Wednesday, 31 July 2013

Tips Mengelola THR Untuk Investasi



Lebaran pada dasarnya bukan lagi sekedar hari besar agama, tetapi juga sudah menjadi semacam budaya yang diinterprestasikan dengan berbagai cara. Pendeknya, pada saat lebaran, ada tambahan kebutuhan dana. Elvyn G. Masassya

THR (Tunjangan Hari Raya) pada dasarnya merupakan pendapatan atau bagian income Anda. Hanya saja, perolehannya setahun sekali. Dus, penggunaannya pun secara ideal mestinya mengacu pada konsep pendapatan secara umum, yakni untuk konsumsi, saving, dan investasi.

Tentu, jika jumlahnya tidak terlalu besar, mungkin agak sulit bagi Anda untuk memenuhi kaidah tersebut. Namun, bukan barti lantas Anda mengabaikannya. Paling tidak dengan tetap mengalokasikan THR untuk beberapa peruntukan. Bahkan, lebih dari itu, untuk masing-masing pos mesti pula dibuatkan detailnya. Ini jika Anda memang benar-benar ingin memanfaatkan THR secara optimal.

Memang, biasanya kebutuhan sebagian besar orang adalah bagaimana dapat menyiapkan sandang dan pangan yang memadai, lalu biaya untuk pulang kampung atau berlibur. Bagi komunitas tertentu, lebaran juga diartikan dengan membeli pelbagai perangkat rumah tangga baru, misalnya perabotan, sofa dan lain sebagainya. Ya, sebab, lebaran pada dasarnya bukan lagi sekedar hari besar agama, tetapi juga sudah menjadi semacam budaya yang diinterprestasikan dengan berbagai cara. Pendeknya, pada saat lebaran, ada tambahan kebutuhan dana

Masalahnya, apakah seluruh keinginan tersebut mesti dipenuhi dan menghabiskan THR yang Anda peroleh? Idealnya tidak. Seperti telah diutarakan di atas, THR merupakan bagian dari income tahunan Anda yang mesti dikelola dengan prinsip perolehan pendapatan. Konkretnya, Anda bagi dulu pendatapan Anda menjadi tiga bagian, yakni untuk konsumsi, saving, dan investasi. Bagaimana persentasenya? Terserah Anda, yang penting teralokasi untuk ketiga hal tersebut.

Mungkin Anda akan mempertanyakan, apakah mungkin THR yang cuma “segelintir” dapat digunakan secara ideal sebagaimana dipaparkan di atas? Jawabannya adalah dapat, sepanjang Anda tidak menafsirkan ketiga elemen di atas (konsumsi, saving dan investasi) secara harfiah. Apa maksudnya? Begini.

Konsumsi dalam arti sehari-hari adalah bagaimana Anda memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang dan papan (khususnya yang tidak diproduktifkan). Artinya, barang atau jasa yang Anda beli tersebut tidak akan menghasilkan pendapatan. Namun, dalam konteks konsumsi lebaran, sebenarnya jika Anda membeli barang-barang tertentu, seperti perabot, peralatan rumah tangga, maka konsumsi tersebut bisa digolongkan konsumsi yang semi produktif. Sebab, peralatan yang Anda beli akan menambah aset Anda. Di kemudian hari bisa saja peralatan tersebut Anda jual kembali. Ini sejalan dengan konsep bahwa pendapatan merupakan elemen untuk menaikan aset.

Namun, di sisi lain, pendapatan juga bisa diartikan sebagai sumber untuk mengurangi utang. Sebab, pada dasarnya, yang lebih penting bagi setiap orang adalah net asset-nya, yakni selisih antara uang dengan kekayaan.

Nah, dalam pengertian ini, mestinya sebagian THR yang Anda peroleh diperuntukkan bagi konsumsi dalam bentuk pembelian aset, agar aset Anda bertambah. Atau juga membayar utang Anda. Mana yang mau dipilih, terserah Anda. Namun yang pasti peruntukkan pertama THR mestinya adalah untuk salah satu dari kedua hal tersebut.

Dalam konteks yang lain, pendapatan juga merupakan sumber untuk membiayai konsumsi. Dalam kaitan dengan lebaran, maka tambahan konsumsi berupakan sandang dan pangan tentu wajar. Yang perlu dipertimbangkan disini adalah, apakah konsumsi yang hendak Anda penuhi tersebut merupakan kebutuhan atau sekedar keinginan? Ada baiknya, Anda membuat prioritas dalam pemenuhan konsumsi tersebut. Misalnya, kebutuhan pakaian baru untuk anak-anak tentu lebih penting ketimbang buat Anda.

Lalu pengertian mengenai saving dalam kaitan dengan lebaran tentu saja yang dimaksud di sini tidak persis sama dengan pengertian saving sehari-hari, yakni untuk berjaga-jaga dalam jangka panjang. Saving dalam konteks lebaran lebih merupakan alokasi dana yang peruntukannya adalah untuk hal yang tidak terduga.

Misalnya, Anda hendak mudik lebaran. Tiba-tiba dalam perjalanan ada anggota keluarga yang sakit dan mesti dibawah ke rumah sakit. Maka saving yang Anda persiapakan dapat digunakan untuk keperluan membiayai anggota keluarga yang sakit tersebut.

Tentu saja masih banyak contoh-contoh lain. Namun, intinya, sebagian THR Anda mesti disisihkan dalam bentuk saving yang penggunaannya adalah untuk berjaga-jaga di masa lebaran.

Terakhir adalah investasi. Dalam kaitan dengan lebaran, investasi di sini sama sekali berbeda dengan investais yang mungkin selama ini Anda pahami, seperti membeli saham di pasar modal dan sejeninsnya. Investasi di sini adalah bahwa sebagian THR Anda sebaiknya dialokasikan untuk membayar zakat, fitrah, sumbangan, sedekah dan berbagai charity lainya.

Dengan kata lain, Anda menggunakan sebagian THR Anda untuk “long term investment” yang hasilnya akan Anda nikmati di saat Anda sudah berada di alam lain.

Kesimpulannya, kendati jumlah THR yang Anda peroleh mungkin tidak terlalu besar, namun keliru jika menganggap THR semata-mata hanya untuk konsumsi. Bagiamanapun THR adalah pendapatan yang penggunaannya pun mestinya mengikuti pakem yang lazim dalam pengelolaan pendapatan. 

Sumber dari :
http://www.infobanknews.com/thr-untuk-investasi

1 komentar: