Menyiapkan kebutuhan anak saat masuk bangku kuliah tak melulu
terkait biaya sekolah. Biaya hidup anak selama kuliah, terutama yang di
luar kota atau mancanegara perlu juga disiapkan. Apa saja yang perlu
ditempuh untuk antisipasi?
Prinsip selangkah lebih maju lazim dipegang oleh para orangtua. Saat
ayah dan ibu mengecap pendidikan S1 atau S2, menjadi sesuatu yang wajar
jika orangtua tersebut mengharapkan anak-anak mereka mengecap pendidikan
melampaui pencapaian mereka tersebut.
Jika dahulu orangtua meraih gelar pendidikan tinggi di universitas
dalam negeri, sang anak kelak kalau bisa jauh menuntut ilmu hingga ke
negeri seberang. Namun, mimpi atau ambisi orangtua yang demikian tinggi
akan sia-sia semata jika tanpa didahului dengan persiapan lahir batin.
Persiapan batin mungkin lebih bersifat internal. Seperti menimbang
dan menghargai ego dan ambisi anak yang pasti memiliki minat, ambisi,
dan mimpi sendiri. Ini berkait dengan pemilihan program studi juga
universitas incaran.
Adapun, para orangtua akan lebih dituntut menyiapkan persiapan lahir.
Dalam hal ini, yang paling mencolok adalah persiapan biaya pendidikan
berikut biaya hidup sang anak.
Jika Anda sudah terlanjur sakit perut membaca paparan tentang
kebutuhan biaya kuliah nan luar biasa besar, bersiaplah untuk
memanjangkan napas lebih lama.
Kebutuhan biaya kuliah anak yang sudah Anda hitung, apakah yang
dihitung sendiri atau dengan bantuan jasa perencana keuangan, belumlah
termasuk biaya hidup si anak saat menempuh pendidikan tinggi. Terlebih
jika kelak anak Anda berkuliah di luar kota atau mancanegara tanpa
sokongan beasiswa bernilai penuh. Biaya hidup mereka saat kuliah kelak,
ada baiknya turut disiapkan dari jauh-jauh hari.
A. Jangan tunda
Apa sajakah yang termasuk biaya hidup anak saat kuliah? Yang pasti
adalah kebutuhan primer anak selama menjalani studi di tanah orang,
mulai dari kebutuhan papan alias tempat tinggal, lalu kebutuhan makan
dan pakaian, juga transportasi dan sosialisasi anak.
Jika anak Anda akan kuliah di negeri orang, maka perlu juga Anda
siapkan tiket keberangkatan berikut biaya-biaya pembuatan visa pelajar.
"Masing-masing negara berbeda syarat dan biayanya," kata Lisa Soemarto, perencana keuangan AFC Financial.
"Masing-masing negara berbeda syarat dan biayanya," kata Lisa Soemarto, perencana keuangan AFC Financial.
Beberapa negara juga mensyaratkan agar para pelajar asing yang datang
ke negeri mereka sudah dilindungi dengan asuransi kesehatan.
Lisa Soemarto, perencana keuangan AFC Financial, menyarankan para
orangtua agar mempersiapkan dana biaya hidup saat anak kuliah, jauh-jauh
hari. Ini bertujuan meringankan penyisihan dana, sama saja dengan
prinsip pencapaian tujuan keuangan yang lain.
Jika anak Anda saat ini masih di dalam perut, mungkin Anda merasa
terlalu cepat menyiapkan dengan terperinci kebutuhan biaya hidupnya saat
kuliah kelak. Namun, menunda sama artinya menambah ongkos baru yang
harus Anda tanggung, yakni risiko waktu dan risiko tak tercapainya
tujuan keuangan.
Berikut KONTAN beberkan langkah-langkah apa saja yang perlu
dipersiapkan oleh orangtua dalam menyiapkan dana biaya hidup saat buah
hati menempuh studi pendidikan tinggi:
1. Riset tempat tujuan
Langkah pertama yang perlu Anda tempuh dalam menyiapkan biaya hidup Anak saat kuliah adalah meriset tentang daerah, kota, atau negara. Poin ini tentu tidak terlalu signifikan bagi Anda yang hendak menguliahkan anak di kota tempat tinggal keluarga saat ini.
Langkah pertama yang perlu Anda tempuh dalam menyiapkan biaya hidup Anak saat kuliah adalah meriset tentang daerah, kota, atau negara. Poin ini tentu tidak terlalu signifikan bagi Anda yang hendak menguliahkan anak di kota tempat tinggal keluarga saat ini.
Jika tempat kuliah yang Anda tuju untuk anak adalah kota di dalam
negeri, Anda boleh berharap beban biaya yang perlu disiapkan akan lebih
ringan. Paling tidak, ongkos transportasi tidak menjadi kendala
signifikan jikalau suatu ketika anak Anda ingin menjangkau si orangtua
atau sebaliknya.
Lantas, apa saja yang perlu diriset? Pertama, biaya makan. Ambil
contoh di Yogyakarta, sebagai kota dengan biaya hidup relatif rendah.
Satu dasawarsa silam, harga sepiring nasi bermenu lengkap cuma Rp
2.000-Rp 5.000. Sekarang, akibat inflasi, biayanya sudah berkisar antara
Rp 7.000 sampai Rp 10.000 per piring.
Ambil asumsi per hari biaya makan Rp 40.000 atau Rp 1,2 juta per
bulan. Berapa kira-kira 18 tahun lagi saat anak Anda berkuliah di sana?
Jika diasumsikan inflasi per tahun 10%, maka 18 tahun lagi biaya makan
sebulan di Yogyakarta mencapai Rp 6,67 juta.
Riset serupa juga harus Anda lakukan jika tempat kuliah anak kelak
ada di mancanegara. Telusuri informasi yang tumpah ruah di internet
tentang biaya makan di satu negara (lihat tabel biaya hidup).
Bertanya pada kolega yang pernah bersekolah atau menyekolahkan anak
di sana juga bisa dilakukan. "Jangan sungkan bertanya pada forum-forum
online atau milis yang terkait dengan kuliah di luar negeri," saran
Rajius Idzalika, mahasiswa program doktor di Georg-August-Universität
Göttingen, Jerman.
Semakin spesifik riset yang Anda lakukan akan lebih bagus karena
setiap kota memiliki profil berbeda. Misalnya, Anda berniat
menyekolahkan anak di Inggris, tepatnya di Canterbury. Kumpulkan
informasi spesifik tentang kota tersebut. "Canterbury dekat dengan
London sehingga biaya hidup sedikit lebih mahal dibandingkan di Leeds
atau Birmingham," ujar Karmila Parakassi, yang tengah menempuh studi S2
di Kent University.
Kedua, biaya tempat tinggal. Anak Anda mau tinggal di mana selama
kuliah di tanah orang? Di apartemen, di rumah kontrakan, atau kamar
petak alias kos-kosan? Kebutuhan biaya setiap pilihan tentu berbeda.
Ambil contoh termurah, yakni kamar petak alias kos. Saat ini di
Surabaya, sewa kamar kos untuk mahasiswa di bilangan Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS) minimal dibanderol Rp 150.000 per bulan. Jika
diasumsikan inflasi per tahun tarif kos sebesar 20%, maka 10 tahun lagi
menjadi sekitar Rp 930.000 per bulan.
Di luar negeri, mencari kamar kos di daerah luar kampus, seturut
pengalaman Karmila, bisa lebih murah yaitu £ 295 per bulan untuk ukuran
single bed. "Kalau di daerah kampus rata-rata sudah £ 400 per bulan,"
jelasnya.
Ketiga, biaya transportasi. Jika memakai kendaraan sendiri maka yang
perlu dihitung adalah kebutuhan bensin dan tentu saja dana pembelian
kendaraan. Toh, kendaraan itu baru dipakai anak Anda beberapa tahun
mendatang. Lebih baik menabung dana pembelian ketimbang membeli sekarang
karena nilainya akan menurun.
Jika mengasumsikan anak Anda kelak memanfaatkan fasilitas
transportasi publik, menyurvei biaya transportasi publik di daerah
tujuan harus dilakukan. "Di Göttingen sini, naik bis sekali jalan
sekitar € 1,5 euro," kata Rajius.
Keempat, biaya lain-lain. Misal, terkait biaya pendukung aktivitas
perkuliahan, dari mulai buku kuliah, praktikum, dan seterusnya.
2. Riset keberangkatan
Setelah meriset tentang profil daerah tempat calon kampus anak Anda,
jangan lupa pula meriset kebutuhan biaya keberangkatan. Ini khusus untuk
anak yang hendak kuliah di luar negeri menimbang biayanya yang lebih
signifikan.
Pernak-pernik kebutuhan keberangkatan ke negeri seberang antara lain
menyangkut biaya pengurusan visa studi. Di beberapa negara, mensyaratkan
perlindungan asuransi kesehatan bagi mahasiswa yang kuliah di sana.
Pembuatan asuransi memang baru akan diurus mendekati keberangkatan,
namun tak ada salahnya Anda meriset harga asuransi kesehatan saat ini
dan menyiapkan antisipasi dana hingga nanti dibutuhkan. Oh, iya, jangan
lupa persiapan biaya tiket keberangkatan.
3. Susun perencanaan
Setelah semua informasi terkait biaya hidup di kota tujuan berikut
persiapan biaya keberangkatan, sudah Anda kantongi. Kini saatnya Anda
mulai menyusun perencanaan aksi menabung atau investasi.
Triknya serupa dengan menyiapkan biaya kuliah (lihat halaman 14),
yakni asumsi biaya saat ini dikalikan asumsi inflasi dan jangka waktu
yang tersisa sebelum tenggat penggunaan dana datang.
Sebagai contoh hitungan sederhana, perkiraan total biaya hidup kuliah
di Surabaya saat ini adalah Rp 30 juta per tahun. Total biaya selama
studi empat tahun sekitar Rp 120 juta. Asumsi inflasi berkisar 15% per
tahun. Nah, 10 tahun lagi anak Anda mulai masuk kuliah. Berarti,
kebutuhan dana si buah hati yang harus disiapkan berkisar Rp 485,5 juta.
Khusus untuk Anda yang hendak menyekolahkan anak di luar negeri,
menimbang gerak kurs alias nilai tukar mata uang di negara tujuan juga
perlu diperhitungkan.
Prita Ghozie, perencana keuangan ZAP Finance, menyarankan, jika
jangka waktu menuju tenggat penggunaan dana masih di atas lima tahun,
ada baiknya Anda berinvestasi dalam rupiah saja. Ini menilik laju return
produk investasi dalam dollar AS maupun dollar Australia yang masih
lebih rendah. Nah, ketika nanti sekitar lima tahun atau kurang dari itu
tenggat penggunaan dana datang, anda perlu mengonversi dana ke mata uang
terkait.
Perencana keuangan MRE Consulting Diana Sandjaja menyarankan,
sebaiknya dana biaya kuliah atau biaya hidup selama kuliah ditukarkan ke
mata uang terkait paling lama satu tahun sebelum digunakan. Itupun
perlu menimbang kondisi makroekonomi saat itu. "Tidak disarankan untuk
menabung dalam mata uang asing secara langsung karena return-nya
dikhawatirkan tidak bisa mengejar inflasi biaya," kata dia.
4. Mulai beraksi
Anda bisa menyusun perencanaan keuangan sendiri atau meminta jasa
financial planner. Tarif jasa para perencana keuangan saat ini cukup
beragam. Ada yang dengan tarif sekitar Rp 8 juta untuk setiap kontrak,
Anda sudah bisa diberikan jasa konsultasi dan penyusunan financial plan
lengkap termasuk untuk biaya pendidikan dan biaya hidup kuliah.
Jika memilih menerapkan perencanaan sendiri tanpa bantuan financial
planner, Anda perlu meluangkan waktu lebih untuk memilih produk
investasi yang tepat demi tercapaianya tujuan keuangan.
Ingat prinsip kesebandingan risiko dan return dalam produk investasi.
Hal itu berimplikasi pada pilihan produk. Jika penggunaan dana masih
lama (di atas 10 tahun), memutar dana di saham atau reksadana saham bisa
jadi pilihan. Jika penggunaan dana antara lima tahun hingga 10 tahun,
Anda bisa memilih obligasi atau reksadana campuran. Di bawah lima
tahun hingga tiga tahun, sebaiknya memanfaatkan reksadana pendapatan
tetap atau logam mulia emas. Kurang dari tiga tahun, Anda bisa memutar
dana di reksadana pasar uang atau sertifikat deposito.
Reksadana banyak direkomendasikan para perencana keuangan karena
relatif ringan dan mudah dijangkau. Dengan setoran minimal Rp 100.000,
Anda bisa mulai berinvestasi. Bandingkan dengan investasi saham atau
obligasi yang butuh dana minimal Rp 5 juta–Rp 10 juta.
Untuk meminimalkan risiko tidak tercapainya target dana, Anda perlu
mengecek kondisi kesehatan keuangan dan memonitor hasil investasi.
Semoga tujuan pendidikan si buah hati tercapai. Jangan menyerah sebelum
berusaha, ya.
Sumber dari :
http://personalfinance.kontan.co.id/news/menyiapkan-biaya-hidup-anak-ketika-kuliah
0 komentar:
Post a Comment