Lebaran pada dasarnya bukan lagi sekedar hari besar agama, 
tetapi juga sudah menjadi semacam budaya yang diinterprestasikan dengan 
berbagai cara. Pendeknya, pada saat lebaran, ada tambahan kebutuhan 
dana. Elvyn G. Masassya
THR (Tunjangan Hari Raya) pada dasarnya merupakan pendapatan atau bagian
 income Anda. Hanya saja, perolehannya setahun sekali. Dus, 
penggunaannya pun secara ideal mestinya mengacu pada konsep pendapatan 
secara umum, yakni untuk konsumsi, saving, dan investasi.
Tentu, jika jumlahnya tidak terlalu besar, mungkin agak sulit bagi Anda 
untuk memenuhi kaidah tersebut. Namun, bukan barti lantas Anda 
mengabaikannya. Paling tidak dengan tetap mengalokasikan THR untuk 
beberapa peruntukan. Bahkan, lebih dari itu, untuk masing-masing pos 
mesti pula dibuatkan detailnya. Ini jika Anda memang benar-benar ingin 
memanfaatkan THR secara optimal.
Memang, biasanya kebutuhan sebagian besar orang adalah bagaimana dapat 
menyiapkan sandang dan pangan yang memadai, lalu biaya untuk pulang 
kampung atau berlibur. Bagi komunitas tertentu, lebaran juga diartikan 
dengan membeli pelbagai perangkat rumah tangga baru, misalnya perabotan,
 sofa dan lain sebagainya. Ya, sebab, lebaran pada dasarnya bukan lagi 
sekedar hari besar agama, tetapi juga sudah menjadi semacam budaya yang 
diinterprestasikan dengan berbagai cara. Pendeknya, pada saat lebaran, 
ada tambahan kebutuhan dana
Masalahnya, apakah seluruh keinginan tersebut mesti dipenuhi dan 
menghabiskan THR yang Anda peroleh? Idealnya tidak. Seperti telah 
diutarakan di atas, THR merupakan bagian dari income tahunan Anda yang 
mesti dikelola dengan prinsip perolehan pendapatan. Konkretnya, Anda 
bagi dulu pendatapan Anda menjadi tiga bagian, yakni untuk konsumsi, 
saving, dan investasi. Bagaimana persentasenya? Terserah Anda, yang 
penting teralokasi untuk ketiga hal tersebut.
Mungkin Anda akan mempertanyakan, apakah mungkin THR yang cuma 
“segelintir” dapat digunakan secara ideal sebagaimana dipaparkan di 
atas? Jawabannya adalah dapat, sepanjang Anda tidak menafsirkan ketiga 
elemen di atas (konsumsi, saving dan investasi) secara harfiah. Apa 
maksudnya? Begini.
Konsumsi dalam arti sehari-hari adalah bagaimana Anda memenuhi kebutuhan
 dasar, seperti pangan, sandang dan papan (khususnya yang tidak 
diproduktifkan). Artinya, barang atau jasa yang Anda beli tersebut tidak
 akan menghasilkan pendapatan. Namun, dalam konteks konsumsi lebaran, 
sebenarnya jika Anda membeli barang-barang tertentu, seperti perabot, 
peralatan rumah tangga, maka konsumsi tersebut bisa digolongkan konsumsi
 yang semi produktif. Sebab, peralatan yang Anda beli akan menambah aset
 Anda. Di kemudian hari bisa saja peralatan tersebut Anda jual kembali. 
Ini sejalan dengan konsep bahwa pendapatan merupakan elemen untuk 
menaikan aset.
Namun, di sisi lain, pendapatan juga bisa diartikan sebagai sumber untuk
 mengurangi utang. Sebab, pada dasarnya, yang lebih penting bagi setiap 
orang adalah net asset-nya, yakni selisih antara uang dengan kekayaan.
Nah, dalam pengertian ini, mestinya sebagian THR yang Anda peroleh 
diperuntukkan bagi konsumsi dalam bentuk pembelian aset, agar aset Anda 
bertambah. Atau juga membayar utang Anda. Mana yang mau dipilih, 
terserah Anda. Namun yang pasti peruntukkan pertama THR mestinya adalah 
untuk salah satu dari kedua hal tersebut.
Dalam konteks yang lain, pendapatan juga merupakan sumber untuk 
membiayai konsumsi. Dalam kaitan dengan lebaran, maka tambahan konsumsi 
berupakan sandang dan pangan tentu wajar. Yang perlu dipertimbangkan 
disini adalah, apakah konsumsi yang hendak Anda penuhi tersebut 
merupakan kebutuhan atau sekedar keinginan? Ada baiknya, Anda membuat 
prioritas dalam pemenuhan konsumsi tersebut. Misalnya, kebutuhan pakaian
 baru untuk anak-anak tentu lebih penting ketimbang buat Anda.
Lalu pengertian mengenai saving dalam kaitan dengan lebaran 
tentu saja yang dimaksud di sini tidak persis sama dengan pengertian 
saving sehari-hari, yakni untuk berjaga-jaga dalam jangka panjang. Saving dalam konteks lebaran lebih merupakan alokasi dana yang peruntukannya adalah untuk hal yang tidak terduga.
Misalnya, Anda hendak mudik lebaran. Tiba-tiba dalam perjalanan ada 
anggota keluarga yang sakit dan mesti dibawah ke rumah sakit. Maka saving yang Anda persiapakan dapat digunakan untuk keperluan membiayai anggota keluarga yang sakit tersebut.
Tentu saja masih banyak contoh-contoh lain. Namun, intinya, sebagian THR Anda mesti disisihkan dalam bentuk saving yang penggunaannya adalah untuk berjaga-jaga di masa lebaran.
Terakhir adalah investasi. Dalam kaitan dengan lebaran, investasi di 
sini sama sekali berbeda dengan investais yang mungkin selama ini Anda 
pahami, seperti membeli saham di pasar modal dan sejeninsnya. Investasi 
di sini adalah bahwa sebagian THR Anda sebaiknya dialokasikan untuk 
membayar zakat, fitrah, sumbangan, sedekah dan berbagai charity lainya.
Dengan kata lain, Anda menggunakan sebagian THR Anda untuk “long term 
investment” yang hasilnya akan Anda nikmati di saat Anda sudah berada di
 alam lain.
Kesimpulannya, kendati jumlah THR yang Anda peroleh mungkin tidak 
terlalu besar, namun keliru jika menganggap THR semata-mata hanya untuk 
konsumsi. Bagiamanapun THR adalah pendapatan yang penggunaannya pun 
mestinya mengikuti pakem yang lazim dalam pengelolaan pendapatan. 
Sumber dari :
http://www.infobanknews.com/thr-untuk-investasi







Keren. Saya juga nemu artikel menarik yang sejenis nih. cek di sini ya: Manfaat hebat pakai uang THR untuk investasi
ReplyDelete