Thursday 23 May 2013

BERINVESTASI MAUPUN TIDAK BERINVESTASI TETAP BERESIKO

 Di bandingkan 10 sampai 20 tahun yang lalu, beberapa tahun belakangan ini semarak investasi sungguh jauh berbeda. Kini, orang "biasa" pun sudah memiliki investasi di pasar keuangan, khususnya pasar modal. Dahulu. hanya segelintir orang saja, dan tentunya hanya mereka yang memiliki kekayaan berlebih saja yang berani menyelam di industri pasar moda.
Dahulu, investasi juga sangat terbatas. Biasanya hanya ditempatkan pada emas, tanah, properti, mata uang asing dan sejenisnya. Saat ini berbagai macam instrumen investasi dapat dipilih oleh investor, baik investor "kakap" maupun investor dengan kocek terbatas.
Namun fenomena ini tidak menjadikan seseorang tidak takut lagi akan resiko investasi. Masih banyak golongan menengah yang memiliki uang namun mereka hanya duduk manis di tabungan atau deposito. Seringkali alasan mereka cukup klasik : tak mau berinvestasi karena takut dengan resikonya. Padahal, tidak berinvestasi pun ada resikonya. Bahkan bisa lebih besar, kok bisa ?
Coba lihat tabel perbandingan antara menabung di bank dengan berinvestasi di Reksadana Saham.
 







Ilustrasi dari tabel di atas sebagai berikut :
A menyisihkan uang Rp 1 juta per bulan selama 20 tahun untuk ditabung dengan tujuan uangnya kelak akan di pakai pada saat dia pensiun. A ingin biaya hidup pada saat pensiunnya sama dengan gaya hidupnya saat ini. Katakanlah biaya hidupnya saat ini Rp 3 juta per bulan. Dengan asumsi bunga tabungan 2% nett per tahun, maka pada tahun ke 20, orang ini kira-kira akan punya uang sebesar Rp 295 juta. Padahal biaya hidup itu naik setiap tahun karena adanya inflasi. Kita asumsikan inflasi rata-rata 8% per tahun, maka biaya hidup Rp 3 juta sekarang itu sama dengan Rp 14 juta pada saat 20 tahun mendatang.
Maka jika "hanya" punya uang Rp 295 juta hasil tabungannya sebesar Rp 1 juta per bulan, dia akan kehabisan uang itu pada bulan ke 22. Sehingga uang yang dia kumpulkan selama 20 tahun ternyata hanya bisa menanggung biaya hidupnya pada saat pensiun selama kurang dari 2 tahun saja. Itulah kenapa saat ini banyak sekali orang  yang sudah pensiun "terpaksa" bekerja kembali karena kantongnya sudah menipis.
Bandingkan jika uang Rp 1 juta setiap bulan tadi tidak hanya di tabung, namun diinvestasikan. Misalkan, investasinya di produk reksadana saham dengan imbal hasil 20% per tahun. Maka dalam waktu 20 tahun uang tersebut bisa mencapai Rp 3,1 miliar. Uang tersebut bisa membiayai hidupnya selama 222 bulan atau lebih kurang 18 tahun sejak dia pensiun.
Benar bahwa investasi memang ada resikonya karena nilainya naik turun. Namun, bila menabung saja, mungkin uangnya tak akan berkurang, tetapi sudah pasti tidak cukup untuk membiayai hidupnya.
Jadi, Investasi memang mengandung resiko. Tapi tidak mau investasi juga ada resikonya. Bahkan mungkin resikonya lebih besar.

0 komentar:

Post a Comment