
Menyambung cerita dari tulisan sebelumnya ttg perbandingan antara
tabungan pendidikan, asuransi pendidikan dan reksadana (RD) plus
asuransi kesehatan, akhirnya gw memutuskan utk menggunakan RD,
khususnya RD saham, sebagai alat untuk berinvestasi rutin dlm
mempersiapkan dana pendidikan utk anak gw. Kenapa? Mari kita bahas dulu
latar belakangnya, dimana proses mutusin penggunaan RD ini gw ambil
melalui beberapa tahap. Semua ini sebenarnya mulai gw pikirin semenjak
baca artikel Ligwina (makasih mbak) di Kontan Juni 2009 (artikel 1 dan artikel 2). Lengkap banget kan yah? So mending baca dulu kali ya, abis itu baru lanjutin baca blog ini, anggap aja jadi contoh kasus ;p
Langkah paling awal tentu
saja menentukan berapa besar kebutuhan biaya sekolah mulai dari SD sampe
kuliah nanti. Caranya tinggal niru dari artikel Ligwina tadi. Hanya
bedanya, angkanya ngga gw ambil bulet2, tapi sedikit ngelakuin survey
kecil2an (juga lewat nanya2 ke sodara or temen yg baru masukin anak ke
sekolah) untuk tau berapa kebutuhan dana sekolah saat ini. Berdasarkan
info ini, gw proyeksiin deh future valuenya (dengan excel tentunya).
Hasilnya emang ga jauh beda ama angka di artikel Ligwina sih, dimana
biaya masuk SD, SMP, SMA dan kuliah dimasa depan (umur anak gw baru 2
bulan skrg) adalah masing2 Rp 35juta, Rp 95juta, Rp 170 juta dan Rp 900
juta .
Kedua:
Setelah tau kebutuhan dana tersebut, selanjutnya gw mulai ngitung brapa kemampuan
keuangan gw untuk menabung rutin setiap bulannya. Nah, dari hasil kalkulasi kemampuan ini baru kita bisa nentuin berapa tingkat return yg kita butuhkan agar tujuan proyeksi biaya kita bisa tercapai. Dalam hal ini, karna kebetulan kemampuan gw utk menabung tidak lebih dari 1 juta per bulannya, maka akhirnya return tabungan gw harus berkisar di level 25%.
keuangan gw untuk menabung rutin setiap bulannya. Nah, dari hasil kalkulasi kemampuan ini baru kita bisa nentuin berapa tingkat return yg kita butuhkan agar tujuan proyeksi biaya kita bisa tercapai. Dalam hal ini, karna kebetulan kemampuan gw utk menabung tidak lebih dari 1 juta per bulannya, maka akhirnya return tabungan gw harus berkisar di level 25%.
Ketiga:
Mulailah menentukan produk apa yg kemungkinan bisa kita gunakan untuk mencapai
tingkat return yg kita inginkan. Dalam kasus gw, satu2nya instrumen yg bisa ngasih return di atas 25% sekaligus memungkinkan gw untuk selalu berinvestasi secara rutin hanyalah RD saham (red: gw lupa baca dimana, tp menurut data historis, sejak tahun 1997 sd 2009 return per tahun IHSG masih berada diatas 25%).
tingkat return yg kita inginkan. Dalam kasus gw, satu2nya instrumen yg bisa ngasih return di atas 25% sekaligus memungkinkan gw untuk selalu berinvestasi secara rutin hanyalah RD saham (red: gw lupa baca dimana, tp menurut data historis, sejak tahun 1997 sd 2009 return per tahun IHSG masih berada diatas 25%).
Keempat:
Barulah langkah menyeleksi RD saham dan agen penjual
dimulai. Skali lagi, gw memilih utk membeli RD saham melalui bank
dengan alasan kepraktisan.
Berikut hasil simulasi dana pendidikan untuk anak gw yg kebetulan telah berjalan 2 bulan:
1. Investasi rutin RD saham (per bulan): Rp 600rb. Darimana muncul
angka ini? Pertama tentu saja dari perhitungan tingkat suku bunga yg
telah kita bahas sebelumnya dimana proyeksi return gw adalah sebesar 25%
per tahun. Nah, berikutnya baru bisa kehitung angka Rp 600rb dari sini
nih:
Jadi, biaya pada tiap tingkat sekolah gw present value-in (dengan
manfaatin fungsi PV sederhana di excel) sesuai waktunya dan suku bunga
yg diharpakan, maka didapatlah detail kebutuhan investasi rutin masing2
tingkatan, dimana total investasi rutin yg dibutuhkan adalah Rp 599,935
or Rp 600rb. Dgn sendirinya pada tahun 2016, saat anak gw dah masuk
sekolah, maka beban investasi gw akan berkurang Rp 195rb.
2. Dengan asumsi setiap bulan gw harus nabung rutin sebesar Rp 600rb di RD saham, maka berikut adalah summary singkat hasil yg diperoleh:
2. Dengan asumsi setiap bulan gw harus nabung rutin sebesar Rp 600rb di RD saham, maka berikut adalah summary singkat hasil yg diperoleh:
Dengan tingkat bunga 25% per tahun maka bisa dilihat saldo yg akan
gw kumpulin setiap periode awal pendidikan. Terbukti bahwa ternyata
dengan uang sebesar Rp 600rb per bulan maka kebutuhan dana pendidikan
anak yg super gede akan terpenuhi. Amien…
Catatan dikit, ilustrasi di atas bener2 suatu kondisi yg sesuai
dengan kondisi gw, dalam hal ini menyangkut kemampuan finansial utk
berinvestasi rutin dan tingkat toleransi terhadap risiko. Temen-temen
mungkin akan berbeda. Contohnya, kalo toleransi risikonya rendah, yg
artinya akan ngaruh ke tingkat bunga yg diharapkan (jadi lebih rendah
dengan produk yg berisiko lebih rendah), maka tingkat investasi rutin
per bulannya juga tentu akan lebih tinggi. It’s OK selama kita mampu
secara financial. Artinya kalo pun temen2 ada yang mau nyiapin dana
pendidikan melalui tabungan pendidikan ya silakan aja, tp konsekuensinya
adalah investasi rutinnya akan makin gede. Yang penting kita udah
tau dulu brapa target jumlah dana yg dibutuhkan nanti di masa depan dan
kita yakin bahwa itu akan terpenuhi dgn instrumen yg kita pakai.
Satu lagi yg ngga kalah penting adalah review secara rutin terhadap
return investasi yg diterima, kalo ternyata kurang dari proyeksi
perhitungan ya artinya investasi rutinnya perlu ditambah. Pastiin bahwa
investasi kita masih terus berjalan di jalur yg benar.
Untuk Konsultasi Silakan Menghubungi Agen Berlisensi :
Tjan Budi Tanudjaja
HP : 081 216 242520
Flexi : 031 781 30181
0 komentar:
Post a Comment