 2, karena mempunyai bank kustodian bank asing maka bisa diakali dengan buka 2 rekening: TRIM Kas 2 dan TRIM Syariah/Kombinasi 2. Transfer pertama ke rekening TRIM Kas 2 (dimana bank kustodian Niaga shg biaya = 0) kemudian dialihkan ke TRIM Syariah/Kombinasi 2. Tetapi kerugiannya adalah market timing tidak bisa dipastikan karena pengalihan dari TRIM Kas 2 ke TRIM Syariah/Kombinasi 2 membutuhkan waktu H+3.
2. Punya rekening BCA
  • Efisien bila investasi di produk dari MAMI, karena meskipun bank kustodian-nya asing namun punya rekening sekunder BCA. Transfer via ATM akan diterima secara real time sehingga keperluan market timing bisa diakomodir.
  • Kantor Asuransi Manulife juga relatif banyak dibuka di berbagai kota sehingga biaya fax bisa diakali.
  • Kendalanya: harus tahan malu (berkeras bahwa minimum pembelian produk MAMI adalah 100 rb) dan tahan godaan dari agen penjual, karena biasanya condong menawarkan produk asuransi.
  • Kekurangan: ada biaya administrasi penutupan, jd kalo kita menutup redeemption all unit maka akan dipotong 20 rb.
3. Punya rekening Mandiri
  • Bank ini menjadi agen penjual dari 9 MI yaitu Danareksa, Manulife, Nikko (non RDS), Mandiri Investasi, Batavia Prosperindo, ABN Amro, Schroder dan Bahana (non RDS).
  • Efisien karena bebas biaya transfer, cukup mengisi aplikasi pembelian dan market timing dijamin. Artinya, aplikasi diajukan sebelum pk. 13.00 WIB maka akan mendapatkan NAB hari itu.
  • Ada program menarik, yaitu pembelian reguler tiap bulan dengan cara debet rekening.
  • Namun perlu dikonfirmasi lagi apakah ada bea transfer dari bank kustodian ke rekening investor saat melakukan redeemption.
Dengan alternatif 3 cara tsb, maka beban biaya yang ditanggung adalah administrasi rekening tabungan tiap bulan yaitu 7500 rb s/d 12500 rb. Ada alternatif lain yang menarik, yaitu mempunyai rekening Commonwealth Bank dengan keuntungan sbb:
  1. Supermarket reksadana termasuk dari MI asing ( Fortis, First State, Schroder) dengan minimal pembelian terjangkau tergantung dengan jenis reksadana yang dipilih.
  2. Biaya bulanan cuma 6 rb
  3. Bisa transaksi online
Tapi ada beberapa hal yg perlu dicermati yaitu:
  1. Kantor cabang di kota besar saja, sehingga agak menyulitkan saat buka rekening.
  2. Bila kota domisili tidak ada kantor cabang akan lebih mahal karena harus buka rekening bank lain (termudah adalah BCA). Sehingga biaya makin bengkak, yaitu biaya bulanan dan transfer saat mengisi rekening CommBank.
:)D terkesan itungan banget ya? Tp coba dihitung, apabila kemampuan investasi kita adalah 500 rb/bln maka biaya transfer adalah 1% dari total investasi, bila digabung dengan biaya pembelian bisa lebih besar lagi. 

Untuk Konsultasi Silakan Menghubungi :

Tjan Budi Tanudjaja
HP          : 0812 1624 2520
Flexi        : 031 781 30181
Email       : tjanbudi1028pru@gmail.com